Kapal batu bara kandas di Laut Celukan Bawang, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali, sejak 30 Juli 2022 lalu, belum berhasil dievakuasi. Warga mengeluhkan bau menyengat yang dikeluarkan kapal batu bara tersebut.
Salah satu warga Desa Celukan Bawang, Asria (43), menyayangkan upaya evakuasi kapal yang belum selesai hingga sekarang. Ia mengaku bau batu bara bisa tercium dari jarak yang cukup jauh, meski pihak perusahaan sudah berupaya menghilangkan bau tersebut dengan menyemprotkan cairan.
"Ya mudah-mudahan cepat ditangani ya, karena baunya juga cukup mengganggu apalagi kalau lagi ada angin laut," kata Asria.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia berharap kapal tersebut segera bisa dievakuasi. Sebab jika kapal itu tenggelam, maka akan berpengaruh terhadap kesehatan lingkungan. Terutama ekosistem bawah laut, seperti terumbu karang dan ikan di sana. Menurutnya, kondisi itu juga akan merugikan nelayan.
"Satu-satunya jalan mungkin dibawa pakai tongkang lain. Kalau yang punya kapal saya enggak tahu siapa. Iya lah mikir jangka panjang, jangan sampai merusak ekosistem laut kita, kan kasihan nelayan nanti," paparnya.
Pemdes Desak Percepat Evakuasi
Pemerintah Desa (Pemdes) Celukan Bawang mendesak evakuasi kapal kandas tersebut dipercepat. "Perusahaan dan agen agar bertindak lebih cepat supaya tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar lagi," kata Perbekel Desa Celukan Bawang Muhajir saat dikonfirmasi detikBali, Rabu (24/8/2022).
Muhajir mengatakan alasan kapal batu bara itu dikandaskan karena mengalami sejumlah kebocoran. Jika tetap berada di tengah laut, besar kemungkinan kapal itu bakal tenggelam dan berakibat pada pencemaran lingkungan.
Pihak agen perusahaan kapal diakuinya sudah sempat berkoordinasi terkait upaya evakuasi dan perbaikan kapal. Perbaikan kapal sudah dilakukan beberapa kali, namun tetap belum berhasil akibat berbagai faktor, termasuk cuaca.
"Jadi kalau tidak dikandaskan itu tenggelam dia. Karena solusi satu-satunya itu harus dikandaskan, kalau dibiarkan beberapa waktu lalu tenggelam, karena bocornya sudah besar sekali. Sekarang upaya dari perusahaan itu lagi cari bego untuk mengalihkan batu bara ke tongkang lain," jelasnya.
Ia mengungkapkan, masyarakat dan nelayan sempat mengeluhkan keberadaan kapal tersebut. Namun setelah diberikan penjelasan, mereka memakluminya sebab insiden tersebut bersifat darurat.
"Itu keadaannya emergency (darurat) karena kapal tongkang yang muat batu bara itu bocor. Jika dibiarkan di tengah laut, pasti bakal tenggelam, bahkan akan lebih mungkin mencemarkan laut. Jadi lebih baik disandarkan," katanya.
Sementara itu, salah seorang nelayan setempat bernama Muhamad Ali mengatakan insiden kapal tongkang kandas itu sama sekali tidak mempengaruhi hasil tangkapan ikan. Kendati demikian, ia mengakui sebelumnya sempat ada pro kontra, namun ketika diberi penjelasan oleh pihak desa, Ali mengatakan para nelayan memakluminya.
"Kalau tangkapan ikan enggak berpengaruh, tapi sempat ada komplain, namun saat ini sudah pada maklum karena emergency dan itu tidak disengaja juga, kami sih berharap agar bisa cepat ditangani," tukas Ali.
Diberitakan sebelumnya, kawasan Laut Celukan Bawang terancam tercemar akibat kapal tongkang bermuatan batu bara kandas diterjang ombak, sejak 30 Juli 2022. Hingga kini upaya evakuasi terhadap kapal tersebut masih belum berhasil dilakukan.
Diketahui muatan batu bara itu diambil dari PT KPC (Kaltim Prima Coal), dan PT GEB (General Energi Bali) PLTU Celukan Bawang yang menjadi pihak penerima. Kemudian Perusahaan Bongak Muat (PBM) PT Sentosa selaku pihak ekspedisi.
(irb/irb)