Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II B Tabanan memiliki program Terapi Stres Narapidana atau yang kemudian disebut sebagai Teh Rina. Melalui program ini, narapidana (napi) atau warga binaan Lapas Tabanan mendapatkan akses layanan kesehatan mental. Mereka diajarkan mengelola tingkat stres agar tidak berkembang ke level depresi.
"Dengan Teh Rina ini, kami coba mengembangkan layanan kesehatan. Jadi layanan kesehatan ini kan bukan hanya fisik saja ya, tapi mental juga," jelas Kepala Lapas Kelas II B Tabanan, Budiman Kusumah, Kamis (22/9/2022).
Ia menjelaskan, program ini dijalankan secara kerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (FK Unud) sejak Mei 2022. "Mereka (FK Unud) yang mendatangkan psikolog dan psikiater untuk memberikan konseling kepada warga binaan," ungkapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara umum, program Teh Rina diisi dengan sejumlah kegiatan seperti konseling reguler, yoga, ice breaking, hingga nonton bareng atau aktivitas yang bersifat menghibur dan bermanfaat untuk merilis stres.
"Kalau konseling gabungan, itu sebulan sekali. Tapi kalau ada yang perlu konsultasi individu, itu akan kami konsultasikan jadwalnya. Kan ada juga yang perlu penanganan medis," sebutnya.
Budiman menyebutkan, dari pengamatannya selama 22 tahun, warga binaan yang masuk ke dalam lapas rata-rata paling sedikit mengalami stres tinggi sebanyak empat kali, yakni dari awal masuk hingga keluar lapas.
Fase stress pada warga binaan tersebut terjadi pada saat mereka mulai masuk ke Lapas atau ruang tahanan. Kemudian, menjelang tuntutan oleh jaksa dan pembacaan putusan majelis hakim.
"Yang beratnya lagi, saat akan bebas. Mulai muncul pertanyaan macam-macam di diri mereka. Aku bisa diterima tidak di masyarakat atau keluarga. Anak sudah sebesar apa. Dan sebagainya," kata Budiman.
Belum lagi selama menjalani masa pembinaan, warga binaan biasanya berhadapan dengan dinamika lapas yang salah satunya disebabkan persoalan overkapasitas.
"Kan pusing juga. Ada yang minta dicerai istri. Ada yang dililit utang. Ada yang mobilnya ditarik. Macam-macam masalahnya. Ini kalau tidak dikelola jadi masalah juga buat kami nantinya. Bagaimana kami akan mengawasi," ungkapnya.
Karena itu, sambungnya, setelah berkomunikasi dengan FK Unud, pada April 2022 dilakukan penandatanganan nota kesepahaman yang tindak lanjut kegiatannya dimulai pada Mei 2022.
"Kami coba siapa tahu bisa memberi solusi ke mereka (warga binaan). Kami paparan di Unud. Rupanya dapat respon baik dan kebetulan mereka punya kegiatan bakti sosial sehingga program ini sudah jalan sejak Mei 2022. Baru tahun ini. Dan saya rasa (pembinaan) sudah harus ke sana," pungkasnya.
(iws/iws)