Demam Babi Afrika Bayangi Flores

Round Up

Demam Babi Afrika Bayangi Flores

Tim detikBali - detikBali
Sabtu, 21 Jan 2023 06:58 WIB
close up of a pigs face on a truck, behind bars
Ilustrasi - Demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) kini membayangi Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sebanyak 96 ekor babi mati mendadak. (Foto: Getty Images/iStockphoto/pidjoe)
Sikka -

Demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) kini membayangi Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sebanyak 96 ekor babi mati mendadak. Berdasarkan uji sampel darah di Balai Besar Veteriner Denpasar, beberapa di antaranya positif terjangkit virus ASF.

Seluruh babi yang mati tersebut merupakan bantuan dari Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian. Total bantuan babi untuk para peternak di Flores berjumlah 135 ekor.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Sikka, Albert Moang menyebut babi-babi tersebut mulai mati sehari setelah diterima. Terbaru, babi mati mendadak dilaporkan terjadi di Kabupaten Sikka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Babi mati di Sikka, di Poktan (kelompok tani) Sinar Tani Desa Egon Kecamagan Waigete, dari 25 ekor sampai dengan kemarin sudah mati semua."

"Di poktan Kasih Ibu Kelurahan Nangameting, Kecamatan Alok timur, dari 25 ekor, sampai dengan kemarin sudah mati 16 ekor," kata Albert, Jumat (20/1/2023).

ADVERTISEMENT

Tak hanya di Sikka, puluhan babi mati mendadak juga terjadi di Ende dan Flores Timur, NTT. Berdasarkan data Dinas Peternakan Kabupaten Ende, dari 35 ekor babi bantuan yang diterima akhir pekan lalu, 25 ekornya sudah mati.

Adapun di Flores Timur, 50 ekor babi yang diterima pada 19 Desember 2022 juga mati sebanyak 30 ekor. Beberapa ekor di antaranya terjangkit virus ASF.

Menyikapi babi mati mendadak itu, Pemerintah Kabupaten Flores Timur bahkan melarang masuknya babi hidup, daging babi, hingga berbagai olahan babi seperti sei, sosis, kerupuk kulit, dan lainnya ke wilayahnya. "Untuk memasukkan ternak babi maupun hasil olahan kami larang dulu, ada instruksi gubernur juga," kata Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Flores Timur Sebas Sina Kleden, Rabu (18/1/2023).

ASF adalah penyakit pada babi yang sangat menular dan dapat menyebabkan kematian pada babi hingga 100 persen. Virus ASF tahan hidup di lingkungan serta relatif lebih tahan terhadap desinfektan.

2 Kabupaten Tolak Bantuan Babi

Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Nagekeo dan Ngada di Pulau Flores, NTT, menolak bantuan babi dari Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian. Penolakan itu setelah adanya puluhan babi mati mendadak diduga karena terjangkit ASF.

"Kami di Kabupaten Nagekeo tidak terima bantuan ini karena kondisi yang dihadapi saat ini (babi mati mendadak terjangkit virus ASF)," kata Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Nagekeo Clementina Dawo setelah Zoom Meeting dengan Kepala BPTU-HPT Denpasar Hary Suhada, Jumat (20/1/2023).

Sikap serupa ditempuh Pemerintah Kabupaten Ngada. Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Ngada Felisitas Killa mengatakan jatah bantuan babi untuk Kabupaten Ngada sebanyak bantuan 25 ekor.

Munculnya kasus demam babi Afrika di daerah lain di Flores menjadi alasan Pemkab Ngada untuk menolak bantuan babi tersebut. "Untuk saat ini dengan kasus di Flores yang makin meningkat, kegiatan dimaksud untuk sementara tidak dilanjutkan," kata Felisitas.

Sebelumnya, pakar virologi dari Politeknik Pertanian Negeri (Politani) Kupang Andrijanto Hauferson Angi menerangkan hingga kini belum ada vaksin yang efektif untuk mengurangi risiko penyebaran ASF. Salah satu cara efektif menangkal demam babi ialah dengan tindakan biosecurity yang ketat. Termasuk dalam hal sanitasi, disinfeksi kandang secara rutin, dan pemeriksaan kesehatan bagi ternak babi yang akan diperjualbelikan.

"Pemberian multivitamin karena saat ini belum ada vaksin ASF sehingga musim seperti saat ini kasusnya akan kembali terjadi karena kondisi lingkungan mendukung," kata Andrijanto kepada detikBali, Rabu (18/1/2023).




(iws/hsa)

Hide Ads