Surya Darmadi diadili di Pengadilan Tipikor Jakarta terkait kasus dugaan korupsi lahan sawit PT Duta Palma, Kamis (8/9/2022). Surya Darmadi didakwa membuat negara rugi Rp 86,5 triliun akibat melakukan usaha perkebunan di Indragiri yang mengakibatkan kerusakan hutan.
"Terdakwa Surya Darmadi telah melakukan atau turut serta melakukan perbuatan dengan H Raja Thamsir Rachman selaku Bupati Indragiri Hulu Periode 1999-2008 memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi," ujar jaksa saat membacakan surat dakwaan, Kamis (8/9/2022) seperti dikutip detikNews.
Perlu diketahui Surya Darmadi adalah Pemilik PT Banyu Bening Utama, PT Palma Satu, PT Seberida Subur dan PT Panca Agro Lestari.
Berikut ini daftar kerugian negara akibat Surya Darmadi:
1. Memperkaya Surya Darmadi Rp 7.593.068.204.327 dan USD 7.885.857,36 (atau bila dikurskan saat ini adalah Rp 117.460.633.962,94) yang totalnya berarti adalah Rp 7.710.528.838.289
2. Merugikan keuangan negara Rp 4.798.706.951.640 dan USD 7.885.857,36 (atau bila dikurskan saat ini adalah Rp 117.460.633.962,94) yang totalnya berarti adalah Rp 4.916.167.585.602
3. Merugikan perekonomian negara Rp 73.920.690.300.000
Bila semuanya dihitung maka totalnya adalah Rp 86.547.386.723.891.
Jumlah ini berbeda dari apa yang disampaikan Kejaksaan Agung (Kejagung) dalam konferensi pers bersama BPKP tanggal 30 Agustus 2022. Saat itu Jampidsus mengatakan jumlah kerugian keuangan negara adalah Rp 4,9 triliun dan kerugian perekonomian negara adalah Rp 99,2 triliun yang bila dijumlahkan adalah Rp 104,1 triliun.
Jaksa mengatakan ada tujuh perbuatan melawan hukum yang dilakukan Surya Darmadi:
1. Surya Darmadi melakukan beberapa kali pertemuan dengan H Raja Thamsir Rachman, Surya Darmadi meminta agar pembukaan lahan yang telah dilakukan oleh Surya Darmadi di area kawasan hutan di wilayah Indragiri Hulu dapat disetujui oleh Raja Thamsir untuk melakukan kegiatan usaha perkebunan kelapa sawit padahal diketahui lahan yang dimohonkan berada dalam kawasan hutan.
Simak Video "Video: Surya Darmadi Mau Hibahkan Kebun Rp 10 Triliun, Apa Alasannya?"
(nor/nor)