Potensi bencana alam mengintai Jembrana, Bali, hingga awal tahun depan, tepatnya bulan Februari 2023. Bencana banjir hingga longsor berpotensi lebih parah dari sebelumnya, karena faktor cuaca, kontur tanah, dan infrastruktur pencegahan bencana masih belum memadai.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana I Putu Agus Artana Putra mengungkapkan, potensi bencana terjadi karena faktor musim penghujan hingga awal tahun depan.
"Potensi (bencana) ini masih sampai bulan Februari tahun depan," katanya, Selasa (11/10/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, salah satu penyebab sejumlah bencana terjadi di Jembrana, beberapa hari terakhir, adalah saluran gorong-gorong yang masih sempit dan tidak berfungsi normal, sehingga air meluap dan banjir.
Contohnya, gorong-gorong atau saluran air di jalan nasional di Desa Yehembang, depan anjungan Cerdas Rambut Siwi. Lokasi jalan nasional rendah, sementara sekelilingnya tinggi di sebelah timur, barat, dan selatan, sehingga air meluap ke jalan dan mengganggu aktivitas lalu lintas.
Saluran air tidak lancar mengalirkan air, karena gorong-gorong sempit, sehingga ketika hujan deras air akan berkumpul di bagian rendah di tengah jalan nasional tersebut. Kondisi itu juga terjadi di beberapa titik di Jembrana.
"Kecil itu (gorong gorong). Di sana rendah, di timur tinggi, barat tinggi, dan selatan juga tinggi. Mau dibawa ke mana airnya. Sedangkan air dari utara datangnya," ungkapnya.
Penyebab banjir lainnya, banyak lahan persawahan beralih fungsi jadi lahan perumahan, perkantoran, hingga tempat usaha. Banjir terjadi karena pembangunan tersebut tidak dibarengi drainase yang cukup.
"Alih fungsi ini memang mengurangi daerah resapan. Mungkin ini belum menjadi bagian dari izin, semestinya ini memang bagian dari izin. Apa bisa atau tidak, kurang tahu juga. Saya rasa PU yang punya teknis," jelasnya.
Di samping itu, sungai-sungai sudah banyak mengalami pendangkalan dan sangat perlu dilakukan normalisasi. "Memang sungai-sungai banyak yang dangkal. Itu kan BWS punya, ini memang perlu (normalisasi). Nanti dibuat laporan juga," katanya.
Sedangkan terkait bencana tanah longsor, jelas Agus, banyak titik potensi di Jembrana. Penyebabnya, kontur tanah miring, kemudian kurangnya pohon sebagai resapan air dan penguat tanah di pinggir jalan curam.
"Penanaman pohon ini penting untuk antisipasi longsor," ujarnya.
(irb/hsa)