Dokter Anak di Bali soal Obat Sirup Disetop: Sangat Merepotkan

Ginjal Akut Misterius

Dokter Anak di Bali soal Obat Sirup Disetop: Sangat Merepotkan

Tim detikBali - detikBali
Jumat, 21 Okt 2022 14:22 WIB
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang Bali dr. I Gusti Ngurah Sanjaya Putra, Sp.A di saat ditemui wartawan di kantornya, Kamis (20/10/2022).
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang Bali dr. I Gusti Ngurah Sanjaya Putra, Sp.A di saat ditemui wartawan di kantornya, Kamis (20/10/2022). Foto: I Wayan Sui Suadnyana
Denpasar -

Dokter anak di Bali telah menghentikan pemberian obat sirup kepada pasien menyusul adanya surat edaran dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang Bali dr I Gusti Ngurah Sanjaya Putra mengaku bahwa pihaknya kerepotan akibat dihentikannya obat sirup.

"Sangat merepotkan (tidak ada obat sirup). Dokter anak pusing semua nggak ada obat sirup," ungkap dr Sanjaya, Kamis (20/10/2022).

dr Sanjaya mengaku pihaknya dari kalangan dokter sebenarnya pusing lantaran tidak adanya obat sirup. Meski demikian, IDAI cabang Bali berbesar hati dengan adanya aturan tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia meminta investigasi yang dilakukan segera bisa memberikan hasil yang cepat sehingga masyarakat juga akan bisa memakai atau dapat obat sirup kembali.

"Tapi kita berbesar hati, kita lebih merepotkan lagi, lebih kita kasihan lagi masyarakat meninggal yang gak karuan. Kita lah sekarang berdoa biar cepat tim investigasi ini membawa hasil itu yang kita harapkan bersama," kata dr Sanjaya.

Sebagai gantinya, dr Sanjaya menyebut pihaknya memberikan resep obat puyer untuk pasien anak sesuai rekomendasi dari IDAI.

Meski demikian, dr Sanjaya mengaku pihaknya dari kalangan dokter sebenarnya pusing lantaran tidak adanya obat sirup. Mereka berharap pihak pemangku kebijakan segera menyelesaikan investigasi terhadap obat sirup yang dilarang beredar.

11 Pasien Ginjal Akut Misterius di Bali Meninggal

dr Sanjaya yang juga menjadi Dokter Spesialis Anak di RSUP Prof Ngoerah menyatakan sejak awal Agustus 2022 pihaknya menangani 17 pasien yang terserang gangguan ginjal akut misterius atau Acute Kidney Injury (AKI). Dari jumlah tersebut, sebanyak 11 pasien meninggal dunia di RSUP Prof Ngoerah, Denpasar, Bali.

Menurutnya, pasien tersebut datang ke RSUP dengan kondisi fungsi ginjal yang menurun atau laju filtrasi glomerulus berada di bawah 15 milimeter per menit. "5 pasien yang rata-rata usianya di atas 6 tahun sudah pulang dari RS. Sementara ini, 1 pasien yang usianya 17 tahun masih dirawat di sini," kata dr Sanjaya di RSUP Prof Ngoerah, Jumat (14/10/2022).

dr Sanjaya menjelaskan, kesehatan 5 pasien yang diperbolehkan pulang tersebut telah dievaluasi berkala. Kondisi mereka juga telah menunjukkan fungsi ginjal normal atau laju filtrasi glomerulus 90 milimeter per menit.

dr Sanjaya kemudian menjelaskan kondisi awal seseorang terserang AKI. Beberapa di antaranya tidak kencing dalam 24 jam, mengalami batuk, pilek, hingga diare. Adapun faktor yang membuat fungsi ginjal terganggu atau menurun antara lain kurangnya cairan, infeksi berat, gagal jantung hingga kurangnya albumin pada darah. Ia mengimbau para orang tua untuk lebih aware jika anaknya tidak rutin kencing dalam waktu 24 jam.

Menurut dr Sanjaya, penanganan pasien gangguan ginjal akut misterius atau Acute Kidney Injury (AKI) tidak membutuhkan ruangan khusus. Sebab, penyakit tersebut bukanlah penyakit yang menular. Meski begitu, kata dr Sanjaya, hingga kini penyebab pastinya belum ditemukan.




(nor/hsa)

Hide Ads