Nestapa 4 Bersaudara Yatim Piatu di Abang; Ibu Nikah Lagi-Ayah Meninggal

Karangasem

Nestapa 4 Bersaudara Yatim Piatu di Abang; Ibu Nikah Lagi-Ayah Meninggal

I Wayan Selamat Juniasa - detikBali
Minggu, 20 Nov 2022 21:45 WIB
Potret tiga dari empat bersaudara yatim piatu di Karangasem
Potret tiga dari empat bersaudara yatim piatu di Karangasem. (Foto: I Wayan Selamat Juniasa)
Karangasem -

Kisah pilu dan kehidupan pahit dialami oleh empat bersaudara di Banjar Dinas Abang Kaler, Desa dan Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Bali.

Mereka adalah I Wayan Tangkas (20), Ni Kadek Widana (18), Ni Nyoman Teresni (16) dan Ni Ketut Sri Widnyani (14).

Di usianya yang masih beranjak masa remaja dan dewasa, keempat bersaudara ini harus merasakan pahitnya hidup menjadi yatim piatu setelah ayahnya meninggal dunia dan ibunya menikah lagi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Saudara tertua I Wayan Tangkas menceritakan bahwa saat ia duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) ibunya memilih untuk bercerai dengan ayahnya untuk kemudian menikah lagi. Bahkan saat ibunya meninggalkannya adiknya yang paling bontot masih berusia beberapa bulan.


Semenjak saat itu, ia dan juga saudaranya dihidupi oleh ayahnya yang hanya bekerja sebagai buruh serabutan yang berpenghasilan tidak menentu setiap harinya. Bahkan kadang karena tidak ada uang lebih Tangkas dan juga saudaranya mengaku tidak pernah bawa uang saku saat sekolah.

ADVERTISEMENT


"Karena tidak ada uang lebih kami tidak pernah bawa bekal atau uang saku ke sekolah. Jadi setelah pulang sekolah kami baru makan itupun kalau ada makanan kalau tidak ya kami hanya sore saja makan dan kami sudah terbiasa dengan hal itu sampai saat ini," kata Tangkas saat ditemui di rumahnya, Minggu (20/11/2022).


Saat Tangkas dan juga saudaranya beranjak dewasa, musibah datang pada keluarga yang tergolong kurang mampu ini.

Ayah mereka I Nyoman Darta yang menjadi tulang punggung keluarga mengalami musibah jatuh dari pohon kelapa saat bekerja mencari janur.


Akibat kejadian tersebut ayahnya mengalami luka parah hingga harus dirawat secara intensif di RSUP Prof Ngoerah di Denpasar selama beberapa hari. Tapi sayang, nyawa ayahnya tidak bisa diselamatkan dan akhirnya meninggal dunia.


Semenjak itu, Tangkas yang baru lulus SMA dan juga adiknya yang nomor 2 juga baru lulus SMP terpaksa harus menjadi tulang punggung keluarga agar bisa membiayai hidup sehari-hari serta kedua adiknya yang masih bersekolah.

"Saya bekerja di bengkel milik paman sedangkan adik yang nomor 2 bekerja di toko sembako di wilayah Buleleng dan menetap di sana," kata Tangkas.


Dalam sehari Tangkas mengaku mendapat upah sekitar Rp 50 ribu hingga Rp100 ribu saja tergantung banyak dan sedikitnya pekerjaan yang ia kerjakan.

Upah itulah yang kemudian diakui Tangkas digunakan untuk biaya hidup sehari-hari. Dengan uang segitu, Tangkas mengaku sering kekurangan sehingga dalam sehari ia dan saudaranya yang tinggal di rumah peninggalan ayahnya kadang makan dengan lauk seadanya bahkan tidak jarang harus makan 2 kali dalam sehari.


Sedangkan adiknya yang nomor 2 yang saat ini bekerja di Buleleng mengirim uang setiap bulannya hanya Rp 200 ribu.

Meskipun hidup dengan kekurangan tidak ada raut sedih sedikitpun di wajah saudara yatim piatu tersebut bahkan mereka terlihat bahagia meski dengan kekurangan yang mereka miliki saat ini.


Untuk bisa merubah hidupnya dan juga adik-adiknya, Tangkas mengaku akan mencari pekerjaan yang lebih baik lagi. Tapi sebelum mendapat pekerjaan yang lebih baik lagi ia berharap ada orang baik yang bisa membantunya dan juga adik-adiknya untuk biaya hidup sehari-hari.


"Kami bisa makan setiap harinya saja sudah sangat bersyukur meski dengan lauk seadanya. Saya juga berjanji kepada diri saya sendiri akan mencari pekerjaan yang lebih baik lagi, tapi mencari pekerjaan di Karangasem sangat susah kalau saya tinggal ke Denpasar kasihan kedua adik saya jika ditinggalkan berdua di rumah," tukas Tangkas.




(dpra/hsa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads