Tradisi Gebug Ende Karangasem Digelar Bersamaan Festival Budaya UMKM

Tradisi Gebug Ende Karangasem Digelar Bersamaan Festival Budaya UMKM

I Wayan Selamat Juniasa - detikBali
Selasa, 11 Okt 2022 22:35 WIB
Murtirupa (demonstrasi) tradisi memohon hujan Gebug Ende khas Desa Seraya, Kabupaten Karangasem, Bali ditampilkan di Lapangan Puputan Margarana Denpasar, Sabtu (2/7/2022)
Murtirupa (demonstrasi) tradisi memohon hujan Gebug Ende khas Desa Seraya, Kabupaten Karangasem, Bali ditampilkan di Lapangan Puputan Margarana Denpasar. Foto: istimewa
Karangasem -

Tradisi Gebug Ende Seraya, yang bertujuan mengundang hujan saat musim kemarau untuk kesuburan segala jenis pertanian, tahun ini akan diselenggarakan secara berbeda. Tradisi sakral tersebut akan dirangkaikan dengan festival budaya dan pameran UMKM dalam Seraya Culture Fest 2022 yang akan diselenggarakan pada 14-16 Oktober 2022.

Ketua panitia Seraya Culture Fest 2022, I Nyoman Miasa (32) mengatakan, tujuan diselenggarakan kegiatan tersebut selain menjaga Tradisi Gebug Ende Seraya, juga bertujuan membangkitkan kembali para pelaku UMKM, khususnya di Desa Seraya setelah dilanda pandemi.

"Seperti yang sudah kita ketahui, tradisi sakral Gebug Ende Seraya bertujuan mengundang hujan agar tercipta kesuburan, tahun ini kami bukan hanya ingin alam yang subur, tapi para pelaku UMKM juga ikut merasakan dampaknya," kata Miasa, Selasa (11/10/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Miasa mengatakan, akan ada sekitar 20 pelaku UMKM asli Desa Seraya yang ikut memeriahkan Seraya Culture Fest 2022, yang baru pertama kali diselenggarakan tersebut. Seperti jagung seraya dan berbagai jenis kerajinan asli Seraya lainnya.

Nantinya, Tradisi Gebug Ende Seraya akan dilaksanakan terlebih dahulu di Pura Bale Agung, Desa Adat Seraya, Kecamatan dan Kabupaten Karangasem. Setelah selesai melaksanakan tradisi tersebut, baru dilanjutkan ke festival budaya di Lapangan Ki Kopang Seraya. Di sana masyarakat bisa menyaksikan tradisi gebug seraya dan berbagai pameran UMKM.

ADVERTISEMENT

"Semoga saja kegiatan seperti ini bisa terus dilaksanakan setiap tahunnya, karena selain bisa melestarikan Tradisi Gebug Ende Seraya, juga bisa membangkitkan para pelaku UMKM," ungkap Miasa.

Sementara itu, Bendesa Adat Seraya I Made Salin mengatakan, tradisi sakral Gebug Ende Seraya dilaksanakan setiap Sasih Kapat, tepatnya setelah penyineban Usaba Kaja. Gebug sakral dilaksanakan selama tiga hari.

"Gebug Ende Seraya dibagi menjadi tiga kategori, yaitu gebug sakral, tradisi, dan seremonial," kata Made Salin.

Ia menjelaskan, Gebug Ende sakral hanya bisa dilaksanakan di Pura Bale Agung Desa Adat Seraya, sedangkan yang akan dilaksanakan saat festival adalah Gebug Ende Tradisi dan Gebug Ende Seremonial untuk sarana hiburan.

Perbedaannya, Gebug Ende Sakral hanya dilaksanakan di Pura Bale Agung sebagai sarana meminta hujan. Sedangkan Gebug Ende Tradisi dilaksanakan di luar Pura Bale Agung dan masyarakat luar Desa Seraya boleh ikut, sedangkan Gebug Ende seremonial dilaksanakan sebagai sarana hiburan, gerakannya membutuhkan latihan supaya lebih menghibur.




(irb/hsa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads