Asosiasi Penukaran Valuta Asing (APVA) Bali meminta turis mewaspadai money changer nakal. Ketua Badan Pengurus Daerah Ayu Astuti Dhama mengungkapkan beberapa ciri agar terhindar praktik tipu-tipu money changer nakal.
"Yang paling utama, pastikan gerai tersebut resmi, berizin, dilihat dari nomor izin yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI). Biasa tercantum di papan nama perusahaan money changer," ujarnya, Rabu (18/01/2023).
Sementara money changer nakal umumnya beroperasi di tempat sempit dengan bangunan semi permanen yang kecil. Tetapi, memasang papan rate yang tinggi di pinggir jalan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Agar lebih meyakinkan lagi, bisa dicari gerai yang memang berizin. Dilihat dari plang nama perusahaannya ada. Biasanya berupa PT, nomor izin ada, di papan yang dipajang pinggir jalan itu, bisa kita lihat," jelasnya.
Ia melanjutkan turis juga perlu waspada pada money changer tak berizin, karena beberapa kasus menyingkap mereka kabur atau menghilang begitu berhasil mendapat mangsa.
"Di beberapa daerah di Bali, kami sudah berikan pemahaman tentang ini. Kami sampai turun ke pemerintah desa di kawasan wisata karena mereka yang tahu persis di lapangan. Aparat jadi bisa waspada memberi tahu turis atau warga lainnya," terang Ayu.
Terkait modus, Ayu menjelaskan petugas money changer menerapkan praktik penipuan dengan beragam cara. Salah satunya menjatuhkan uang hasil penukaran di bawah meja. setelah menukar mata uang asing ke rupiah dengan pura-pura menghitung kembali uang itu dengan kecepatan tinggi.
Namun, hasil penukaran uang itu dijatuhkan ke bawah meja yang dirancang khusus. Selisih nilai kerugian yang dialami turis bisa sampai jutaan rupiah.
"Kalau kami sebut itu modus meja bolong. Ada juga modus permainan kalkulator rusak untuk kelabui turis. Dia bisa beroperasi lebih satu orang, yang tugasnya mengecoh," tandasnya.
(BIR/iws)