Pihak keluarga Ni Luh Gede Puspasari mengaku tidak memiliki firasat sebelum musibah di jembatan Tukad Yeh Ho, Tabanan, terjadi pada Jumat (7/10/2022) malam. Namun, nenek Puspasari bernama Ni Nyoman Natri sempat melarang cucunya melewati jembatan Tukad Yeh Ho saat hendak pulang kuliah. Ia menyebut cucunya melik.
Sebagai informasi, menurut kepercayaan orang Bali, anak yang terlahir melik dianggap disukai oleh makhluk halus dan berumur pendek. Seseorang yang dianggap melik kerap diidentikkan sebagai orang indigo.
"Dulu pernah ada yang memberitahukan kepada ibunya agar memperhatikannya (Puspasari). Karena dia melik. Cuma ibunya juga lupa. Saya juga tidak nyambung (mengingatkan lagi)," kata Natri kepada detikBali, Jumat (14/10/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Natri juga menjadi orang terakhir yang sempat berkomunikasi dengan Puspasari sebelum dikabarkan hanyut di jembatan Tukad Yeh Ho sepulang kuliah di Denpasar. Ia menceritakan komunikasi terakhirnya dengan sang cucu.
"Sebelum berangkat kuliah (saya) sudah ingatkan (Puspasari), kalau airnya gede, (pulang) lewat utara saja. Jangan dari selatan (lewat jembatan). Saya bilang begitu sebelum dia berangkat ke kampus. Sekitar pukul 16.30 Wita," tutur Natri kepada detikBali, Jumat (14/10/2022).
Menurut Natri, sore itu hujan sudah gerimis. "Saya bilang, sekarang boleh lewat selatan. Tapi nanti pulangnya lewat utara," imbuhnya.
Saat dilaporkan hanyut, pihak keluarga sempat berusaha menghubungi Puspasari melalui ponselnya. Namun, kondisi ponsel Puspasari sudah tidak aktif.
"Bapaknya sempat hubungi lewat ponsel. Tapi tidak nyambung-nyambung," sebutnya.
Siang sebelum kejadian, Puspasari juga sempat ngobrol ringan dengan adiknya, Ni Kadek Sri Sudiasih. Waktu itu kebetulan mereka berjumpa pada saat mengupacarai glebeg atau lumbung padi.
"Waktu itu kebetulan ada makuh (mengupacarai) glebeg. Cuma ngobrol ringan saja," tutur Sudiasih.
Selain kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati, kakaknya juga bekerja sebagai penjaga pada salah satu konter ponsel di wilayah Kediri.
"Kuliah sambil kerja. Kalau tidak salah sudah ada tiga sampai enam bulanan," kata Sudiasih sembari membantu keluarganya menyiapkan banten atau sesajen.
Rencananya, banten tersebut dibuat untuk dipakai upacara nunasin atau meminta petunjuk ke beberapa orang spiritual. Sejak dikabarkan hanyut, pihak keluarga tidak henti-hentinya melakukan upacara tersebut dengan harapan Puspasari bisa secepatnya ditemukan.
Begitu juga pada pagi tadi saat kabar penemuan jenazah perempuan di perairan Sanur, Denpasar. Ciri-ciri dan petunjuk yang ditemukan terhadap jenazah tersebut diduga kuat Puspasari.
Pihak keluarga berharap ada kepastian mengenai identitas jenazah tersebut sehingga persiapan upacara bisa dilakukan. Kedua orang tua Puspasari yakni ayahnya I Made Adiarsa dan ibunya Ni Nengah Sri Muliartini, sedang memastikannya di kamar jenazah RSUP Prof Ngoerah, Denpasar.
Sebelumnya, tante dari Puspasari bernama Desak Nyoman Ayu Sumariati meyakini bahwa jenazah yang ditemukan di perairan Sanur itu adalah Ni Luh Gde Puspasari. Hal itu berdasarkan tas dan helm yang melekat pada tubuh saat jenazah ditemukan.
"Saya yakin 90 persen itu ponakan saya. Dari buku yang diambil di rumah saya, tasnya dan helmnya," kata Desak saat ditemui detikBali di RSUP Prof Ngoerah, Jumat (14/10/2022) siang.
Meski tak melihat secara langsung jenazah korban, namun berdasarkan foto yang dia lihat, ia yakin jenazah tersebut adalah ponakannya. "Ketika dapat info jenazah ditemukan, saya kaget dan nangis terharu. Rasanya campur aduk. Tapi, kami sekeluarga sudah ikhlas dengan kepergian beliau," imbuhnya.
Selain itu, petugas sebelumnya juga menemukan sebuah kartu perawatan kesehatan mandiri atau Mandiri Health Care pada jenazah mengapung di perairan Sanur, Denpasar, Bali. Pada kartu itu tertulis nama Ni Luh Gede Puspasari.
(iws/dpra)