Toko Wong di Kelurahan Lelateng, Kecamatan Negara, Jembrana, Bali, menjadi salah satu bangunan yang lekat dengan peristiwa pembantaian tahun 1965 di Jembrana. Di bangunan itulah, para tahanan yang dituding anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) ditawan dan dieksekusi.
I Ketut Gede (78), warga Kelurahan Baler Bale Agung, Jembrana, menjadi salah satu saksi sejarah pembantaian terhadap terduga PKI di Jembrana. Ia pun menceritakan fragmen-fragmen ingatannya tentang peristiwa kelam di Toko Wong.
Saat itu, Ketut Gede masih aktif sebagai tentara nasional Indonesia. Menurutnya, sebelum G30S meletus di Jakarta, ada beberapa partai politik yang saling bersaing di Jembrana. Namun, kata dia, ada dua partai yang bergejolak: Partai Nasional Indonesia (PNI) dan PKI.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nah inilah, tahun 1960 sampai 1965, yang bergejolak adalah PNI dengan PKI," kata Ketut Gede, Minggu (24/9/2022).
![]() |
Suatu malam sekitar Oktober 1965, Ketut Gede mengaku mendapat tugas mengubur mayat-mayat orang yang sudah dieksekusi di Toko Wong. Mayat-mayat tersebut dinaikkan ke atas truk untuk kemudian dikubur di sejumlah tempat seperti Pantai Baluk Rening, Pantai Candikusuma, hingga sumur-sumur tua di pemukiman warga yang sudah tidak terpakai.
"Saya dapat perintah ambil jenazah di Toko Wong untuk dikubur di Pantai Candikusuma," kata pria yang kini menjadi Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Jembrana.
Menurut Ketut Gede, ketika itu ia mengangkat sekitar 20 mayat dan dinaikkan ke atas truk. Sementara, di dalam bangunan Toko Wong masih terdapat banyak mayat yang menunggu dijemput truk untuk selanjutnya dikuburkan.
"Orang-orang (mayat) di dalam bangunan lantai satu itu penuh, banyak darah," imbuhnya.
Ketut Gede menyebut dirinya berusaha tenang saat mengangkut mayat-mayat berlumuran darah di Toko Wong. Menurut ingatannya, ada sebanyak 6 orang yang dia ajak untuk menangkut jenazah dari Toko Wong ke Pantai Candikusuma.
"Ketika itu saya pakai sepatu kets. Sepatu saya penuh darah," kata Ketut Gede.
Halaman selanjutnya: Toko Wong Kini...
Kini, bangunan yang dulu bernama Toko Wong sudah berganti pemilik. Meski begitu, arsitektur dan bentuk bangunan tak banyak berubah. Bangunan itu kini digunakan sebagai rumah tempat tinggal sekaligus tempat usaha mebel dan bengkel.
Menurut cerita warga sekitar, nama Toko Wong diambil dari nama asli pemilik toko yang bernama Wong Jamji. Hingga kini, warga setempat masih kerap menyebutnya Toko Wong.
Tafakur Ega (52) menceritakan tanah dan bangunan Toko Wong dibeli orang tuanya sekitar 1972. Pria asal Tabanan itu mengaku mendengar cerita bahwa tempat yang ditinggalinya saat ini, dahulu merupakan tempat eksekusi para terduga PKI di Jembrana.
"Saya tahunya dari cerita orang. Katanya, setelah Gestapu, nggak ada orang yang berani lewat sini, apalagi malam hari," kata Tafakur saat ditemui detikBali, Minggu (24/9/2022).
Tafakur menyebut bangunan yang kini menjadi tempat tinggalnya itu secara arsitektur tidak banyak berubah. Model bangunannya juga masih terlihat layaknya bangunan kuno: kayu kusen, pintu, hingga jendelanya yang terkesan vintage.
![]() |
Menurut Tafakur, memang ada beberapa bagian di dinding tembok dan kayu yang sempat diperbaiki lantaran terdapat banyak lubang. Lubang-lubang itu diduga merupakan bekas tembakan peluru saat para tahanan terduga PKI dieksekusi.
"Memang dulu ada banyak lubang di bagian depan, tapi sudah ditambal," tuturnya.
Tafakur kemudian menunjukkan sekeliling bangunan yang terdiri dari beberapa sekat tersebut. Ia juga menunjukkan sumur tua yang menurut cerita yang pernah dia dengar, sempat dijadikan tempat pembuangan beberapa mayat korban 1965.
"Dulu ada empat sumur, hanya satu yang dipakai buang mayat. Dua sumur juga ditutup dan satu sumur masih dipakai," ungkapnya.
Terlepas dari kisah kelam yang pernah terjadi, Tafakur mengaku tidak merasakan kejadian aneh sejak tinggal di bangunan itu. Selain sebagai tempat tinggal bagi Tafakur dan keluarganya, bagian depan bangunan Toko Wong itu kini menjadi toko mebel. Sedangkan di sebelahnya, Tafakur membuka usaha bengkel.
"Selama ini tidak pernah ada kejadian apa. Biasa saja," tukasnya.
Simak Video "Video: Polda Jatim Kerahkan 6 Kapal-1 Heli Cari Korban KMP Tunu Pratama"
[Gambas:Video 20detik]
(iws/dpra)