Puluhan ekor babi di Kupang dan Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), mati terjangkit virus African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika. Babi yang mati mendadak tersebut sempat mengalami demam tinggi, nafsu makan hilang, tubuhnya lemas, hingga muncul bercak kemerahan di sekujur tubuhnya.
Lantas, apakah babi yang terjangkit ASF aman dikonsumsi oleh manusia?
Baca juga: Demam Babi Afrika Ancam Nusa Tenggara Timur |
Virolog Politeknik Pertanian Negeri (Politani) Kupang drh Andrijanto Hauferson Angi mengungkapkan ASF bukan penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia atau zoonosis. Menurutnya, daging babi yang terjangkit ASF tetap aman dikonsumsi bagi mereka yang memang mengonsumsi daging babi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ternak babi yang terinfeksi ASF dagingnya aman untuk dikonsumsi," kata Angi, Rabu (18/1/2023).
Sebelumnya, Dinas Peternakan Kupang mencatat sudah ada sebanyak 48 ekor babi yang mati di Kupang. Sementara itu, Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Flores Timur mencatat sebanyak 30 ekor babi di Flores Timur mati dalam waktu sebulan terakhir.
Bahkan, Pemerintah Kabupaten Flores Timur melarang masuknya babi hidup, daging babi, hingga berbagai olahan babi seperti sei, sosis, kerupuk kulit, dan lainnya. Langkah itu menyusul babi mati terjangkit virus ASF atau demam babi Afrika di daerah tersebut.
"Untuk memasukkan ternak babi maupun hasil olahan kami larang dulu, ada instruksi gubernur juga," kata Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Flores Timur Sebas Sina Kleden, Rabu (18/1/2023).
Mengenal Penyakit ASF
Dilansir dari detikHealth, ASF adalah penyakit pada babi yang sangat menular dan dapat menyebabkan kematian pada babi hingga 100 persen. Virus ASF tahan hidup di lingkungan serta relatif lebih tahan terhadap desinfektan.
Hingga kini, belum ditemukan vaksin untuk pencegahan penyakit ASF. Langkah strategis mencegah ASF adalah menerapkan biosekuriti dan manajemen peternakan babi yang baik.
Babi yang terkena penyakit ASF perlu isolasi hewan sakit dan peralatan serta dilakukan pengosongan kandang selama 2 bulan. Babi yang mati karena penyakit ASF dimasukkan ke dalam kantong dan harus segera dikubur oleh petugas untuk mencegah penularan yang lebih luas.
Selain itu, penting untuk memastikan bahwa pakan ternak, lingkungan, dan segala peralatan yang digunakan untuk memelihara babi tidak terkontaminasi virus ASF.
(iws/gsp)