Rumah Presiden AS Joe Biden Digeledah 12 Jam, Ditemukan Dokumen Rahasia

Rumah Presiden AS Joe Biden Digeledah 12 Jam, Ditemukan Dokumen Rahasia

Tim detikNews - detikBali
Senin, 23 Jan 2023 08:56 WIB
Presiden Ukraina Volodimir Zelensky terbang ke Amerika Serikat untuk bertemu Presiden Joe Biden. Pertemuan berlangsung di Gedung Putih, Amerika Serikat, Rabu (21/12/2022) waktu setempat.
Rumah Presiden AS Joe Biden digeledah Departemen Kehakiman dan ditemukan dokumen rahasia. (AP/Andrew Harnik).
Denpasar -

Departemen Kehakiman AS (DOJ) menggeledah rumah Presiden Joe Biden di Wilmington, Delaware. Dari penggeledahan selama 12 jam itu ditemukan sejumlah dokumen rahasia.

Diberitakan AFP, mengutip detikNews, Senin (23/1/2023), Departemen Kehakiman AS menemukan sejumlah dokumen Biden ketika ia menjabat di senat AS periode 1973-2009 dan wakil presiden pada 2009-2017.

Penggeledahan itu mengejutkan Biden. Pasalnya Biden akan menyatakan siap atau tidaknya mencalonkan diri kembali untuk maju pada pilpres 2024. Biden juga menegaskan tidak melakukan kesalahan apapun dan situasi tersebut adalah kesalahan yang tidak disengaja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dokumen-dokumen ketika ia menjabat sebagai wakil presiden dan dikategorikan rahasia pertama kali muncul di sebuah kantor lembaga think thank yang berafiliasi dengan Biden di Washington pada tahun lalu sebelum ditemukan lagi di rumahnya di Delaware.

"DOJ mengambil materi yang dianggap dalam ruang lingkup penyelidikannya, termasuk enam item yang terdiri dari dokumen dengan tanda klasifikasi dan materi di sekitarnya," ujar Bob Bauer, Pengacara Biden.

ADVERTISEMENT

Bauer menerangkan Biden dan penasihat Gedung Putih akan berkoordinasi dengan Departemen Kehakiman untuk hadir selama pemeriksaan dan setuju untuk tidak mempublikasikan berita pencarian sebelumnya sesuai dengan prosedur standarnya.

Adapun, ruangan yang digeledah ialah seluruh ruang kerja, tempat tinggal, dan ruang penyimpanan. "DOJ memiliki akses penuh ke rumah presiden, termasuk catatan tulisan tangan pribadi, file, kertas, penjilid, memorabilia, daftar tugas, jadwal, dan pengingat selama beberapa dekade," terang Bauer.

Sementara itu, Gedung Putih mengungkapkan kumpulan dokumen sebelumnya diserahkan ke Departemen Kehakiman dan Arsip Nasional, yang menangani catatan kepresidenan, sesaat setelah ditemukan.

Sebelum penggeledahan rumah Biden, kegiatan serupa juga terjadi terhadap mantan presiden Donald Trump. Kala itu, FBI menggeledah rumah Trump di Mar-a-Lago. Penggeledahan itu dilakukan untuk mencari 15 boks dokumen selepas Trump tak lagi menjadi presiden.

FBI telah meninjau ulang keberadaan 15 boks itu ke negara yang disebut berisi informasi sangat rahasia terkait informasi sumber intelijen.

Dalam keterangan tersumpah (afidavit), FBI melakukan investigasi kriminal terhadap penghapusan dan penyimpanan informasi rahasia yang tidak semestinya, dan penyembunyian catatan pemerintah yang melanggar hukum.

Menurut pernyataan, FBI membuka penyelidikan setelah Administrasi Arsip dan Catatan Nasional (NARA) menerima 15 boks catatan pada Januari 2022 yang telah dipindahkan secara tidak semestinya dari Gedung Putih dan dibawa ke Mar-a-Lago.

Dalam informasi pertahann nasional yang sensitif tersebut memuat di antaranya 67 dokumen yang ditandai sebagai konfidensial, 92 dokumen rahasia, dan 25 dokumen sangat rahasia.

Di antara dokumen-dokumen itu adalah informasi intelijen yang diterima dari 'sumber klandestin' atau istilahnya 'clandestine human sources', suatu klasifikasi yang dapat mencakup data mata-mata dan informan yang merupakan salah satu rahasia pemerintah yang paling ketat dipegang.

"Catatan yang sangat rahasia dibuka, dicampur dengan catatan lain dan diidentifikasi dengan tidak benar," demikian bunyi pernyataan tertulis tersebut.

"Beberapa dokumen juga berisi apa yang tampaknya merupakan catatan tulisan tangan (Trump)," demikian sebagaimana tertera di dokumen afidavit.

Padahal, Mar-a-Lago yang merupakan rumah mewah Trump itu tidak punya otoritas untuk menyimpan informasi rahasia. Pengacara Trump, Evan Corcoran, mengatakan kliennya siap dan bersedia kooperatif dengan permintaan NARA untuk mengembalikan dokumen-dokumen itu. Dia juga meminta investigasi ini tidak melibatkan anasir-anasir politis.

Corcoran menambahkan Trump punya otoritas absolut untuk membuka dokumen rahasia. Adapun hukum pidana yang mengatur soal ini tidaklah berlaku bagi Trump yang pernah menjabat sebagai presiden AS.

Lihat juga Video: Respons Joe Biden soal Perintah Putin untuk Gencatan Senjata di Ukraina

[Gambas:Video 20detik]




(BIR/gsp)

Hide Ads