- Apa Itu ADHD?
- Penyebab ADHD 1. Faktor Genetik (Keturunan) 2. Perkembangan Otak yang Abnormal 3. Mengalami Defisit Neurotransmitter 4. Lambatnya Perkembangan Sistem Pembangkit di Otak 5. Konsumsi Zat Tertentu 6. Prematur
- Gejala dan Ciri Penderita ADHD Kurangnya Perhatian Hiperaktivitas Impulsivitas
- Cara Mengobati ADHD 1. Dukungan Pendidikan dan Peran Orang Tua 2. Terapi Psikologis
- Cara Mencegah ADHD 1. Menjaga Janin Selama Hamil 2. Menghindari Polutan Racun
ADHD adalah singkatan Attention deficit hyperactivity disorder, gangguan saraf yang akan mempengaruhi seseorang yang menderitanya. ADHD lebih sering terjadi dengan orang yang memiliki kesulitan untuk belajar.
Namun, ADHD juga bisa terjadi pada orang dengan kemampuan intelektual apa pun. Biasanya, gejala ADHD cenderung banyak terdiagnosis pada anak usia dini atau saat mereka memasuki umur sekolah.
ADHD termasuk kondisi kronis yang mempengaruhi jutaan anak dan sering berlanjut hingga anak tersebut dewasa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oleh sebab itu, penting bagi orang tua mengetahui penyebab, ciri-ciri, hingga cara mencegah ADHD perlu untuk diketahui.
Apa Itu ADHD?
Dikutip dari materi oleh Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi dalam ocw.upj.ac.id, ADHD adalah kondisi di mana si penderita memiliki kesulitan untuk memusatkan perhatian pada sesuatu hal yang ia sedang kerjakan sehingga membuat anak ADHD sering menjadi pelupa.
Istilah ADHD merupakan gambaran suatu kondisi medis yang mencakup disfungsi otak. Di mana individu akan mengalami kesulitan dalam mengendalikan impuls, menghambat perilaku, dan membuat perhatian mudah teralihkan.
Penderita ADHD ini tidak bisa tenang dan cenderung untuk bergerak secara terus menerus. Membuatnya sering membuat kesalahan dalam melakukan atau menyelesaikan sesuatu.
Dalam situs Mayo Clinic, ada tiga tipe kombinasi ADHD. Adapun tipe ADHD antara lain:
- Lalai: Kebanyakan gejala ditandai dengan kurangnya perhatian.
- Sangat hiperaktif/impulsif. Sebagian besar gejala terjadi pada tindakan hiperaktif dan impulsif.
- Gabungan: Tipe ADHD campuran dari gejala lalai dan gejala hiperaktif serta impulsif.
Menurut situs United Kingdom National Health Service (NHS), sebagian besar kasus ADHD ini terjadi pada anak usia di bawah 12 tahun.
Namun, terkadang ADHD juga tidak dikenali saat masa kecil dan mereka justru terdiagnosis setelah dewasa.
Penyebab ADHD
Sejatinya, penyebab pasti ADHD masih belum ditemukan. Namun, ada beberapa faktor penyebab yang berpotensi menjadi penyebab ADHD yaitu sebagai berikut:
1. Faktor Genetik (Keturunan)
Salah satu alasan yang diduga menjadi penyebab utama ADHD yaitu faktor genetik. Pasalnya, banyak anak penderita ADHD yang memiliki gejala dengan faktor serupa.
2. Perkembangan Otak yang Abnormal
Perkembangan otak yang tidak normal termasuk penyebab ADHD, di mana lobus frontal pada otak tidak berfungsi.
3. Mengalami Defisit Neurotransmitter
Mengutip situs My Cleveland Clinic, neurotransmitter adalah pembawa pesan kimiawi yang berfungsi untuk membawa sinyal kimia (pesan) dari satu sel saraf (neuron) ke sel target berikutnya.
Dalam hal ini, sel targetnya itu bisa berupa sel saraf lain, sel otot, atau kelenjar. Tanpa neurotransmitter adanya tubuh kita tidak dapat berfungsi.
4. Lambatnya Perkembangan Sistem Pembangkit di Otak
Perkembangan sistem otak yang lambat akan membuat seseorang tidak sensitif terhadap rangsangan yang datang. Perlu diingat, anak yang aktif dengan anak penderita ADHD itu berbeda.
Dalam hal ini, hiperaktivitas yang mereka alami itu bukan karena adanya rangsangan berlebihan, melainkan mencerminkan pencarian rangsangan.
5. Konsumsi Zat Tertentu
Dalam jurnal Wacana Akademika karya Awiria dan Dariyantu (2020), tertulis bahwa faktor lain risiko ADHD pada anak disebabkan oleh berbagai zat yang dikonsumsi ibu saat hamil.
Antara lain seperti merokok, penyalahgunaan obat-obatan, dan minum alkohol.
