Bencana banjir dan tanah longsor yang mengepung Bali beberapa hari terakhir, disebut-sebut karena maraknya alih fungsi lahan di Pulau Dewata. Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati tak menampiknya dan meminta pengawasan di hulu diperketat hingga tidak sembarangan menebang pohon.
Sebelumnya,Walhi Bali menyebut salah satu faktor bencana alam di Bali karena banyaknya alih fungsi lahan. Upaya pengendalian pemanfaatan ruang di Bali sangat kurang, mulai dari sistem drainase, kurangnya vegetasi di dataran tinggi atau lahan curam untuk menahan longsor.
Cok Ace, sapaan akrab Wagub Bali, pun mengaku melihat tersebut ketika meninjau lokasi banjir bandang di Jembrana. Menurutnya, antara tinggi jembatan dan sungai sebenarnya cukup, namun yang menjadi masalah adalah hanyutnya kayu-kayu besar yang diduga sudah ditebang sejak lama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Apabila kita melihat karakter pohon-pohon yang hanyut itu, kelihatannya sudah ditebang sekitar puluhan tahun lalu dan sebagainya. Jadi, saya mohon pengawasan lebih ketat lagi di hulu terkait itu, dan janganlah pohon-pohon ditebang-tebang seperti itu," ungkap Cok Ace, ketika ditemui di Jimbaran, Bali, Kamis (20/10/2022) malam.
Hingga hari ini #PrayForBali terus menggema di media sosial Twitter. Ribuan pengguna internet mencuitkan terkait bencana banjir dan tanah longsor yang melanda Bali beberapa hari terakhir. Mereka mendoakan agar Bali lekas pulih usai dihantam bencana hampir di seluruh wilayah.
Simak halaman selanjutnya, persiapan G20 di tengah bencana...
Di sisi lain, terkait kunjungan delegasi KTT G20 ke destinasi wisata di Bali, Cok Ace mengatakan hal tersebut masih bersifat tentatif. Meski demikian, pihaknya tetap melakukan berbagai persiapan jika delegasi akan melakukan kunjungan.
"Sehingga nanti kalaupun ada delegasi yang akan ke destinasi wisata, semuanya sudah siap. Kami juga terus memonitor cuaca di Bali dan daerah mana yang tidak akan hujan, apalagi sekarang ini kan sudah bisa diramalkan. Jadi, kami akan hindari daerah-daerah yang memang tidak memungkinkan untuk dikunjungi," ucapnya.
Bali sendiri telah menyiapkan kurang lebih sepuluh destinasi wisata untuk dikunjungi delegasi KTT G20, seperti Tanah Lot Tabanan dan Ubud Gianyar. Ia juga menjamin kebersihan dan persiapan matang di hotel-hotel yang dipilih delegasi di luar daftar hotel khusus KTT G20.
Pasalnya, setiap hotel telah tersertifikasi CHSE dan telah memenuhi standardisasi kebencanaan yang dikeluarkan Pemerintah Provinsi Bali. Hal ini pun telah dilakukan semua hotel yang berada di kawasan Nusa Dua.
"Apalagi telah ada pengalaman APEC dan IMF, yang mana ada semacam verifikasi keamanan hotel. Ini juga sudah PHRI Bali lakukan bersama dengan Polda Bali. Ada 23 hotel sudah berjalan seperti itu, dan kira-kira sisa lima hotel yang belum. Itulah usaha-usaha kami dalam menyukseskan G20," terang Cok Ace.
Cok Ace menyampaikan, hotel di kawasan Bali Selatan merupakan kawasan paling memungkinkan untuk digunakan sebagai venue KTT G20. Hal tersebut dilatarbelakangi dari baiknya segi fasilitas, aksesibilitas, hingga segi sekuriti.
"Kami bersyukur, walaupun beberapa teman-teman (pengusaha hotel) di kawasan belum menikmati secara langsung dampak daripada G20, tapi vibrasinya telah dirasakan teman-teman lain yang walaupun tidak berada dalam kawasan yang digunakan," akunya.
Simak Video "Jalur Amlapura-Denpasar Tertimbun Longsor, Lalu Lintas Macet"
[Gambas:Video 20detik]
(irb/hsa)