Pemilik CV Wisata Alam Mandiri, J, mengklaim kena prank operator kapal tenggelam di Labuan Bajo. Pasalnya, ia memesan KLM Diana sesuai pilihan tamu, namun operator memberikan KLM Tiana tanpa pemberitahuan di awal.
Walhasil, kejanggalan yang tersisa dari insiden kapal tenggelam di perairan Labuan Bajo terus dipertanyakan. Sebab, dua dari 13 orang turis yang diangkut dan empat orang kru kapal mengalami luka-luka serius dan harus menjalani operasi.
Salah satu keluarga korban mengeluhkan travel agent yang mengganti kapal pilihan tamu dari KLM Diana jadi KLM Tiana secara mendadak tanpa pemberitahuan. Ia komplain karena telah memesan master cabin dan private cabin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Turis satu keluarga asal Pekalongan itu segera menyampaikan keluhannya langsung kepada pemilik travel agent CV Wisata Alam Mandiri, J. Mendengar itu, J kaget dan segera menghubungi Bram, operator KLM Diana dan KLM Tiana.
"Awalnya, dia (turis keluarga) booking kapal Diana. Pas hari H, waktu dia naik sekoci tidak dibawa ke kapal yang dia booking tetapi dibawa ke kapal Tiana. Waktu itu dia telepon saya, 'kok bukan kapal yang saya booking?'" tutur J, Rabu (25/1/2023).
"Tidak ada pemberitahuan dari pemilik (kapal). Travel agent tahu pergantian kapal dari tamu," lanjut J sembari meneruskan keluhan turisnya kepada Bram dan menanyakan keputusan pergantian kapal.
Bahkan, J meminta Bram menjelaskan langsung kepada tamu terkait sekaligus meminta pengembalian dana (refund) atas selisih harga master cabin yang tidak didapatkan. Meski Bram beralasan KLM Tiana merupakan upgrade dari KLM Diana.
"Saya tanya apakah di kapal itu ada kamar master cabin? Dia bilang tidak. Nah, itu justru masalah buat saya, karena tamu booking master cabin dan private cabin. Dia bilang nggak apa-apa, saya kasih kamar private semua dan lebih besar," imbuhnya.
Terus terang, J mengaku tidak terima pergantian kapal dari KLM Diana ke KLM Tiana karena tidak sesuai permintaan tamu. "Saya minta refund Rp 600 ribu karena beda harga master cabin dengan private cabin," terang dia.
Namun, J mendapat laporan dari Bram bahwa tamu terkait akhirnya menerima dan melanjutkan perjalanan dengan KLM Tiana. J pasrah dan menyerahkan keputusan itu kepada tamu.
Menurut J, alasan Bram tak melayani tamunya dengan kapal sesuai pesanan karena KLM Diana baru berangkat sore hari. KLM Diana melayani private trip pada hari itu.
"Saya kecewa. Mungkin, saya akan cancel (batalkan) kalau dia beritahu di awal ada pergantian kapal, sebelum tamu sampai. Lagipula, banyak kapal kok, saya kan carinya master cabin," tutur J dengan nada penyesalan.
Kemudian, J mendapatkan kabar KLM Tiana tenggelam lewat berita di media massa. J segera mengirim link berita ke Bram, namun tak direspons. Ia menyuruh tour guide (pemandu tur) mengecek kebenaran informasi dan evakuasi korban ke rumah sakit (RS).
"Ternyata benar. Saya marah-marah. Saya telepon pak Bram tidak diangkat. Tambah jengkel, saya. Dari awal tidak cocok dengan apa yang saya booking. Sekarang kena masalah," jelasnya.
J buru-buru membelikan ponsel untuk salah satu tamunya. J juga membelikan tongkat untuk tamu yang mengalami luka serius di bagian kaki, dan membiayai akomodasi mereka di Labuan Bajo.
"Mungkin, itu kalau dihitung-hitung, pengeluaran kami sudah Rp 15 juta," ungkap J.
Pun demikian, J tidak memberikan kompensasi lain untuk tamunya, karena hal itu menjadi tanggung jawab pemilik kapal. "Sampai di situ kemarin, saya bilang itu tanggung jawab si pemilik kapal," tegas J.
detikBali mencoba mengonfirmasi Bram, operator KLM Diana dan KLM Tiana. Namun, ia belum merespons panggilan telepon maupun pesan WhatsApp.
Sebelumnya, tamu atas nama Khow Cynthia Josephine, menuding dibohongi oleh travel agent karena memberikan kapal yang berbeda dengan yang dipesannya. Ia memesan KLM Diana, namun dilayani dengan KLM Tiana.
(BIR/iws)