Bagi detikers yang gemar atau terjun di dunia seni peran, tentu tidak asing mendengar istilah monolog. Seni pertunjukan monolog cukup digemari oleh sejumlah masyarakat, apalagi jika sang pemeran berhasil membawakan cerita dengan baik, tentu akan mendapat tepuk tangan yang riuh dari penonton.
Namun, tak semua orang tahu apa itu monolog, terlebih bagi para detikers yang sama sekali belum pernah berkecimpung di dunia seni peran. Lantas, apa itu monolog? Lalu apa saja jenis-jenis monolog? Simak pembahasannya secara lengkap dalam artikel ini yuk detikers.
Pengertian Monolog
Dijelaskan dalam buku Tabungan dari Monolog Panduan Menulis oleh Setiawan G Sasongko, secara umum monolog adalah pembicaraan yang terjadi dalam satu arah, artinya tidak ada timbal balik antara komunikator dengan komunikan. Sebagai contoh, seorang kepala desa sedang membaca pidato di depan masyarakat desa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun dalam pengertian seni terutama teater, monolog adalah sebuah pementasan seni yang hanya melibatkan satu pemain saja. Kemudian aktor tersebut berdiri sendirian di atas panggung sambil bercerita tentang hal apa saja tanpa melibatkan pemain lain.
Sedikit informasi, kata monolog berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu mono dan legein. Kata mono memiliki arti satu sedangkan legein artinya berbicara. Jika kedua kata tersebut disambung artinya hanya ada satu orang saja yang berbicara.
Proses komunikasi yang terjadi dalam monolog adalah secara bertahap dengan mengikuti beberapa tahapan peristiwa sesuai pernyataan orang lain. Penyampaian proses komunikasi dalam monolog juga harus memperhatikan beberapa hal penting, mulai dari pernyataan yang memiliki unsur dengan komunikator, komunikan, dan isi yang disampaikan.
Ciri-ciri Monolog
Ada sejumlah ciri-ciri dalam peran seni monolog. Dijelaskan dalam buku Jadilah Kereta Api Panduan Menulis Buku untuk Pemula oleh Setiawan G Sasongko, berikut ciri-ciri monolog:
- Pemeran monolog jumlahnya hanya satu orang saja.
- Bentuk dari pendapat seseorang bisa dikolaborasi dengan kalimat atau dialog bisu.
- Menggunakan pesan narasi deskriptif, selain itu dibutuhkan juga dokumen pendukung seperti gambar, presentasi, video, dan lain sebagainya.
- Dapat mengajak audiens (penonton) berinteraksi, meski sekadar memberikan kesan terhadap aksi mereka di atas panggung.
- Monolog lebih sering digunakan untuk seni teater maupun seni peran, jadi jarang ditemukan di sinetron ataupun FTV.
- Lebih cocok digunakan untuk dialog bisu atau dalam bahasa umumnya pertunjukan pantomime.
- Menjelaskan cerita secara konsisten dan tetap saling berinteraksi antara satu pesan dengan pesan yang lainnya.
Jenis-jenis Monolog
Monolog sendiri terbagi ke dalam enam jenis, lantas apa saja jenis-jenis monolog tersebut? Dikutip dari buku Creating Your Own Monologue oleh Glenn Alterman, berikut jenis-jenis monolog.
1. Monolog Naratif Biografis
Monolog naratif biografis adalah seorang narator yang menceritakan kembali sebuah peristiwa yang pernah terjadi di masa lalu. Namun, narator hanya boleh menceritakan dirinya sendiri sehingga tidak boleh menonjolkan karakter orang lain di dalam ceritanya.
2. Monolog Fictional Character-Driven
Monolog yang satu ini dapat memberikan kebebasan bagi narator untuk menceritakan apa saja yang ada di dalam pikirannya. Jadi, narator bisa menceritakan tentang dirinya sendiri maupun orang lain.
3. Monolog Topical
Monolog topical adalah monolog yang menceritakan tentang kejadian sehari-hari. Dalam hal ini, narator boleh menceritakan tentang kesehariannya sendiri ataupun keseharian orang lain yang telah ia amati sebelumnya.
4. Monolog Realistis
Sesuai namanya, monolog ini menceritakan tentang suatu hal nyata yang pernah ia alam semasa hidupnya. Di sini narator juga bisa bercerita sambil menunjukkan foto, video, atau presentasi kepada audience sehingga mereka juga bisa merasakan apa yang narator alami.
5. Monolog Storytelling
Monolog storytelling adalah monolog yang fokus pada cerita naratif. Tidak hanya sekadar bercerita, namun narator juga bisa menunjukkan mimik wajah sesuai dengan ekspresi tokoh yang sedang diceritakan
6. Monolog Karakter Biografi
Jenis monolog yang terakhir adalah karakter biografi, dalam hal ini seorang narator dapat menceritakan lebih dari satu karakter tokoh. Karena menceritakan lebih dari satu tokoh, maka narator harus menonjolkan dialog dari masing-masing karakter tersebut.
Contoh Monolog
Setelah memahami tentang pengertian, jenis, dan ciri-cirinya, mari kita simak beberapa contoh monolog berikut ini.
1. Contoh Monolog
MONOLOG AKU PEMIMPIN
Aku dapat merasakan sesuatu dalam diri ini,
Sikap kepimpinan aku yang agak ketara, adil, amanah, dan penuh tanggung jawab menjadi peganganku.
Aku suka memimpin,
Aku mahu menjadi seorang pemimpin kelak,
Aku memasang niat untuk menjadi seorang pemimpin yang tersohor pada masa akan datang.
Sikap kepimpinan aku ini bermula ketika di tingkatan satu,
Aku seperti pelajar yang biasa,
Waktu pembelajaran aku pun seperti biasa.
Datang sekolah pada 7.20 pagi dan pulang pada 1.15 siang,
Namun aku seorang yang aktif dalam persatuan,
Itulah yang membesarkan aku.
Bermulanya pada saat itu,
Aku telah dilatih dan dicungkil bakat oleh kaunselor ku,
Aku ingin membuktikan bahawa aku boleh menjadi seorang pemimpin yang berjaya kelak.
Sekian, terima kasih.
2. Contoh Monolog
Para Penjilat
Perkenalkan saya, hmmm...siapa ya??? (dengan wajah pura-pura tahu). Sebut saja saya Robert, atau Michael. Ya hanya nama itu yang bisa mencerminkan betapa kayanya saya.
(berjalan-jalan mengelilingi stage, sambil berpikir lagi)
Aku memang kaya, tapi maaf saya bukan maksud hati untuk sombong atau congkak,tapi buat apa minta maaf, iya kan? (dengan wajah sinis)
(duduk di kursi sambil mengangkat kaki satu di atasnya)
Kalian tahu, sebenarnya saya ini ramah, sudah kaya pula. Tapi kenapa kalian-kalian memaksa ku menjadi begini? (dengan nada marah)
(berdiri dan naik ke atas kursi)
Apa? Apa kau lihat-lihat? Mau nantangin? Apa? Menyuruhku minta maaf? Gara-gara aku tak sopan? Pintar sekali kau. Enyah (semakin marah)
(kembali duduk di kursi)
Baiklah, baik saya akan beri tahu kenapa saya seperti ini dan kenapa saya sangat enggan meminta maaf (dengan ekspresi jengkel)
(membuka jas dan memutari kursi)
Mama, aku sudah pulang kerja Mama? Ma? Masih di salon ya? (sambil melihat jam tangan)
Papa? Oh iya, papa masih di Amerika ya? Ok, bisa-bisanya aku lupa. Sudah lah.
Rumah sebesar ini yang tinggal cuma aku? Payah. Benar-benar payah jadi orang kaya, sangat kesepian, dengan tetangga saja tak kenal, bukannya aku tak mau tapi pasti mereka juga tak mau. Maklum, pasti sibuk alasannya. Alasan klasik yang manjur juga untuk menolak sesuatu.
(kembali berdiri dan mengelilingi stage)
Mana bisa tahan kalau hidup di tengah-tengah orang yang hidupnya hanya memikirkan harta dan kekayaan saja. Ingin rasanya aku hidup sederhana, atau miskin sekalian. Yang penting dapat merasakan suasana kekeluargaan yang bahagia, yang mana tak ada yang bersifat individualis dan hanya mencari uang tanpa peduli dengan keluarga dan anaknya sendiri.
(ke backstage mengganti pakaian)
Sekarang sudah tahu kenapa saya enggan minta maaf? Dasar para penjilat.
3. Contoh Monolog
Orde Tuyul
Cempluk wadah uyah
Weteng njembluk isine bocah
Wong manis, sudah lima tahun Kangmasmu mengembara di ibukota yang pilarnya berujung emas. Dan ini surat pertamaku, dan Kangmasmu mohon berpuluh-puluh ribu ampun, kumohon kamu jangan dulu membuat kuburan fiktif seperti Mbokdhe Sastro yang membuat tiga gundukan tanah yang tak ada jasadnya, yang tiap malem Jum'at disebari mawar! Sabar ya, Nduk, peluklah guling dahulu sebelum Kangmasmu ini pulang.....
Cemplukku,
Di pusat negeri ini Kangmasmu berharap-harap cemas, tersedia di setiap sudut belantara kota yang dahulu kumandangkan proklamasi. Tapi, yang ada hanyalah kenyataan yang dedel duwel, yang madul-madul tidak karuan!
Nyatanya, pejabat negeri ini lebih senang berlomba memesan jas dengan saku ukuran jumbo, seukuran karung goni gabah kita. Kata Mas Togog penjahitnya, memang sekarang baru trend seperti itu.
Ya, sejak reformasi itu semangat ngembol pun semakin hebat, makin ndadi! Cemp Memang pejabat negeri ini sudah jadi raksasa, sehingga gembolannya pun harus Mencelupkan guedi-guedi (gede-gede)!
Itulah wong ayu, maka Kangmasmu sering merasa miris, takut tidak bisa ngiris lagi karena sudah tidak kebagian jatah. Karena bagian kita sudah buat retan kaum priyayi tiban, yang dengan bermodal spanduk bisa balik jungkir semaunya. Lalu beli rumah, beli mobil jaguar, beli lipstick satu truk, entah seberapa besar besar bibir istrinya. Mungkin juga buat beli berton-ton kondom buat stock.
Nah itu dia detikers penjelasan mengenai monolog beserta pengertian, ciri-ciri jenis-jenis, dan sejumlah contohnya. Semoga artikel ini dapat membantu detikers terutama dalam memahami seni peran monolog.
(ilf/fds)