Bharada Richard Eliezer Pudihang Lumiu menjadi saksi sidang lanjutan kasus pembunuhan Brigadir Nopriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J, dengan terdakwa Kuat Ma'ruf dan Bripka Ricky Rizal di PN Jaksel, Rabu (30/1/2022). Eliezer membongkar soal wanita di rumah Bangka hingga Ferdy Sambo tertawa usai membunuh Brigadir J.
Eliezer bersama-sama Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, Kuat Ma'ruf, dan Bripka Ricky Rizal melakukan pembunuhan berencana Brigadir Yosua, dan didakwa melanggar Pasal 340 KUHP subsider Pasal 338 KUHP juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP. Ia disebut dengan sadar dan tanpa ragu menembak Brigadir J.
1. Ferdy Sambo dan Putri Pisah Rumah
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kesaksiannya, Eliezer mengungkapkan bahwa Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi sudah pisah rumah. Menurutnya, Ferdy Sambo lebih sering pulang ke rumah Bangka, dan hanya sesekali berkunjung ke rumah Saguling.
"Kediaman Bangka tamu ada di luar, di kediaman Bangka, kediaman Saguling tidak banyak yang tahu selain internal, kalau Pak FS pulang dari kantor istirahatnya di Bangka," kata Eliezer.
"Istirahat sementara apa ke Saguling? tanya hakim, dilansir dari detikNews.
"Sampai besoknya sampai dinas lagi," jawab Eliezer.
"Sering di mana FS, Bangka apa Saguling? tanya hakim.
"Bangka," jawab Eliezer.
Eliezer menyebut Ferdy Sambo hanya berkunjung ke Saguling untuk ibadah Minggu. Ferdy Sambo lebih sering pulang malam dan menginap di rumah Bangka.
"Sering tinggal di mana FS selama saudara jadi ajudan?" tanya hakim.
"Di Bangka, kalau di Saguling ibadah pagi," jawab Eliezer
"Bangka dan Saguling kan tidak jauh, kenapa FS pisah rumah?" tanya hakim.
"Biasanya beliau kan pulang tengah malam, Bangka di-swab terus mandi-mandi," jawab Elizer.
"Saya cuman pengin tahu apa sih kalau alasannya FS selalu pulang malam kenapa selalu ke Bangka? tanya hakim.
"Saya kurang tahu," jawab Eliezer.
2. Ferdy Sambo: Yosua Harus Dikasih Mati
Eliezer mengaku penembakan dilakukan atas perintah Ferdy Sambo. Pada hari penembakan, Jumat (8/7/2022), Eliezer menghadap Ferdy Sambo yang terlihat dalam kondisi emosional.
Ferdy Sambo kemudian menceritakan peristiwa di Magelang pada hari sebelumnya. Tak lama berselang, Putri Candrawathi ikut duduk di sofa, lalu menangis di hadapan Eliezer dan suaminya.
"(Ferdy Sambo bilang) Yosua melecehkan Ibu di Magelang. Saya kaget, takut, karena kami ajudan di Magelang. Saya diam, dalam hati saya, 'Ini betul kah?'," kata Eliezer.
"(Sambo bilang) 'Kurang ajar! Dia sudah nggak menghargai saya, dia menghina harkat martabat saya'. Emosi, nangis, muka merah. Sesekali dia diam nangis, dia bilang 'Memang harus dikasih mati anak itu, nanti kau yang tembak manusia itu'," imbuh Eliezer menirukan ucapan Sambo saat itu.
Eliezer mengaku tidak menjawab apapun saat diperintah karena takut. Ferdy Sambo juga saat itu menceritakan strategi dan skenario pembunuhan, yaitu isolasi dan tembak menembak.
"Saya nggak jawab sama sekali, masih antara takut, ini nyata kah yang dia sampaikan. Jadi gini Cad skenario dia jelaskan, ibu dilecehkan Yosua, ibu teriak, kamu dengar kamu respons, Yosua ketahuan, Yosua tembak kamu, kamu tembak balik, Yosua yang mati," kata Eliezer sambil menirukan Sambo kala itu.
"Dia jelaskan itu saya kaget, saya disuruh bunuh orang, pikiran saya kalau disuruh bunuh orang, tertekan. 'Sudah kamu aman karena posisinya kamu bela ibu', kamu bela diri ditembak duluan," imbuhnya.
Setelah Ferdy Sambo menjabarkan skenario tembak-menembak, menurut Eliezer, Ferdy Sambo bicara berbisik-bisik dengan Putri Candrawathi. "Di samping itu sempat ngobrol sama ibu, pelan. Membahas tentang CCTV, kedua tentang sarung tangan. Bapak bisik ke ibu, saya nggak bisa dengar, kayanya dia bilang 'iya nanti pakai sarung tangan'," ucap Eliezer.
3. Eliezer Berdoa Sebelum Tembak Yosua
Sebelum menembak Brigadir J, Eliezer sempat berdoa agar rencana Ferdy Sambo membunuh Yosua gagal. Dia mengatakan setelah diperintah Ferdy Sambo dan dijelaskan skenario tembak menembak, dia terdiam dan takut, kemudian berdoa.
"Saya berdoa 'Tuhan kalau bisa ubah pikiran Pak Sambo, kalau bisa ubah pikiran biar nggak jadi', karena saya takut harus cerita ke siapa lagi, saya beraninya berdoa," ujar Eliezer.
Setelah berdoa, Eliezer dipanggil keluar untuk pergi bersama Putri Candrawathi ke rumah Duren Tiga, di mana sebelumnya berada di rumah Saguling. "Saya keluar, Agus bilang ke saya ibu udah turun, saya keluar, saya ambil masker di gudang, saya keluar di mobil sudah ada Ricky Rizal, Yosua, dan di belakang ada Kuat," kata Eliezer.
4. Wanita Menangis di Rumah Bangka
Dalam kesaksian tersebut, Eliezer juga menyinggung momen wanita misterius menangis di rumah Bangka, saat Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi di sana. Sejak kejadian itu, menurut Eliezer, Ferdy Sambo lebih sering tinggal di rumah Saguling, tempat Putri Candrawathi dan anaknya tinggal.
Momen wanita menangis itu terjadi bulan Juni 2022, saat itu Putri Candrawathi lebih dulu tiba di rumah Bangka dengan wajah marah, kemudian disusul Ferdy Sambo dengan wajah marah. Rekan Ferdy Sambo yang dipanggil Koh Erben juga datang ke rumah tersebut.
Wanita itu tidak diketahui kedatangannya, apakah bersama Koh Erben atau seperti apa, karena saat itu Eliezer sedang ke belakang rumah. "Tiba-tiba almarhum bilang sama Mateus 'tidak ada selain kami berdua, maksudnya Yosua dan Mateus yang ada di dalam area rumah kediaman Bangka, semua nunggu di luar'," kata Eliezer.
Eliezer pun berjaga di depan rumah bersama Farhan dan Alfons, sedangkan di belakang Romer, Sadam, dan sejumlah asisten rumah tangga (ART) di rumah Bangka. Tidak diketahui apa yang terjadi di dalam.
Namun, sekitar dua jam kemudian ada wanita keluar dari rumah Ferdy Sambo. Eliezer mengaku tidak pernah sama sekali melihat sosok itu. Wanita itu keluar rumah dalam kondisi menangis.
"Sekitar satu jam, dua jam, baru tiba-tiba ada orang keluar dari rumah. Pagar kami tutup, dia ketuk dari dalam rumah. Saya bilang Alfons 'ada orang keluar', dia buka pintu, tiba-tiba ada perempuan. Saya tidak kenal dia, nangis dia, baru ini (saya lihat), siapa ya?, karena saya nggak ada waktu dia datang. Saya lihat di di dalam ada pak Erben juga di depan rumah," ucap Eliezer.
Wanita itu kemudian mencari sopirnya, dan meninggalkan rumah Bangka. "Perempuan itu bilang nanya driver dia di mana. Saya lari ke samping panggil driver-nya, mobil Pajero hitam, baru driver-nya datang, perempuan itu naik langsung pulang," ungkapnya.
Sejak kejadian wanita menangis itu, Ferdy Sambo sering ke rumah Saguling. Padahal sebelumnya Ferdy Sambo ke rumah Saguling hanya ibadah pagi, dan lebih sering tinggal di rumah Bangka.
"Semenjak kejadian itu, pak FS sudah sering kali di Saguling,"pungkasnya.
Simak halaman selanjutnya Ferdy Sambo tertawa usai membunuh Yosua...
5. Susi Update Status 'Cukup Tahu Saja' Usai Peristiwa Magelang
Eliezer mengaku sempat melihat ART Ferdy Sambo, Susi, menangis di rumah Magelang, dan Susi sempat mencurahkan isi hatinya lewat status di aplikasi Whatsapp. Kejadian itu 7 Juli 2022. Mulanya ia dan Ricky mengantar anak Sambo ke Jogjakarta, tiba-tiba Putri Candrawathi menelepon sambil menangis meminta mereka segera pulang ke rumah.
"'Ih Bang, ibu telepon saya Bang', ibu nangis 'Kamu di mana dek? balik sekarang dek, mana di mana Ricky, tolong ibu dek," kata Eliezer menirukan suara Putri Candrawathi.
Mendengar tangisan Putri Candrawathi di telepon, Eliezer dan Ricky langsung bergegas ke rumah Magelang. Setiba di rumah, tidak ada siapapun di sana, namun setelah naik ke lantai dua ada Kuat dan ART Susi.
"Saya matiin (telepon) 'Bang, Bang, Bang, Ibu nangis Bang' langsung berdua lari ke mobil, saya yang bawa mobil, kencang rumah sepi Yang Mulia, masuk lah kami berdua kok tidak ada orang, Bang Ricky naik ke lantai dua ke atas saat lihat ada Kuat sama Susi," jawab Eliezer.
Eliezer mengaku saat itu sempat menengok ada Putri Candrawathi yang tengah terbaring di tempat tidur di kamar. Eliezer menanyakan kepada Kuat apa yang terjadi. Dengan penuh emosi, Kuat mengatakan agar Eliezer tidak tahu dulu terkait masalahnya.
"Yang nelepon saya ibu, saya nengok ke arah kamar ibu ada di kamar lagi baring, saya nanya Om Kuat dia kayak orang emosi 'Om ada masalah apa?' 'Sudah kamu tidak usah tahu dulu' baru dia ajak saya turun," kata Eliezer menirukan percakapan dengan Kuat.
Eliezer juga sempat bertanya kepada Yosua, yang juga tidak mengetahui dan malah menyebut Kuat marah-marah. "Saya keluar tanya ke Bang Yos 'Bang?' 'Hem' 'Bang? Ada masalah apa?' 'Tidak tahu tuh Kuat marah-marah', 'Bang saya sudah tanya Kuat, Kuat bilang tidak usah tahu, saya kalau ada apa-apa jangan libatkan saya'," kata Eliezer menirukan percakapan dengan Yosua.
Singkat cerita, Eliezer sempat melihat Susi menangis di kamar, namun tak menjawab saat ditanya apa masalahnya. "Masuk ke dalam itu kalau lewat kelihatan ada Susi duduk di samping tempat tidur nangis-nangis 'Kenapa?' dia tidak jawab saya," kata Eliezer.
Karena tak dijawab Susi, Eliezer langsung masuk ke kamar dan membuka ponsel. Di sinilah, saat membuka aplikasi Whatsapp, Eliezer melihat Susi membuat status dengan memasang foto selfie, lalu diberi stiker di bibir bertuliskan 'cukup tau aja'.
"Saya masuk kamar, pas saya main handphone, buka-buka handphone, saya kan simpan nomor Susi, saya lihat Susi buat status selfie foto dia sendiri, baru di muka, di bibir pakai stiker bertuliskan 'cukup tau aja'," ujarnya.
6. Eliezer Takut Bernasib Seperti Yosua
Eliezer mengaku takut bernasib sama seperti Yosua, sehingga tidak berani menolak perinta Ferdy Sambo. "Memang Ferdy Sambo ini siapa sih, kenapa kok bisa ditakuti, dia kan penegak hukum?," tanya hakim di ruang sidang
"Takut, Yang Mulia," jawab Richard.
"Kenapa takutnya?" timpal hakim
"Saya pada saat dia kasih tahu (skenario pembunuhan) ke saya di Saguling, pikiran saya, saya akan sama seperti almarhum yang mulia," jelasnya.
Perbedaan pangkat Ferdy Sambo yang saat itu Jenderal Bintang Dua dengan jabatan Kadiv Propam Polri, juga menjadi alasan Eliezer tak bisa menolak perintah tersebut. Ia mencontohkan perbedaan pangkat dia dengan Ferdy Sambo bagaikan langit dan bumi.
"Ini jenderal bintang dua menjabat sebagai Kadiv Propam, Yang Mulia. Dan posisi saya saat itu sampai saat ini, jabatan saya Bharada, pangkat terendah. Dari pangkat saya bisa lihat rentang pangkat itu bagai langit dan bumi," kata dia.
"Jangankan jenderal, sesama Bharada kalau dia beda satu pangkat sama saya, dia suruh saya jungkir, saya jungkir. Saya tidak berani menolak, kalau dia suruh push-up saya lakukan. Apalagi ini jenderal," imbuhnya.
Richard menegaskan dirinya merasa berdosa dan bersalah karena mengikuti skenario yang dibuat Ferdy Sambo untuk membunuh Yosua. "Saya merasa berdosa, merasa bersalah. Karena saya mengikuti apa yang diperintahkan beliau," pungkasnya.
7. Eliezer Tak Ikut Tes Psikologi Dapat Izin Bawa Senjata
Eliezer mengatakan dia tidak mengikuti tes psikologi untuk mendapatkan izin membawa senjata api (senpi) saat bertugas menjadi anggota Polri. Snggota Brimob itu mendapat izin membawa senpi atas rekomendasi Ferdy Sambo.
"Kemarin saksi bilang bahwa kepemilikan senjata api itu dipertanyakan? Kamu tahu?" tanya hakim di ruang sidang.
"Tahu, Yang Mulia, pada saat itu saya mengurus senjata saya nggak ikut prosedur yang seharusnya, karena harus ada tes psikologi, itu nggak ada," jawab Eliezer.
Ia mengatakan, mulai memiliki senjata api sejak Desember 2021. Saat itu, ketika awal bekerja dengan Ferdy Sambo, ditanyai soal kepemilikan senjata api. Ferdy Sambo lalu memerintahkan Eliezer meminta senjata api ke Kompol Chuck Putranto. Eliezer langsung diminta ke Mabes Polri untuk membawa senjata api tersebut.
"Saat itu, Yang Mulia, saya pertama kali piket dengan FS dia nanya 'senjata api kamu sudah?', siap belum Bapak. 'Kamu hubungi Pak Chuck itu'. Saya telepon dia, 'izin, Komandan, ini Bapak sudah tanya'. 'Oh, iya, Chad, lagi diurus. Saya disuruh sama Sadam ke kantor, langsung dikasih. Surat izinnya dua tiga hari kemudian," jelasnya
8. Sambo Tertawa Usai Pembunuhan Yosua
Eliezer mengungkapkan dia dan Bripka RR sempat berkumpul dengan FerdySambo setelah membunuh Brigadir J. FerdySambo disebut tertawa sambil menyebutkan salah menggunakan senjata saat membunuh Yosua.
Ia mengatakan saat itu dirinya dan Bripka Ricky dipanggil menghadap Ferdy Sambo di kediamannya. Berulang kali Ferdy Sambo sambil tertawa menjelaskan salah menggunakan senjata saat mengeksekusi Yosua.
"Itu bukan di Provos, tapi di kediaman. Jadi saat itu ada saya, Bang Ricky juga. Sempat beliau berulang-ulang kali ke kami bilang sambil ketawa, sempat bilang salah pakai senjata," kata Eliezer.
"Penyampaian itu kayaknya ada yang salah, sambil ketawa?," tanya jaksa.
"Iya sambil ketawa dia," jawab Eliezer.
"Salah tembak kah?," timpal Jaksa
"Salah pakai senjata," jawab Eliezer.