Jejak Pembantaian Terduga PKI di Toko Wong Lelateng Jembrana

I Ketut Suardika - detikBali
Jumat, 30 Sep 2022 13:42 WIB
Tafakur Ega menunjukkan bangunan Toko Wong di Lelateng, Negara, Jembrana, Bali, yang dibeli orang tuanya sekitar 1972. Di bangunan itulah, para tahanan yang dituding anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) dieksekusi menyusul meletusnya Gerakan 30 Septembe
Jembrana -

Toko Wong di Kelurahan Lelateng, Kecamatan Negara, Jembrana, Bali, menjadi salah satu bangunan yang lekat dengan peristiwa pembantaian tahun 1965 di Jembrana. Di bangunan itulah, para tahanan yang dituding anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) ditawan dan dieksekusi.

I Ketut Gede (78), warga Kelurahan Baler Bale Agung, Jembrana, menjadi salah satu saksi sejarah pembantaian terhadap terduga PKI di Jembrana. Ia pun menceritakan fragmen-fragmen ingatannya tentang peristiwa kelam di Toko Wong.

Saat itu, Ketut Gede masih aktif sebagai tentara nasional Indonesia. Menurutnya, sebelum G30S meletus di Jakarta, ada beberapa partai politik yang saling bersaing di Jembrana. Namun, kata dia, ada dua partai yang bergejolak: Partai Nasional Indonesia (PNI) dan PKI.

"Nah inilah, tahun 1960 sampai 1965, yang bergejolak adalah PNI dengan PKI," kata Ketut Gede, Minggu (24/9/2022).

I Ketut Gede menunjukkan bangunan Toko Wong di Lelateng, Kecamatan Negara, Jembrana, Bali. Di bangunan itulah, para tahanan yang dituding anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) di Jembrana ditawan dan dieksekusi menyusul meletusnya G30S/1965. (I Ketut Suardika/detikBali)


Suatu malam sekitar Oktober 1965, Ketut Gede mengaku mendapat tugas mengubur mayat-mayat orang yang sudah dieksekusi di Toko Wong. Mayat-mayat tersebut dinaikkan ke atas truk untuk kemudian dikubur di sejumlah tempat seperti Pantai Baluk Rening, Pantai Candikusuma, hingga sumur-sumur tua di pemukiman warga yang sudah tidak terpakai.

"Saya dapat perintah ambil jenazah di Toko Wong untuk dikubur di Pantai Candikusuma," kata pria yang kini menjadi Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Jembrana.

Menurut Ketut Gede, ketika itu ia mengangkat sekitar 20 mayat dan dinaikkan ke atas truk. Sementara, di dalam bangunan Toko Wong masih terdapat banyak mayat yang menunggu dijemput truk untuk selanjutnya dikuburkan.

"Orang-orang (mayat) di dalam bangunan lantai satu itu penuh, banyak darah," imbuhnya.

Ketut Gede menyebut dirinya berusaha tenang saat mengangkut mayat-mayat berlumuran darah di Toko Wong. Menurut ingatannya, ada sebanyak 6 orang yang dia ajak untuk menangkut jenazah dari Toko Wong ke Pantai Candikusuma.

"Ketika itu saya pakai sepatu kets. Sepatu saya penuh darah," kata Ketut Gede.

Halaman selanjutnya: Toko Wong Kini...



Simak Video "Video: Peringati G30S, Gedung Pemerintah Kibarkan Bendera Setengah Tiang"

(iws/dpra)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork