Inggris turun tangan dalam penanganan kasus kekerasan seksual di Bali dan Lombok melalui pelatihan penguatan wawasan oleh polisi. Pelatihan ini diyakini meningkatkan keahlian dan kapabilitas polisi dalam penanganan kasus kekerasan seksual.
Wakil Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Matthew Downing menuturkan program pelatihan terkait bukan diperuntukkan karena kasus-kasus yang menyangkut warga negara Inggris. Tetapi, untuk kasus kekerasan seksual yang terjadi di dunia, termasuk Bali dan Lombok yang jadi destinasi wisata populer di kalangan turis Inggris.
"Kami memiliki tugas memastikan bahwa mereka aman. Itu lah mengapa kami mengadakan pelatihan ini. Jadi, bukan semata-mata karena ada kasus yang spesial," ujar Downing saat ditemui di Denpasar, Selasa (7/2/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam memberikan pelatihan kepada polisi, Downing juga merangkul Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan atau Komnas Perempuan, dan Ketua Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (LBH APIK) Bali.
"Polisi di Bali, Lombok, dan di mana pun memiliki tugas yang sulit dan mereka sudah melakukan tugas-tugasnya dengan baik. Program pelatihan ditujukan untuk membantu semua, baik polisi, turis asing maupun domestik dalam melindungi satu sama lain," terang Downing.
Menurut dia, polisi sudah melakukan tugas mereka dengan baik, terutama dalam penanganan kasus-kasus terkait kekerasan seksual. Namun, dia berharap pelatihan ini dapat memberikan keahlian dan kapabilitas lebih kepada polisi.
"Agar mereka semakin meningkatkan keahlian mereka di bidang penanganan kasus-kasus seperti ini, agar mereka juga saling menjaga dan melindungi diri mereka dan teman-temannya, dan juga melindungi semua warga negara dari mana pun asal mereka," imbuhnya.
Program peningkatan wawasan terhadap polisi di Bali dan Lombok merupakan yang pertama kali dilakukan. Jika berhasil, program itu bisa bermanfaat bagi peserta dan ia berharap bisa dilakukan lagi di masa yang akan datang.
Di Inggris, Downing bercerita bahwa pemerintahnya memberi bantuan kepada korban kekerasan seksual yang berlibur ke luar negeri. Bantuan diberikan kepada mereka ketika sudah kembali ke Inggris.
"Jadi, ada jaringan bantuan yang cukup luas yang kami berikan ke korban-korban kekerasan seksual maupun korban pemerkosaan," tuturnya.
Menurut dia, kasus kekerasan seksual ataupun pemerkosaan adalah stigma dan rasa malu yang dialami korban. Kasus ini sangat sensitif, sehingga berakibat pada banyaknya korban yang tidak mau mengadu atau melaporkan kasus yang dialaminya ke pihak terkait.
"Jadi, kita juga harus memastikan kita semua yang terlibat dalam penanganan kasus ini, memberikan dukungan yang cukup kepada korban, sehingga mereka mau berbicara dan menjelaskan semuanya kepada kita dan kita bisa membantu mereka. Jadi itulah inti dari program pelatihan ini," tegasnya.
(BIR/gsp)