"Naik drastis mulai dua mingguan ini," kata Kadek Sriasih (37), pedagang bermobil di Jalan Pulau Batam, Desa Dauh Peken, Kecamatan Tabanan, Rabu (24/8/2022).
Menurutnya, kenaikan ini sudah terjadi sejak pembelian di kendang. Sebelumnya, harga beli di kendang untuk satu kerat sekitar Rp 45 ribu. Namun sekarang naik menjadi Rp 49 ribu per kerat.
"Saya cari (telur) di Penebel. Itu pun barangnya kosong, mesti order dulu. Biar sama-sama (pedagang) dapat," sebut pedagang telur asal Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung ini.
Dengan kenaikan harga beli di kandang, ia harus menyesuaikan harga jual kepada konsumen dengan selisih sekitar Rp 51 ribu sampai Rp 52 ribu. "Kalau beli satu kerat, harganya Rp 52 ribu. Kalau beli banyak, misalnya lima kerat, bisa di harga Rp 51 ribu," jelasnya.
Sementara itu, Koordinator Lapangan Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Tabanan, I Nyoman Darma Susila mengatakan, kenaikan harga jual telur di kandang disebabkan kenaikan harga produksi yang harus ditanggung peternak. Terutama harga pakan.
"Sehingga harga jualnya juga disesuaikan dengan harga pakan," jelasnya secara terpisah.
Menurutnya, pakan produksi pabrik sekitar 80 persen diimpor. Harga pakan mengalami kenaikan dari Rp 350 ribu per sak dengan takaran 50 kilogram, menjadi Rp 500 ribu per sak dengan takaran yang sama.
"Sempat mengalami penurunan tapi relatif kecil. Turun Rp 10 ribu. Sekarang stabil Rp 490 ribu," bebernya.
Kenaikan harga pakan ini sudah terjadi sejak pandemi dan diperparah lagi dengan krisis akibat perang Ukraina-Rusia. "Karena pakan ternak tinggi, banyak peternak yang gulung tikar. Terutama bahan pakan yang diimpor. Sekitar 80 persen diimpor," jelasnya.
Kondisi ini berdampak pada populasi ayam petelur dan produksi telur itu sendiri. Ia memberikan gambaran, sebelum terjadinya kenaikan harga pakan, populasi ayam petelur di Tabanan bisa mencapai tiga juta ekor.
"Sekarang populasi ternak menurun, rata-rata 60 persen," ungkapnya.
Kenaikan harga telur di kandang ini, menurutnya, tidak serta merta bisa membawa untung bagi peternak. Apalagi mengembalikan populasi ayam petelur. Ini dikarenakan saat pandemi peternak mesti bertahan dengan bergantung pada kredit atau menjual aset.
"Sehingga sekarang mereka harus diwajibkan mengembalikan pinjaman ditambah beban bunga. Sedangkan harga DOC (day old chick/anam ayam berumur sehari) yang normalnya Rp 5.000 hingga Rp 6.000 per ekor, sekarang naik jadi Rp 15.000 hingga Rp 17.000 per ekor. Kalau menambah atau mengganti ayam yang sudah tua, mereka harus keluar modal tiga kali lipat," pungkasnya.
(irb/irb)