6. Prematur
Bayi lahir sebelum minggu ke-37 kehamilan berisiko menjadi penyebab ADHD. Lahir prematur dan memiliki berat lahir rendah termasuk faktor lain yang berpotensi anak menderita ADHD.
Gejala dan Ciri Penderita ADHD
Menurut Diagnostic Statistical Manual (DSM) IV (1994) yang dikutip dari repository.ump.ac.id oleh Faizzah Amatullah, ciri-ciri dan gejala anak ADHD adalah:
Kurangnya Perhatian
- Seringkali gagal untuk memperhatikan sesuatu dengan baik (sering membuat kesalahan)
- Seringkali tidak mendengarkan jika sedang diajak berbicara
- Kesulitan untuk mengikuti instruksi dengan baik
- Kesulitan dalam menjalankan suatu tugas atau pekerjaan
- Sering mengalami kehilangan barang-barang
- Suka terganggu/bingung oleh rangsangan dari luar
- Cenderung suka menghindar jika ia tidak suka untuk melakukan tugas-tugas yang menyentuh usaha mental. Contohnya saat menyelesaikan pekerjaan sekolah
- Suka cepat lupa dalam menyelesaikan tugas sehari-hari
Hiperaktivitas
- Kaki dan tangan suka bergerak atau menggeliat-geliat
- Tidak bisa duduk tenang
- Suka berlari hingga memanjat benda secara terus menerus
- Kesulitan untuk bermain dengan rasa tenang
- Sering berbicara secara berlebihan
Impulsivitas
- Suka memberi jawaban sebelum pertanyaan selesai diajukan
- Kesulitan dalam menanti giliran atau tidak bisa menunggu giliran, misalnya dalam antrean
- Sering mengganggu orang lain
- Suka memotong pembicaraan.
Beberapa gejala di atas menyebabkan gangguan muncul sebelum anak berusia 7 tahun. Dalam situs NHS, disebutkan bahwa biasanya gejala ADHD bisa membaik seiring bertambahnya usia.
Selain itu, ada banyak orang penderita ADHD juga di usia muda terus mengalami masalah terkait gejala tersebut. Adapun masalah tambahan yang dialami orang dengan ADHD yaitu seperti kecemasan dan gangguan tidur.
Cara Mengobati ADHD
Merawat dan mengobati anak atau seseorang penderita ADHD memang menjadi tantangan tersendiri. Meskipun pengobatan tidak akan menyembuhkan ADHD, tetapi upaya ini akan sangat membantu mengatasi gejala.
1. Dukungan Pendidikan dan Peran Orang Tua
Sebenarnya, tidak ada obat khusus untuk mengobati anak dengan ADHD. Namun, kondisi ini bisa dikelola melalui dukungan pendidikan yang tepat dan peran orang tua.
Untuk itu, edukasi pasien dan keluarga mengenai anak ADHD juga penting untuk dilakukan.
2. Terapi Psikologis
Salah satu cara mengobati ADHD orang dewasa yaitu dengan terapi psikologi. Misalnya, terapi kognitif perilaku atau cognitive behavioral therapy (CBT).
Selain itu, mengkombinasi pengobatan medikamentosa dengan terapi perilaku juga bisa dilakukan.
Cara Mencegah ADHD
Adapun cara pencegahan ADHD untuk membantu mengurangi risiko anak terkena ADHD, yaitu:
1. Menjaga Janin Selama Hamil
Selama hamil, ibu perlu menghindari sesuatu yang membahayakan perkembangan janin sebagai cara mencegah ADHD pada anak. Misalnya, tidak minum alkohol, merokok, dan narkoba.
2. Menghindari Polutan Racun
Cara mencegah pada anak yaitu dengan melindunginya dari paparan polutan atau racun, seperti asap rokok ataupun cat timbal.
3. Membatasi Penggunaan Video Game dan TV
Walaupun sejatinya membatasi waktu di depan layar TV atau video game belum terbukti menjadi cara mencegah ADHD, tetapi ini termasuk cara bijaksana bagi anak agar terhindar dari paparan TV dan video game yang berlebihan dalam 5 tahun pertama.
Apabila orang tua khawatir jika si kecil menunjukkan tanda atau ciri-ciri ADHD pada anak, temuilah dokter anak atau dokter keluarga.
Dokter mungkin merujuk ke spesialis (psikolog, psikiater, atau ahli saraf anak) untuk melakukan evaluasi medis. Mereka akan memeriksa kemungkinan penyebabnya.
Demikian penjelasan tentang pengertian ADHD, penyebab, hingga ciri-ciri penderitanya. Semoga penjelasan tadi bisa memberi pengetahuan dan pemahaman bagi kalian.
(khq/inf)











































