Sejak Maret 2021 lalu, Sinar Bumi Menghijau menyulap minyak jelantah menjadi pundi-pundi rupiah melalui lilin aromaterapi hingga bio diesel. Perusahaan mampu meraup omzet rata-rata hingga Rp 5 juta sebulan untuk lilin aromaterapi, dan Rp 150-200 juta untuk pengiriman bio diesel.
Sinar Bumi Menghijau mengubah minyak jelantah menjadi bio diesel dan telah melakukan pengiriman ke lima perusahaan luar negeri. Dalam sebulan Sinar Bumi Menghijau mengirim paling banyak 20 ton liter dan rata-rata 17 ton liter, dengan omzet rata-rata per bulan Rp 150-200 juta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Inspirasi pembuatan lilin ini dari rasa bingung saya ketika mau membuang minyak jelantah, dan selama ini selalu buangnya ke wastafel dan tempat sampah. Lalu saya punya ide bagaimana caranya minyak jelantah itu bisa diolah," ucap salah satu owner usaha sekaligus komunitas menanggulangi minyak jelantah, Sinar Bumi Menghijau, Yunia Nurbaiti (30).
Singkat cerita, akhirnya ia mengolah minyak jelantah menjadi lilin aromaterapi yang memiliki tiga varian aroma, yakni rose, lavender, dan lotus. Menurutnya, butuh waktu selama 30 menit untuk membuat satu lilin aromaterapi. Tahap awal, minyak jelantah direndam dengan daun suji dan daun pandan untuk menghilangkan aroma minyak jelantah.
"Komposisi lilin dari minyak jelantah 60 persen dan ini menggantikan posisi stearin. Kemudian, biswex atau parafin 30 persen, dan bisa ditambahkan dengan aromaterapi. Nanti bisa juga pakai crayon atau pewarna makanan untuk pewarna lilinnya," katanya di Jalan Pulau Singkep Gang 12 No 2 Pedungan Denpasar, Bali, Jumat (13/1/2023).
Yunia menjelaskan, selain punya sendiri, bahan baku juga didapatkan dari masyarakat yang menukarkan minyak jelantah dengan harga Rp 5 ribu per liter, atau minyak goreng baru dari beragam merek.
Dalam 1 minggu, Sinar Bumi Menghijau dapat memproduksi sekitar 100-150 lilin yang dibanderol Rp 15 ribu - Rp 50 ribu. Sinar Bumi Menghijau juga sering mendapat pesanan dari hotel dan restoran. Saat ini, kata Yunia, ada 7-8 di Ubud yang mendapat suplai lilin aromaterapinya.
"Kebanyakan hotel dan restoran di Bali aware banget dengan lingkungan, apalagi pemerintah juga sekarang ini benar-benar menggerakkan terkait lingkungan. Misi saya memanfaatkan minyak jelantah, apalagi manfaat minyak ini banyak banget," ucap Yunia.
Dirinya pun berangan-angan ke depan bisnis lilin aromaterapi miliknya dapat melebarkan sayap ke luar Bali dan pasar internasional. Sehingga, selain bisa menikmati lilin aromaterapi, sekaligus membantu mencegah pencemaran lingkungan akibat minyak jelantah yang dibuang sembarangan.
Minyak Jelantah Punya Nilai Ekonomi
Salah satu owner Sinar Bumi Menghijau, Rai Bagus Maha Putra Kartika Yudha (35) mengatakan, sejak awal tahun 2021, ia mendorong masyarakat hingga hotel dan restoran untuk mengumpulkan dan menukarkan minyak jelantah.
"Jadi, nanti minyak jelantah akan kami beli dengan harga Rp 5 ribu per liter. Kami juga berikan opsi kepada masyarakat bisa menukarkan minyak jelantah menjadi minyak goreng baru dan bermerek," ucapnya.
Menurutnya, dari gerakan tersebut, secara tidak langsung Sinar Bumi Menghijau mengajak masyarakat ikut melestarikan lingkungan, mengingat tak sedikit dari minyak jelantah yang dibuang di sembarang tempat.
"Dari hasil survei saya, hampir mayoritas masyarakat membuang minyak jelantah dan otomatis mereka tidak tahu kalau di sana ada nilai ekonomi. Jadi, kami sambil memberikan edukasi untuk mencegah pencemaran lingkungan, juga menjelaskan kalau mereka bisa mendapatkan pemasukan dari minyak jelantah ini," jelas Rai.
Menurutnya, beragam respons positif diterima selama menjalankan program tersebut. Bahkan, kini selain masyarakat yang datang langsung ke lokasi Sinar Bumi Menghijau, ia juga melakukan jemput bola di kawasan Denpasar, Tabanan, Badung, Gianyar, dan Klungkung.
Dalam sebulan kurang lebih ada 20 ton liter minyak jelantah yang ditukarkan di tempatnya. "Nantinya, minyak jelantah di sini bukan untuk disuling dan dikonsumsi kembali. Tapi, untuk bahan bakar terbarukan seperti lilin, bio diesel, dan avtur," ungkapnya.
Beberapa waktu lalu Sinar Bumi Menghijau juga berkoordinasi dengan Pemkot Denpasar dan Dinas Pendidikan Denpasar untuk mengajak siswa SD ikut berpartisipasi dalam penukaran minyak jelantah.
"Nanti siswa SD bisa mengumpulkan minyak jelantah di rumah untuk ditukar dan dibuatkan tabungan jelantah. Tabungan itu bisa digunakan sebagai kas kelas atau kebutuhan lainnya," ungkap Rai.
(irb/hsa)