Sebanyak 5 ribu liter air bersih didistribusikan ke warga di Banjar Munduk, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Jembrana Bali, Senin (10/10/2022). Distribusi, air bersih ini untuk menanggulangi krisis air bersih karena banjir.
"Ada sebagian sumur warga yang tercemar akibat genangan air sawah yang masuk ke areal pemukiman warga terdampak," kata Bambang Suwahono, kepala kewilayahan Banjar Munduk, Desa Pengambengan saat ditemui detikBali, Senin (10/10/2022).
Menurutnya, ada sekitar 100 lebih warga di Banjar Munduk yang mengalami krisis air bersih akibat air sumur yang belum berfungsi normal karena tercemar air sawah. Sehingga warga memerlukan air bersih untuk aktifitas sehari hari. "Iya hari ini petugas sudah menyalurkan air bersih," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara ditemui detikBali di lokasi, Kasat Samapta Polres Jembrana AKP I Putu Suparta seizin Kapolres Jembrana AKBP Dewa Gde Juliana mengatakan, air bersih untuk warga Pengambengan pasca banjir, saat ini sudah disalurkan.
"Kami menerima informasi, bahwa ada warga Banjar Munduk, Desa Pengambengan, yang terdampak banjir dan sumur sumur dicemari air banjir," jelasnya-
Berkordinasi dengan petugas Damkar, kemudian menyalurkan air bersih menggunakan mobil tangki sebanyak 5 ribu liter air. Pihaknya berharap, air bersih ini bisa bermanfaat untuk kebutuhan masyarakat terutama warga di Banjar Munduk.
"Ini akan terus berlanjut selama kondisi banjir masih ada dan warga masih membutuhkan air bersih," tukasnya.
Sebelumnya, pasca banjir di Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Jembrana Bali, warga krisis air bersih. Beberapa warga mengaku harus membeli air bersih untuk dikonsumsi, Senin (10/10/2022).
Seperti yang dialami Iyas'a (40), warga Banjar Munduk ini harus membeli air bersih hingga 6 galon per hari untuk masak dan minum. "Iya saya beli air. Kan saya sama anak, enam galon setiap hari habis, pakai masak, minum. Kalau nyuci baru pakai air sumur," tutur Iyas'a ditemui detikBali di rumahnya, Senin (10/10/2022).
Ia menuturkan, saat musim hujan dan banjir, rumah warga banyak terendam air. Bahkan air juga mencemari sumur warga, sehingga warga kesulitan untuk air bersih. Janda anak satu ini mengaku, harus berjuang untuk menghidupi anak dan ibunya. "Kalau sudah banjir begini sulit semua. Apalagi ekonomi sulit serba mahal, pekerjaan susah, air harus beli sekarang," keluhnya.
Buruh lepas salah satu pabrik ikan di Pengambengan ini juga menuturkan, biaya untuk membeli air bersih sehari hingga Rp 42 ribu. Bahkan, jika genangan air lama surut, pengeluaran juga semakin banyak. "Beli air galon Rp. 7 ribu per galon. Surut air (banjir) bisa sampai seminggu lebih. Jadi sumurnya belum berani dipakai masak," ungkapnya.
Sehingga, lanjutnya, dalam seminggu biaya yang dia keluarkan untuk beli air sampai sekitar Rp 300 - an. Sedangkan penghasilan yang di dapat dari bekerja pabrik juga tidak menentu. "Sekarang pabrik masih sepi, saya tidak bekerja. Biasanya kalau ada ikan banyak baru bekerja, seminggu dibayar Rp 350 ribu," tuturnya.
Meski penghasilan seperti itu, Iyas'a yang menempati rumah dengan dinding gedek, berukuran 5x6 sejak belasan tahun ini, berharap pemerintah untuk cepat mengatasi malasah banjir yang sudah menjadi langganan setiap tahun di tempatnya. "Sudah sepuluh tahun lebih saya di sini, tetap saja seperti ini terus. Mudahan cepat ditangani," tukasnya.
(hsa/dpra)