Usung Isu Lingkungan, 20 Seniman G20 Unjuk Gigi di Kura Kura Bali

KTT G20

Usung Isu Lingkungan, 20 Seniman G20 Unjuk Gigi di Kura Kura Bali

Triwidiyanti - detikBali
Sabtu, 19 Nov 2022 01:00 WIB
Sebanyak 20 karya seniman kontemporer internasional yang tergabung dalam kelompok G20 of Arts dipamerkan di tiga lokasi di Kura Kura Bali, Pulau Serangan, Denpasar Selatan, Bali. Foto: Triwidiyanti
Sebanyak 20 karya seniman kontemporer internasional yang tergabung dalam kelompok G20 of Arts dipamerkan di tiga lokasi di Kura Kura Bali, Pulau Serangan, Denpasar Selatan, Bali. Foto: Triwidiyanti
Denpasar -

Sebanyak 20 karya seniman kontemporer internasional yang tergabung dalam kelompok G20 of Arts dipamerkan di tiga lokasi di Kura Kura Bali, Pulau Serangan, Denpasar Selatan, Bali. Dari 20 karya itu, dua karya dibuat oleh seniman asal Indonesia. Mereka adalah Arahmaiani dan A.D Piorus.

Dengan menggandeng Lance Fung dari Fung Collaboratives sebagai kurator, ajang pameran seni unik yang bertemakan Constellations: Global Reflections (CGR) ini dipamerkan di ruang terbuka di Kura Kura Bali selama satu tahun penuh mulai dari November 2022 hingga November 2023.

Fung menjelaskan, bahwa instalasi-instalasi seni tersebut harus menyoroti isu perubahan iklim, kesetaraan hidup, dan kolaborasi global dengan menggunakan sejarah kain Bali, proses pembuatan lampion, dan pertunjukan wayang sebagai benang merah konsepnya.

"Constellations: Global Reflections bertujuan untuk mempertegas filosofi hidup khas Bali yaitu Tri Hita Karana," ujar Lance Fung usai mengunjungi pameran, Jumat (18/11/2022) malam.

Menarik buat dia, karena pameran Ini diartikan secara khusus dimana ada tiga cara mencapai kebahagian atau harmoni.

"Filosofi ini mencakup tiga aspek kehidupan di Bali, yakni Tuhan, manusia, dan alam, dengan menempatkan ketiganya sebagai dasar pengembangan di Kura Kura dengan fokus utama kebahagiaan dan sistem berkelanjutan," imbuhnya.

Dibuat di Bali, acara yang digagas oleh pengusaha, filantropis, dan anggota MoMA International Council, Cherie Nursalim ini rupanya menarik perhatian para pengunjung yang rata-rata delegasi G20.

Para pengunjung diajak berkeliling dengan menggunakan shuttle bus menuju ke tiga lokasi pameran. Nampak para delegasi sangat antusias menikmati 20 karya tersebut.

Ada yang selfie ada yang memotret dan mendokumentasikan dalam bentuk video. Dan ada juga yang sekedar melihat-lihat.

Seniman Visual Arahmaiani Faisal (61) kelahiran Bandung yang mengusung tema "Burned Trees" mengatakan, bahwa ia sangat bangga bisa ikut terlibat dalam pameran yang mengangkat isu lingkungan tersebut.

"Saya mengangkat tema kebakaran hutan Indonesia. Karena Indonesia kan merupakan hutan tropis kedua terbesar di dunia sesudah Amazone isu ini penting sekali," tukas dia.

Menurutnya saat ini, hutan terancam kepunahan karena dijadikan tambang batubara, perkebunan kelapa sawit yang menguntungkan bagi dunia. Ia berharap dengan pertemuan G20 para pemimpin dunia diharapkan dapat lebih concern lagi dalam menjaga kelestarian lingkungan.

"Prinsip Tri Hita Karana ini ingin saya ingatkan kepada kita semua ingin anak cucu selamat hidup dengan aman dan bahagia kita harus mengurus masalah ini. Saya dan komunitas sudah bekerja bagaimana melindungi dan melestarikan alam ini. Tapi kalau pemerintah mendukung seperti di Tibet bagus," tutur dia.

Untuk diketahui, karya ini dicetak secara digital di atas kain yang terbuat dari plastik daur ulang kemudian diaplikasikan pada 10 instalasi menyerupai drum yang digerakkan oleh energi matahari. Karya dirancang untuk dapat dinikmati di siang atau malam hari.

Instalasi-instalasi seni ini mengeksplorasi suasana yang tenang dan syahdu, serta melambangkan mercusuar. Sehingga diharapkan dapat mengundang orang dari seluruh dunia untuk bersama melihat karya seni tersebut.

Adapun para seniman yang tergabung dalam kelompok G20 for Arts berasal dari berbagaiusia mulai dari 30 hingga 90 tahun, yaitu: Tony Albert (Australia), Arahmaiani (Indonesia), Dana Awartani (Saudi Arabia), Xu Bing (China), Berkay Bugdan (Turki), Genevieve Cadieux (Kanada), Minerva Cuevas (Meksiko), N. S. Harsha (India), Kota Hirakawa (Jepang), Ilya & Emilia Kabakov (Rusia/Ukraina), Naledi Tshegofatso Modupi (Afrika Selatan), A.D Pirous (Indonesia), Paola Pivi (Italia), Liliana Porter (Argentina), Caio Reisewitz (Brasil), Thomas Ruff (Jerman), Yinka Shonibare CBE (Inggris), Kiki Smith (Amerika Serikat), Kimsooja (Korea Selatan), dan Ben Vautier (Prancis).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT




(nor/dpra)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads