Bali diterjang bencana di sejumlah wilayah hingga merenggut sebanyak enam korban jiwa. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut bahwa salah satu penyebab bencana di Bali karena curah hujan sangat ekstrem yang tembus hingga 344 milimeter (mm).
"Saat kejadian bencana, curah hujannya (dalam kategori sangat) ekstrem," kata Koordinator Bidang Data dan Informasi Balai BMKG Wilayah III Denpasar I Nyoman Gede Wiryajaya dalam diskusi di Kota Denpasar, Jumat (21/10/2022).
Wiryajaya menjelaskan, curah hujan memiliki beberapa kategori yang diukur dalam satu hari atau 24 jam. Kategori hujan dapat dikategorikan lebat bila curahannya antara 50 milimeter sampai 100 milimeter dan curah hujan sangat lebat berarti curahannya antara 100 milimeter hingga 150 milimeter.
Bila curah hujan sudah lebih dari 150 milimeter, maka sudah dikategorikan dalam hujan ekstrem. Namun, curah hujan pada saat bencana menerjang Bali yakni pada 16 hingga 17 OKtober 2022 mencapai 344 milimeter.
"Kalau hujan ekstrem lebih dari 150 (milimeter), ini hujannya sampai 344 (milimeter). Kebayang gak," jelas Wiryajaya dalam diskusi kebencanaan tersebut.
Wiryajaya menjelaskan, pihaknya melakukan pengukuran intensitas curah hujan pada 22 titik di wilayah Bali. Dari 22 titik tersebut, curah hujan yang dapat diukur yakni berkisar antara 105 milimeter sampai dengan 344 milimeter dalam satu hari.
Curah hujan tertinggi sepanjang sejarah, baca halaman selanjutnya
Simak Video "Video: Sederet Daerah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat Sepekan ke Depan"
(hsa/dpra)