Kisah Seniman Lukis Bali: Dulu Dihukum Guru, Kini Karyanya Mendunia

Kisah Inspiratif

Kisah Seniman Lukis Bali: Dulu Dihukum Guru, Kini Karyanya Mendunia

I Wayan Sui Suadnyana - detikBali
Minggu, 28 Agu 2022 14:15 WIB
Seniman lukis Bali, Wayan Wirawan tengah melukis model body painting di Sanur Village Festival 2022.
Seniman lukis Bali, Wayan Wirawan tengah melukis model body painting di Sanur Village Festival 2022. (Foto: I Wayan Sui Suadnyana/detikBali)
Denpasar -

Salah satu seniman lukis di Pulau Dewata bernama Wayan Wirawan. Karya-karya seniman asal Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, itu sudah mendunia. Karyanya beberapa kali dipamerkan di luar negeri. Namun siapa sangka, di balik profesinya sebagai seorang seniman saat ini, ia pernah dihukum oleh guru sewaktu sekolah dasar (SD) lantaran melukis orang pacaran.

"(Awalnya melukis) gara-gara saya pernah dihukum di sekolah. Saya melukis di papan tulis, dulu kan pakai kapur, menggambar orang pacaran," kata Wirawan saat ditemui detikBali di Sanur Village Festival belum lama ini.

Saat itu, Wirawan mengaku tidak terima dirinya dihukum oleh sang guru hanya gara-gara melukis orang pacaran di papan tulis. Baginya, tidak ada yang salah dengan lukisan orang pacaran.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Masak dihukum saya, kan bener orang pacaran, nggak salah kan? Saya bertanya terus, bertanya kenapa saya dihukum," kenangnya.

Wirawan masih ingat, ketika itu dia dihukum untuk menulis sebanyak satu buku penuh oleh gurunya. Adapun kalimat yang harus dia tulis yakni 'saya berjanji tidak akan berbuat begitu lagi'.

ADVERTISEMENT

"Disuruh buat tulisan saya berjanji tidak akan berbuat begitu lagi sampai satu buku. Stres juga, lumayan juga (rasanya dihukum) takut juga (untuk berbuat lagi)," tuturnya.

Meski mendapatkan hukuman dari guru akibat melukis, Wirawan tidak kapok. Ia justru semakin terobsesi untuk mengamati lukisan, seperti di majalah dan sebagainya. Dari sana pula Wirawan intens menggambar.

"Akhirnya setelah saya lihat-lihat di buku di majalah, ini lukisan bagus-bagus kok enggak dihukum," pikirnya.

Wirawan mempunyai keinginan kuat untuk belajar melukis saat duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP). Setelah tamat sekolah menengah atas (SMA), ia memutuskan mengambil kuliah di Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta pada 1995. Ia berhasil tamat dari ISI Yogyakarta pada 2002.

Halaman berikutnya: Melukis di Berbagai Media...

Melukis di Berbagai Media

Setelah tamat, Wirawan beberapa kali mengikuti pameran, baik di dalam maupun di luar negeri. Ia sampai tak ingat berapa kali sudah pameran di dalam negeri. Sementara di luar negeri, karyanya telah sampai hingga Australia, Jepang hingga Singapura.

"Sudah banyak (mengikuti pameran). (Kalau di luar negeri ada ke) Darwin, Australia hingga Jepang (dan) Singapura," ujar Wirawan.

Dari sekian pameran di luar negeri, Wirawan paling ingat saat dirinya berada di Australia. Saat itu ia mengikuti program artist camp, yakni kemah selama satu setengah bulan di dalam hutan.

"Program saya artist camp, kita camp di hutan sana selama satu setengah bulan. Setelah itu melukiskan apa yang kita lihat ke sana," ungkap Wirawan.

Wirawan kini masih aktif melukis di berbagai media, baik kanvas, instalasi maupun pada tubuh manusia (body painting). Terbaru, ia mengikuti kegiatan body painting di Sanur Village Festival pada Sabtu, 20 Agustus 2022.

Dalam kesempatan itu, Wirawan melukis tubuh model bernama Ni Made Ayu Agustina Dewi alias Nina (19) dengan karya bertajuk Surya Sewana sesuai tema Sanur Village Festival.

"Ini konsep secara umum kan Surya Sewana untuk menyesuaikan dengan modelnya. Kalau modelnya ini saya umpamakan seperti bulan wanita yang cantik. Di dalam tubuhnya ini saya seperti matahari di mana matahari yang ada bulannya," jelas Wirawan.

Bagi Wirawan, setiap media lukisan baik kanvas, instalasi maupun tubuh manusia sama-sama mempunyai tantangan. Meski begitu, menurutnya media bukanlah masalah utama yang dihadapi oleh seniman lukis. Persoalan utama yang harus bisa dikendalikan adalah suasana hati atau mood.

"Sebenarnya masalahnya tidak di sana (media lukis), (tapi) tergantung pada mood. Di sana saja permasalahan pelukis itu. Kalau media apa saja (bisa)," tuturnya.

"Kalau enggak ada mood kita pancing dulu, ada metodenya. Dipancing mood-nya dengan ngobrol, dengan melihat-lihat. Itu metode yang paling ringan," jelas Wirawan.




(iws/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads