Rudolf Pembunuh Icha Punya Trauma Masa Kecil, Emosi Meledak-ledak

Rudolf Pembunuh Icha Punya Trauma Masa Kecil, Emosi Meledak-ledak

Tim detikNews - detikBali
Senin, 24 Okt 2022 05:49 WIB
Rudolf (36) tersangka pembunuh Icha saat mendorong mayat korban dan tertangkap CCTV apartemen
Christian Rudolf Tobing, tersangka pembunuh Icha. (Foto: Dok.detikcom)
Bali -

Kasus pembunuhan Ade Yunia Rizabani atau Icha (36) oleh temannya sendiri, Christian Rudolf Tobing (36) masih menjadi sorotan publik. Berdasarkan hasil pemeriksaan psikologi, polisi menyebut bahwa Rudolf memiliki trauma masa kecil.

Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi menyebut trauma tersebut muncul lantaran Rudolf kerap dipukuli orang tuanya. Tak hanya itu, Rudolf juga disebut memiliki emosi yang meledak-ledak.

"Untuk pemeriksaan psikologis sudah dilakukan oleh tim psikologi Polda Metro Jaya, hasil sementara pemeriksaan baru disampaikan kepada kami bahwa pelaku mempunyai trauma masa kecil," kata Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi kepada wartawan, Sabtu (22/10/2022), dikutip dari detikNews.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena sering dipukuli oleh orang tuanya, pelaku memiliki emosi yang meledak-meledak," imbuhnya.

Diberitakan sebelumnya, Rudolf membunuh Icha di sebuah apartemen Jakarta Pusat dan membuang jasadnya terbungkus plastik di Pondok Gede, Kota Bekasi. Kasus pembunuhan ini terungkap berawal dari penemuan mayat Icha yang terbungkus plastik hitam di Jl Kalimalang, Pondok Gede, Kota Bekasi, pada Selasa (18/10/2022).

ADVERTISEMENT

Polisi kemudian melakukan penyelidikan hingga akhirnya menangkap Rudolf. Kasus pembunuhan ini menyita perhatian publik lantaran Rudolf sempat tersenyum-senyum saat membawa jasad korban di lift.

Sementara itu, kriminolog Reza Indragiri menilai Rudolf tak bisa disimpulkan sebagai seorang psikopat meski tersenyum usai membunuh Icha. Reza memilih berhati-hati untuk melabeli pelaku dengan sebutan-sebutan psikologis.

"Penyematan istilah psikologis bisa dimanfaatkan oleh pelaku untuk mendapatkan keringanan hukuman," kata Reza Indragiri dikutip dari video 20detik, Minggu (23/10/2022).

Menurut Reza Indragiri,Rudolf sebaiknya disebut saja orang yang normal, waras dan memiliki perencanaan dalam menjalankan aksinya. Tujuannya agar majelis hakim memberikan hukuman seberat-beratnya.

"Harapannya pelaku nanti mendapatkan hukuman yang berat dari majelis hakim agar tidak bertolak belakang dengan harapan publik dan keluarga korban," ujarnya.

Dia juga mengingatkan agar berhati-hati memberikan sebutan psikologis kepada pembunuh seperti pembunuh berdarah dingin, psikopat, sosiopat, orang dengan gangguan kepribadian lainnya.

Rudolf Sempat Berencana Sewa Pembunuh Bayaran

Dilansir dari detikNews, polisi juga mengungkap Rudolf sempat berencana menyewa pembunuh bayaran untuk menghabisi Icha.

"Pelaku sempat pada saat sebelum melakukan pembunuhan untuk membunuh H, pelaku sempat men-searching di internet jasa pembunuhan bayaran dan tarifnya," kata Hengki, Sabtu (22/10/2022).

Temuan tersebut didapat penyidik setelah melakukan pemeriksaan pada handphone pelaku. Penyidik menemukan riwayat pencarian Rudolf terhadap jasa pembunuh bayaran.

Terpisah, Kasubdit Jatanras Polda Metro Jaya AKBP Indrawienny Panjiyoga mengatakan rencana menyewa pembunuh bayaran itu akhirnya urung direalisasi karena Rudolf tidak memiliki biaya yang cukup untuk membayar jasa tersebut.

"Jasa itu (pembunuh bayaran) tidak jadi karena, menurut keterangan pelaku, itu tarifnya terlalu mahal dan pelaku tidak sanggup," tutur Panjiyoga.




(iws/hsa)

Hide Ads