Alunan gamelan Bali mengiringi persembahyangan warga Tionghoa di Kelenteng Ling Gwan Kiong, Kabupaten Buleleng, Bali, Sabtu (21/1/2022). Para penabuh juga mengenakan pakaian adat Bali.
Ketua Majelis Rohaniawan Tri Dharma Indonesia (Matrisia) Kabupaten Buleleng, Tantra Surya Negara mengatakan persembahyangan menyambut Imlek yang diiringi gamelan Bali itu sudah menjadi tradisi. "Dari saya kecil sudah ada, gamelan ini," kata Tantra saat ditemui detikBali, Sabtu (21/1/2022).
Menurut Tantra kolaborasi budaya Tionghoa dengan budaya Bali itu mencerminkan toleransi antarumat beragama. Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) itu juga kerap didatangi umat lintas agama untuk melakukan persembahyangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di tempat ibadah ini juga ada umat lain yang sembahyang di sini, ada umat Hindu juga," jelasnya.
Tantra menjelaskan gamelan yang digunakan merupakan sumbangan dari umat di kelenteng. Dua barung gamelan tersebut disimpan di dalam kelenteng.
"Gong ini dari umat yang berdonasi. Dua barung dimainkan di bale gong yang sudah ada dan merupakan ciri khas di kelenteng ini," jelasnya.
Rangkaian kegiatan Imlek di Kelenteng Ling Gwan Kiong telah berlangsung sejak pekan lalu yang diawali dengan bersih-bersih di area kelenteng. Imlek tahun ini juga akan dimeriahkan dengan pementasan barongsai, tari liong, fire dance, kembang api, dan pelepasan lampion.
"Nanti malam ciam si tahunan, ramalan untuk tahun yang akan datang. Itu biasanya dipakai patokan, salah satunya dalam berbisnis," pungkasnya.
Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Ling Gwan Kiong merupakan salah satu kelenteng tertua di Gumi Panji Sakti, Buleleng, Bali. Klenteng yang terletak di kawasan heritage eks Pelabuhan Buleleng ini diperkirakan telah dibangun sekitar 150 tahun silam oleh masyarakat Tionghoa di Buleleng.
(iws/hsa)