- Pengertian Inflamasi
- Mekanisme Terjadinya Inflamasi 1. Terjadi Rangsangan Inflamasi 2. Pembentukan Vasodilatasi 3. Pembentukan Edema 4. Nyeri 5. Demam 6. Pembentukan Radang
- Jenis Inflamasi 1. Inflamasi Akut 2. Inflamasi Kronis
- Tanda dan Gejala Inflamasi 1. Demam 2. Lemas 3. Perubahan Mood 4. Pembengkakan 5. Nyeri 6. Memar 7. Rasa Panas
- Penyebab Terjadinya Inflamasi
- Cara Mengatasi Inflamasi 1. Mengkonsumsi Makanan Sehat 2. Berolahraga Secara Teratur 3. Menghindari stres 4. Menghindari Makanan yang dapat Meningkatkan Inflamasi 5. Mengkonsumsi Suplemen 6. Menggunakan Obat-obatan Anti-Inflamasi
Ketika tubuh mengalami suatu kondisi seperti terjatuh atau terkena bakteri, dengan sendirinya mengaktifkan sistem kekebalan.
Tubuh mengirimkan sel-sel peradangan untuk menyerang bakteri atau menyembuhkan jaringan yang rusak.
Jika tubuh mengirimkan sel inflamasi saat Anda tidak sakit atau terluka, perlu diwaspadai mungkin ada peradangan kronis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peradangan adalah gejala dari banyak penyakit kronis, seperti radang sendi atau penyakit Alzheimer.
Lalu apa itu inflamasi dan apa saja penyebab serta gejalanya? Simak berikut penjelasan lengkap mengenai inflamasi.
Pengertian Inflamasi
Inflamasi adalah respon pertahanan tubuh terhadap cedera atau infeksi.
Saat terjadi inflamasi, sistem kekebalan tubuh akan mengeluarkan sel-sel dan zat-zat kimia ke area yang terinfeksi untuk membantu mengurangi infeksi dan mempercepat penyembuhan.
Ketika tubuh menghadapi virus, bakteri, bahan kimia beracun, atau cedera, sistem kekebalan tubuh akan aktif dengan sendirinya. Sistem kekebalan mengirimkan respons pertamanya yakni sel radang dan zat sitokin.
Laman Cleveland Clinic menjelaskan sel-sel ini memulai respons untuk menjebak bakteri dan agen penyerang lainnya, kemudian mulai menyembuhkan jaringan yang terluka.
Hasilnya bisa berupa nyeri, bengkak, memar, atau kemerahan. Akan tetapi, peradangan juga bisa jadi mempengaruhi sistem tubuh yang tidak bisa Anda lihat.
Inflamasi dapat terjadi di seluruh tubuh, tetapi biasanya terkonsentrasi di area yang terkena cedera atau terinfeksi.
Inflamasi juga dapat terjadi di dalam tubuh, seperti dalam saluran pernapasan, saluran pencernaan, atau pada organ-organ dalam lainnya.
Inflamasi merupakan bagian dari proses penyembuhan tubuh, tetapi inflamasi yang berlangsung terus-menerus dapat menyebabkan masalah kesehatan, seperti penyakit jantung, diabetes, dan obesitas.
Oleh karena itu, penting untuk menyembuhkan inflamasi dengan cara sehat, seperti mengkonsumsi makanan sehat, berolahraga secara teratur, dan menghindari stres.
Tanda-tanda inflamasi yang umum adalah merah, panas, bengkak, dan nyeri. Inflamasi juga dapat menyebabkan demam, lemas, dan perubahan mood.
Mekanisme Terjadinya Inflamasi
Mekanisme terjadinya inflamasi dapat terjadi dengan cara sebagai berikut:
1. Terjadi Rangsangan Inflamasi
Rangsangan inflamasi dapat berupa cedera, infeksi, atau reaksi alergi.
Rangsangan ini akan mengaktifkan sel-sel kekebalan tubuh, seperti makrofag dan neutrofil, yang akan memasuki area yang terkena cedera atau terinfeksi.
2. Pembentukan Vasodilatasi
Rangsangan inflamasi akan menyebabkan pembentukan vasodilatasi, yaitu pelebaran pembuluh darah.
Hal ini akan menyebabkan peningkatan aliran darah ke area yang terkena cedera atau terinfeksi sehingga lebih banyak sel-sel kekebalan tubuh dapat masuk ke area tersebut.
3. Pembentukan Edema
Sel-sel kekebalan tubuh yang masuk ke area yang terkena cedera atau terinfeksi akan mengeluarkan zat-zat kimia yang dapat menyebabkan pembentukan edema, yaitu bengkak pada jaringan.
4. Nyeri
Zat-zat kimia yang diproduksi oleh sel-sel kekebalan tubuh juga dapat menyebabkan pembentukan nyeri pada area yang terkena cedera atau terinfeksi.
