Demi Urus Ternak, Korban Banjir Jembrana Tolak Relokasi Pengungsian

Demi Urus Ternak, Korban Banjir Jembrana Tolak Relokasi Pengungsian

I Putu Adi Budiastrawan - detikBali
Minggu, 30 Okt 2022 12:08 WIB
Kondisi posko pengungsian warga korban banjir bandang di Tukad Bilukpoh, Kelurahan Tegalcangkring, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, Minggu (30/10/2022). (I Putu Adi Budiastrawan/DetikBali).
Kondisi posko pengungsian warga korban banjir bandang di Tukad Bilukpoh, Kelurahan Tegalcangkring, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, Minggu (30/10/2022). (I Putu Adi Budiastrawan/DetikBali).
Jembrana -

Warga korban banjir bandang di Tukad Bilukpoh, Jembrana, menolak direlokasi sementara dari posko pengungsian Balai Tempek Kerta Sari ke mes Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 4 Mendoyo. Selain jarak mes tersebut jauh dari rumah, mereka menolak direlokasi demi mengurus ternak.

"Mes SMPN 4 Mendoyo jauh dari sini, kalau mau ngurus ternak susah. Mending di sini saja dulu, sambil nunggu listrik hidup di rumah," tutur seorang warga bernama Nyoman Sadri saat ditemui di pos pengungsian Balai Tempek Kertasari, Minggu (30/10/2022).

Pantauan detikBali, para pengungsi memilih untuk tetap bertahan di posko pengungsian meskipun banyak keluhan yang mereka hadapi. Mulai dari kedinginan saat malam hari hingga terganggu oleh banyaknya nyamuk.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal senada juga diungkapkan Nyoman Budra (57). Ia dan warga lainnya bertahan di pengungsian demi bisa mengurus ternak, seperti sapi, kambing dan ayam.

"Saya saat malam hari saja di pengungsian, siangnya saya bersihkan sisa kayu di rumah," ujarnya.

Lurah Tegalcangkring, I Gusti Ngurah Eka Armadi menjelaskan, rencana relokasi tersebut sebenarnya dilakukan untuk memastikan kesehatan masyarakat terjamin. Namun, lantaran sejumlah warga menolak, pihaknya bakal kembali melakukan pendekatan dengan warga tersebut.

"Kami berusaha melakukan yang terbaik bagi warga terdampak," tegasnya.

Armadi menambahkan, total warga di posko pengungsian sebanyak saat ini berjumlah 86 kepala keluarga (KK). Sementara yang masih bertahan sebanyak 7 KK. Warga lain ada yang sudah tinggal di rumah kerabat, ada pula yang memilih mengontrak rumah karena memiliki keluarga sakit dan anak-anak.

"Lantaran masih ada yang menolak dipindahkan, kami masih melakukan komunikasi dengan warga untuk mencari kesepakatan," tandasnya.




(iws/hsa)

Hide Ads