I Gusti Ngurah Rai merupakan salah satu sosok Pahlawan Nasional dari Bali. Namanya dikenang sepanjang masa, dijadikan nama jalan hingga monumen.
I Gusti Ngurah Rai dikenal dengan aksi heroiknya saat melakukan perang habis-habisan atau yang disebut Puputan Margarana. Di tempat perang puputan Margarana itulah, kini berdiri Taman Pujaan Bangsa Margarana yang terletak di Marga, Tabanan, Bali.
Lantas, seperti apa sosok I Gusti Ngurah Rai?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nama lengkapnya Brigadir Jenderal (anumerta) I Gusti Ngurah Rai. Ia lahir di Desa Carangsari, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, Bali pada 30 Januari 1917. Kelahirannya bertepatan dengan bencana alam gempa dahsyat di Bali yang dikenal dengan sebutan gejer atau gejor. Peristiwa itu membuatnya kerap dipanggil I Gusti Ngurah Gejor sewaktu kecil.
I Gusti Ngurah Rai adalah seorang anak camat bernama I Gusti Ngurah Pacung. Sementara ibunya bernama I Gusti Ayu Kompyang.
Lahir dari keluarga cukup terpandang membuat dia berkesempatan mengenyam pendidikan formal di Holands Inlandse School (HIS). Semasa kecil, I Gusti Ngurah Rai tinggal di Desa Carangsari, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung.
Bakat Kepemimpinan
Dilansir dari tulisan I Gusti Ayu Kristinaningrat dan I Wayan Kertih dalam Jurnal Pendidikan IPS Indonesia, PIPS Volume 3 Nomor 2, Oktober 2019, bakat kepemimpinan I Gusti Ngurah Rai sudah terlihat sejak memasuki masa remaja. Ia terampil memimpin pasukan karena pada tahun 1938 I Gusti Ngurah Rai sempat mengikuti pendidikan Officer Corp Prajoda di Gianyar. Pendidikan tersebut diselenggarakan oleh tentara Kerajaan Belanda
Sebelum itu, pada 1935 ayahnya meninggal dunia. I Gusti Ngurah Rai yang ketika itu bersekolah di MULO Malang memilih untuk kembali ke Bali dan tidak menyelesaikan pendidikannya. Di kampun halaman, ia mengajarkan ilmu pencak silat yang diperolehnya selama di Jawa.
I Gusti Ngurah Rai tamat dari pendidikan Officer Corp Prajoda pada tahun 1940 dengan nilai terbaik dan pangkatnya Lentan dua. Ia sempat menjadi komandan sectic/peleton, sebelum dikirim untuk belajar ke Magelang. Ia kembali mengikuti pendidikan di jurusan senjata berat atau artileri dan kembali pulang setelah Belanda menyerah kepada Jepang.
Perang Puputan Margarana
I Gusti Ngurah Rai memimpin pertempuran Puputan Margarana dan memiliki pasukan bernama Ciung Wanara yang melawan Belanda. I Gusti Ngurah Rai berperan dalam menyusun strategi dan serangan dalam peperangan.
Untuk diketahui, pertempuran Puputan Margarana menjadi salah satu pertempuran antara Indonesia dan Belanda dalam masa Perang kemerdekaan Indonesia. I Gusti Ngurah Rai gugur dalam pertempuran Puputan Margarana pada 20 November 1946.
Atas jasanya, namanya diabadikan menjadi nama bandara di Bali yakni Bandara Internasional Ngurah Rai. Kini potretnya dicantumkan di uang kertas pecahan Rp 50.000. I Gusti Ngurah Rai dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia oleh pemerintah pada tahun 1975.
(iws/iws)