5. Demam
Sel-sel kekebalan tubuh juga dapat mengeluarkan zat-zat kimia yang dapat meningkatkan suhu tubuh, yaitu dengan cara meningkatkan produksi panas tubuh. Hal ini dapat menyebabkan demam.
6. Pembentukan Radang
Sel-sel kekebalan tubuh yang masuk ke area yang terkena cedera atau terinfeksi juga dapat menyebabkan pembentukan radang, yaitu peradangan pada jaringan.
Radang dapat menyebabkan perubahan warna, tekstur, dan bentuk jaringan yang terkena cedera atau terinfeksi.
Jenis Inflamasi
Ada dua jenis inflamasi, yaitu inflamasi akut dan inflamasi kronis. Kedua jenis inflamasi tersebut memiliki perbedaan dalam mekanisme terjadinya, tanda-tanda, dan dampaknya terhadap kesehatan.
1. Inflamasi Akut
Inflamasi akut adalah inflamasi yang terjadi sebagai respon terhadap cedera atau infeksi yang baru terjadi. Inflamasi akut biasanya terjadi dalam jangka waktu beberapa hari hingga beberapa minggu.
Pada inflamasi akut proses berlangsung singkat beberapa menit hingga beberapa hari, inflamasi akut terjadi karena peningkatan aliran darah dan edema.
Tanda-tanda inflamasi akut adalah merah, panas, bengkak, dan nyeri pada area yang terkena cedera atau terinfeksi.
Inflamasi akut biasanya merupakan bagian dari proses penyembuhan tubuh, tetapi jika tidak dikelola dengan baik, inflamasi akut dapat menyebabkan masalah kesehatan.
2. Inflamasi Kronis
Inflamasi kronis adalah inflamasi yang terjadi dalam jangka waktu yang lama, biasanya lebih dari beberapa minggu.
Tanda-tanda inflamasi kronis tidak selalu jelas, tetapi dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius jika tidak disembuhkan dengan baik.
Inflamasi kronik terjadi bila penyembuhan pada radang akut tidak sempurna atau bila penyebab ringan dan timbul berulang-ulang.
Inflamasi kronis dapat disebabkan oleh penyakit kronis, seperti asma, arthritis, dan penyakit jantung. Bisa juga disebabkan oleh faktor-faktor gaya hidup, seperti merokok, obesitas, dan stres.
Tanda dan Gejala Inflamasi
Tanda-tanda inflamasi yang umum adalah merah, panas, bengkak, dan nyeri pada area yang terkena cedera atau terinfeksi. Tanda-tanda lain dari inflamasi di antaranya:
1. Demam
Inflamasi dapat menyebabkan demam, yaitu kenaikan suhu tubuh di atas normal. Demam dapat terjadi akibat produksi panas tubuh yang meningkat selama inflamasi.
2. Lemas
Inflamasi dapat menyebabkan lemas, yaitu kelelahan atau kehilangan energi. Hal ini dapat terjadi karena tubuh harus bekerja lebih keras untuk mengatasi inflamasi.
3. Perubahan Mood
Inflamasi dapat menyebabkan perubahan mood, seperti depresi atau kemarahan. Hal ini dapat terjadi karena inflamasi dapat mempengaruhi fungsi otak dan kesehatan mental.
4. Pembengkakan
Inflamasi dapat menyebabkan pembengkakan pada area yang terkena cedera atau terinfeksi. Pembengkakan ini disebabkan oleh peningkatan aliran darah dan pembentukan edema, yaitu penumpukan cairan pada jaringan.
Gejala paling nyata pada peradangan adalah pembengkakan yang disebabkan oleh terjadinya peningkatan permeabilitas kapiler.
Adanya peningkatan aliran darah dan cairan ke jaringan yang mengalami cedera sehingga protein plasma dapat keluar dari pembuluh darah ke ruang interstitial.
5. Nyeri
Inflamasi dapat menyebabkan nyeri pada area yang terkena cedera atau terinfeksi. Nyeri ini disebabkan oleh pembentukan zat-zat kimia yang merangsang nyeri pada jaringan.
Rasa sakit akibat radang dapat disebabkan karena adanya peregangan jaringan akibat peningkatan tekanan yang dapat menimbulkan rasa nyeri.
Di samping itu, adanya pengeluaran zat-zat kimia seperti prostaglandin, histamin, bradikinin yang dapat merangsang saraf perifer di sekitar radang sehingga menyebabkan rasa nyeri.
6. Memar
Inflamasi dapat menyebabkan perubahan warna pada area yang terkena cedera atau terinfeksi, seperti merah atau ungu.
Perubahan warna ini disebabkan oleh peningkatan aliran darah ke area tersebut. Memar atau kemerahan (rubor) biasanya merupakan hal pertama yang dilihat di daerah yang mengalami peradangan.
7. Rasa Panas
Rasa panas (kalor) dan warna kemerahan terjadi secara bersamaan. Rasa panas disebabkan karena jumlah darah lebih banyak di tempat radang daripada di daerah lain di sekitar radang.
Fenomena panas ini bila inflamasi terjadi di permukaan kulit. Sedangkan bila terjadi jauh di dalam tubuh tidak dapat dilihat dan rasakan.
Gejala peradangan kronis mungkin lebih sulit dikenali daripada gejala peradangan akut. Tanda-tanda peradangan kronis dapat meliputi:
- Sakit perut
- Nyeri dada
- Kelelahan (contoh pada penyakit lupus)
- Demam (contoh pada penyakit tuberkulosis)
- Nyeri sendi atau kaku (contoh pada penyakit artritis reumatoid)
- Luka mulut (contoh pada penyakit infeksi HIV)
- Ruam kulit (contoh pada penyakit psoriasis)
Tanda-tanda inflamasi dapat berbeda tergantung pada lokasi dan penyebab inflamasi.
Selain itu, inflamasi kronis dapat memiliki tanda-tanda yang lebih sedikit atau tidak jelas dibandingkan inflamasi akut.
Penyebab Terjadinya Inflamasi
Penyebab terjadinya inflamasi dapat berupa cedera, infeksi, atau reaksi alergi. Beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan inflamasi adalah:
Peradangan kronis terlibat dalam proses penyakit banyak kondisi, yakni:
- Alzheimer
- Asma
- Kanker
- Penyakit jantung
- Rheumatoid arthritis (RA) dan ankylosing spondylitis (AS)
- Diabetes tipe 2
- Gangguan autoimun seperti lupus
- Paparan racun, seperti polusi atau bahan kimia industri
- Peradangan akut yang tidak diobati seperti infeksi atau cedera
- Beberapa faktor gaya hidup juga berkontribusi terhadap peradangan pada tubuh
Kemungkinan mengalami peradangan kronis akan lebih besar jika:
- Minum alkohol secara berlebihan
- Memiliki indeks massa tubuh (BMI) yang tinggi yang berada dalam kisaran obesitas
- Berolahraga dengan intensitas maksimal terlalu sering
- Stres
- Merokok
Cara Mengatasi Inflamasi
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi inflamasi adalah:
1. Mengkonsumsi Makanan Sehat
Makanan yang kaya akan antioksidan, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, dan bahan-bahan nabati lainnya, dapat membantu mengurangi inflamasi dalam tubuh.
2. Berolahraga Secara Teratur
Olahraga dapat membantu mengurangi inflamasi dengan cara meningkatkan sirkulasi darah dan mengeluarkan zat-zat yang dapat menyebabkan inflamasi dari tubuh.
3. Menghindari stres
Stres dapat meningkatkan inflamasi dalam tubuh. Menghindari stres dengan cara berolahraga, meditasi, atau terapi bicara dapat membantu mengurangi inflamasi.
4. Menghindari Makanan yang dapat Meningkatkan Inflamasi
Makanan yang tinggi lemak, gula, dan garam dapat meningkatkan inflamasi dalam tubuh. Menghindari atau mengurangi konsumsi makanan tersebut dapat membantu mengurangi inflamasi.
5. Mengkonsumsi Suplemen
Beberapa suplemen, seperti omega-3 asam lemak, vitamin C, dan vitamin E, dapat membantu mengurangi inflamasi dalam tubuh.
Namun, sebelum mengkonsumsi suplemen apa pun, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
6. Menggunakan Obat-obatan Anti-Inflamasi
Obat-obatan anti-inflamasi, seperti obat-obatan anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) atau obat-obatan kortikosteroid, dapat membantu mengurangi inflamasi.
Namun, obat-obatan ini harus digunakan dengan hati-hati dan sesuai dengan anjuran dokter karena dapat menyebabkan efek samping.
Jangan Anggap Remeh Inflamasi
Telah kita ketahui bahwa proses inflamasi diperlukan tubuh dalam melawan infeksi dan proses penyembuhan luka.
Namun, perlu diingat bahwa inflamasi yang terjadi secara kronik (jangka panjang) dapat menyebabkan beberapa kondisi ataupun penyakit yang justru membahayakan tubuh, misalnya radang sendi akibat rheumatoid arthritis atau kanker.
Oleh karena itu, terkadang mengurangi peradangan penting untuk dilakukan. Salah satunya adalah dengan obat antiinflamasi.
Obat antiinflamasi sebaiknya didapatkan melalui resep dari dokter, agar dosis dan penggunaannya tepat.
Penting untuk mengingat bahwa inflamasi merupakan bagian dari proses penyembuhan tubuh, tetapi inflamasi yang berlangsung terus-menerus dapat menyebabkan masalah kesehatan.
Oleh karena itu, penting untuk mengelola dan mengurangi inflamasi dengan cara sehat. Jika Anda merasa mengalami inflamasi yang tidak dapat ditangani sendiri, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan saran dan bantuan lebih lanjut.
Nah detikers, itulah tadi penjelasan mengenai inflamasi? Apakah kamu pernah mengalaminya? Baiknya segera konsultasikan ke dokter, ya!
(aau/inf)