Sopir Truk Ramai-ramai Urus QR Code Agar Bisa Beli Solar Subsidi

Tabanan

Sopir Truk Ramai-ramai Urus QR Code Agar Bisa Beli Solar Subsidi

Chairul Amri Simabur - detikBali
Kamis, 26 Jan 2023 15:58 WIB
Sopir truk pasir, Adi Kusuma Suroso (kiri) yang tinggal di Mengwi, Badung, usai mengurus pendaftaran aplikasi My Pertamina di SPBU Abiantuwung, Kecamatan Kediri, Kamis (26/1/2023).
Foto: Sopir truk pasir, Adi Kusuma Suroso (kiri) yang tinggal di Mengwi, Badung, usai mengurus pendaftaran aplikasi My Pertamina di SPBU Abiantuwung, Kecamatan Kediri, Kamis (26/1/2023). (chairul amri simabur/detikBali)
Tabanan -

Pembelian solar bersubsidi dengan menggunakan QR code di aplikasi My Pertamina membuat para pemilik kendaraan atau sopir, khususnya angkutan barang dan orang beramai-ramai mendaftar.

Seperti terpantau di help desk yang tersedia pada Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Abiantuwung, Kecamatan Kediri, Kamis (26/1/2023).

Sejak pagi hingga siang, para pemilik atau sopir kendaraan dengan bahan bakar solar datang silih berganti untuk daftar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka berusaha meluangkan waktu untuk mendaftar agar ke depannya bisa memperoleh solar subsidi. Seperti yang dilakukan Adi Kusuma Suroso (35), sopir truk pasir yang bermukim di Kecamatan Mengwi, Badung.

"Mengurusnya sih tidak lama. Kalau tidak salah cuma 15 menitan. Cuma perlu waktu 2 sampai 5 hari, baru bisa pakai barcode (QR code) buat beli (solar subsidi)," jelas Adi Kusuma Suroso.

Ia menyebutkan dari keterangan yang diperoleh saat mendaftar, sebelum memiliki QR code pembelian solar subsidi akan dibatasi maksimal 20 liter.

"Kalau habis dan mau beli lagi, harus nunggu 3 jam dulu, baru bisa beli lagi. Nanti kalau sudah jadi barcode-nya baru bisa dapat jatah 200 liter," tuturnya.

Bagi Adi Kusuma Suroso, suka tidak suka ia harus mengurus pembuatan QR code untuk memudahkannya dalam bekerja mengambil dan mengangkut pasir dari Mengwi ke Karangasem dan selanjutnya menaruhnya di seputaran Kecamatan Kuta Utara.

"Kalau saya, sekali jalan perlu 38 liter. Itu sudah PP (pergi-pulang). Belum lagi untuk ngedrop pasir seperti di sekitar Canggu atau Kerobokan," ujar pria asal Kediri, Jawa Timur ini.

Menurutnya, membeli solar subsidi dengan keharusan menunjukkan QR code terkesan repot.

"Ya dibilang ribet, ya ribet. Tapi buat kepentingan bersama, biar subsidinya lebih tepat sasaran, jadi ya ikuti saja prosedurnya," pungkasnya.

Untuk mengurus pendaftaran QR code pada aplikasi My Pertamina, ia menyebutkan syaratnya antara lain membawa KTP, STNK/PKB, buku KIR, dan foto kendaraan.

Hal yang sama juga disampaikan Made Jono (43) dari Banjar Bolangan, Desa Babahan, Kecamatan Penebel. Meskipun tahun lalu, Jono sudah sempat mendaftar secara mandiri, namun pendaftarannya tidak terverifikasi.

"Tahun lalu saya sudah coba daftar sendiri di Lumajang, Jawa Timur. Kebetulan saya sering ke Surabaya cari pakan ayam. Tapi pemberitahuan Pertamina waktu itu, foto truk saya tidak terbaca. Terus bagaimana yang benar fotonya," ujar Jono.

Karena itu, ia menyempatkan diri untuk mengurus kembali pendaftaran di aplikasi My Pertamina. Sehingga saat berangkat ke Surabaya mencari pakan ayam bisa memperoleh solar subsidi.

"Biasanya kalau ke Surabaya itu, pulang pergi, biaya solarnya bisa sampai Rp 1,4 juta. Belum lagi dengan ongkos-ongkos lain di perjalanan seperti tol bisa sampai Rp 1,6 jutaan," ungkapnya.

Sama seperti sopir atau pemilik truk lainnya, ia membawa KTP, STNK/PKB, buku KIR, dan foto truknya. Namun Jono mengaku berkas yang diperlukan itu tidak lengkap. Karena syarat berupa bukti PKB (pajak kendaraan bermotor) hilang.

"Saya tidak tahu, apa (surat keterangan PKB) bisa terbaca atau tidak sama Pertamina. Sementara dari Samsat, saya cuma dapat surat keterangan sudah membayar PKB. Bukti pajak itu baru ada kalau saya ngurus Samsat lagi di waktu berikutnya," tukasnya.




(hsa/gsp)

Hide Ads