Pariwisata Bali Disorot, Canggu Bising-Tamu Kencing di Areal Pura!

Pariwisata Bali Disorot, Canggu Bising-Tamu Kencing di Areal Pura!

Tim detikBali - detikBali
Senin, 12 Sep 2022 07:26 WIB
Foto yang tercantum dalam petisi berjudul Basmi Polusi Suara di Canggu di situs change.org.
Foto yang tercantum dalam petisi berjudul 'Basmi Polusi Suara di Canggu' di situs change.org. (Foto: istimewa)
Bali -

Pariwisata Bali kembali menuai sorotan. Sebuah petisi berjudul 'Basmi Polusi Suara di Canggu' di situs change.org ramai diperbincangkan sejak beberapa hari terakhir. Pembuat petisi bernama P Dian mengatakan kawasan Canggu di Kuta Utara, Badung, saat ini sedang dirusak habis-habisan oleh banyaknya bar, beach club, dan night club yang menggelar pesta setiap hari. Ia menyebut Canggu sangat bising hingga para tamu kerap kencing di area pura yang disucikan.

"...hampir setiap malam dalam seminggu, setiap minggu, setiap bulan, sebelum maupun kini setelah pandemi, TIDAK DIMUNGKINKAN manusia beristirahat tidur di malam hari, di jam-jam normal seperti di atas jam 10." tulis petisi tersebut.

Petisi yang hingga Senin (12/9/2022) pagi ditandatangani oleh 6.830 orang itu juga mengkritisi keberadaan bar dan beach club di Canggu bersebelahan dengan pura yang disucikan umat Hindu di Bali. Sebab, pembuat petisi mengatakan kerap terjadi perbuatan tidak senonoh di sekitar bar seperti mabuk-mabukan, seks, hingga kencing di area pura.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"...klub-klub, bar-bar ini terletak langsung di sebelah pura-pura seperti Pura Kahyangan Jagat yang begitu suci, di sebelahnya langsung terjadi tindakan-tindakan tidak senonoh di sekitar bar-bar ini, dari mabuk-mabukan, seks, kencing di area pura dan lain sebagainya yang mungkin lebih buruk lagi.

Tidak jarang jam 3 pagi terjadi perkelahian dan juga kebut-kebutan pengendara sepeda motor yang sudah mabuk, yang berakhir dengan kecelakaan fatal," demikian tertulis pada petisi.

ADVERTISEMENT

Jro Bendesa Adat Canggu, I Wayan Suarsana (53) pun buka suara dan mengaku sudah mengetahui adanya petisi tersebut. Ia membenarkan bahwa keberadaan usaha hiburan saat ini sedang menjamur di wilayah Canggu.

"Memang kita akui karena kita kan daerah pariwisata. Kalau dulu mungkin tidak ada masalah tapi, dengan menjamurnya lokasi pariwisata sekarang ini tentunya kebisingan pasti ada. Kami sudah koordinasi dengan Perbekel Desa Canggu dan kami juga sebelumnya sudah ada antisipasi untuk hal ini," kata Suarsana ketika dihubungi detikBali pada Minggu (11/9/2022).

Suarsana menjelaskan, sejak 2019 pihaknya telah memiliki pararem yang berisi imbauan bagi para pemilik cafe, bar, hingga restoran terkait aturan menyalakan musik hingga malam hari di kawasan Canggu.

Perarem tersebut mengatur cafe, bar, dan restoran di dekat pemukiman penduduk hanya diperbolehkan menyalakan musik dengan volume keras maksimal hingga pukul 23.00 Wita. Sementara tempat hiburan yang berada jauh dari pemukiman penduduk diperbolehkan hingga pukul 00.00 Wita.

"Tapi, kadang yang namanya usaha apalagi bar itu tamu-tamunya kan biasanya datang malam dan di atas jam 10 malam. Jadinya ada beberapa usaha yang mematuhi dan ada yang sedikit molor dari ketentuan," sebutnya.

Untuk diketahui, petisi berjudul 'Basmi Polusi Suara di Canggu' di situs change.org tersebut ditujukan kepada sejumlah pejabat termasuk di pusat maupun di daerah (Bali). Beberapa di antaranya Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, Menteri Pariwisata & Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Gubernur Bali I Wayan Koster, Bupati Kabupaten Badung I Nyoman Giri Prasta, hingga Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat.

Petisi online itupun mendapat sejumlah komentar dari warganet. Bahkan, tak hanya warga lokal, petisi itu juga turut mendapat respons dari warga negara asing (WNA) sebagaimana terlihat di kolom komentar.

"Keindahan dan sakral bali sudah mulai luntur." tulis Siereh eugene La***

"Not only human, my pet get stress because this new beach club has fireworks on everynight" tulis Annisa Set**.

"Sangat setuju musik2 di batasi" Komang Budiy***.

"Setuju. Boleh berbisnis tp jgn sampai merusak bali itu sendiri." tulis meybe m**.

"Saya setuju untuk gerakan ini. Masyarakat juga butuh ketenangan. Semoga pihak atlas dan terkait bisa menemukan jalan tengah atau solusi masalah ini." tulis yudi sent***.

"This is not bali we know, the outsiders came and make everything that they want. Too bad for the local people who living there." tulis Jeremy Hen**.




(iws/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads