Direktur Utama RS Kanker Dharmais R. Soeko Werdi Nindito menilai hingga kini warga Indonesia belum memiliki kebiasaan untuk aktif melakukan deteksi dini penyakit kanker. Padahal, kata Soeko, penyakit kanker menjadi penyakit dengan posisi kedua yang mengakibatkan kematian.
"Semakin dini pengobatan maka semakin mudah, murah, dan angka keberhasilan tinggi. Tapi, sebaliknya jika sudah stadium lanjut akan sulit, mahal, dan angka keberhasilannya juga tidak sesuai dengan yang kita harapkan," ucapnya ketika ditemui di RSUP Prof Ngoerah, Jalan Diponegoro, Denpasar, Bali, Senin (6/2/2023).
Menurutnya, selain tak aktif melakukan deteksi dini, warga Indonesia juga sering kali lebih memilih untuk menutupi kondisinya yang tengah sakit. Ada juga budaya warga tidak mengikuti program-program kesehatan dari pemerintah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Soeko kemudian menganalogikan dengan program vaksinasi oleh pemerintah. "Belum semua masyarakat setuju dengan vaksin dan dengan berbagai macam alasannya. Padahal, kami sudah memikirkan yang terbaik bagi masyarakat. Kalau itu diikuti tentunya masyarakat kedepannya akan lebih sehat," terangnya.
Ia menuturkan berdasarkan data kasus kanker di Indonesia tahun 2022 tercatat ada 66 ribu kanker payudara, 37 ribu kanker rahim yang dialami wanita di Indonesia.
Kemudian bagi pria tercatat ada 26 ribu kasus Lung (kanker paru-paru) dan 22 ribu kasus colorectum (kanker yang tumbuh di usus besar).
(nor/hsa)