Pedagang suvenir di kompleks kios yang berada di kiri-kanan jalur utama menuju The Nusa Dua, Badung, Bali, meceritakan keluh kesah mereka selama Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20. Meski tetap buka selama helatan tersebut, pengamanan super ketat membuat tamu yang berkunjung ke kios mereka menurun.
Salah seorang pedagang, Ketut Puriana mengakui hal itu. Ia cukup merasakan dampak ketatnya pengamanan di Nusa Dua saat KTT G20. Meski ada tamu yang datang, tapi jumlahnya tidak banyak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi tidak apa. Kami tetap buka untuk terima tamu yang masih di luar. Yang penting acara lancar. Setelah ini (G20) bisa mulai lagi," ucap pria asal Gianyar ini, Jumat (18/11/2022).
Dewa Raka, pedagang lain di sekitar ITDC Nusa Dua juga mengakui hal serupa. Ia sempat kedatangan tamu saat KTT G20, hanya saja, mereka tidak berbelanja dan hanya melihat-lihat. Kondisi itu tidak seperti hari-hari sebelumnya yang selalu ramai.
"Saat delegasi mulai datang, yang berkunjung hanya tamu G20, tapi tidak lama," sebutnya.
Raka mengaku sempat dibikin kesal lantaran ada tamu datang, justru menawar jauh di bawah harga pokok. Menurutnya, yang paling bikin pedagang mengelus dada adalah turis India.
"Ya satu dua orang ada begitu, menawar harga di bawah. Tapi tidak semua, lah. Tapi dibandingkan turis lain, ya mereka," kata Dewa.
Ia menambahkan, memang ada pembatasan bagi para pedagang di sekitar ITDC. Namun, ia dan pedagang lainnya tetap buka karena masih tergolong warung kecil. Terlebih selama tidak mengganggu ketertiban.
"Yang sekadar beli air minum pun juga ada. Itu dari official negara selama side event datang hanya duduk, lalu pergi," tuturnya.
Kios sepanjang jalur utama The Nusa Dua menawarkan beragam produk oleh-oleh khas Bali. Termasuk baju, topi, aksesoris, hingga produk kerajinan buatan perajin di Gianyar. Setiap produknya dijual dengan harga tidak lebih dari Rp 200 ribu per produk.
(iws/dpra)