Putu Deasy Krisna Dewi Asmady mendirikan Yayasan De Legong Anak Bangsa menggunakan pundi-pundi pribadi. Yayasan De Legong Anak Bangsa terfokus untuk memberikan berbagai macam terapi kepada anak-anak penderita Cerebral Palsy atau cacat otak maupun cacat otot secara gratis.
Yayasan De Legong Anak Bangsa yang beralamat di Banjar Samu, Singapadu, Gianyar, Bali ini dibentuk pada tahun 2014 dan memiliki izin berdiri pada tahun 2017. Menurut Putu Deasy, Cerebral Palsy sangat jarang mendapat perhatian dari yayasan lain. Kebanyakan mereka lebih sering fokus kepada Autisme dan Down Syndrom. Dengan alasan itulah Putu Deasy membuka yayasan terapi untuk anak-anak Cerebral Palsy.
"Salah satu alasan saya membuka yayasan ini karena selama ini yang lebih sering mendapat perhatian adalah Autisme dan Down Sindrom. Jarang ada yayasan yang memperhatikan Celebral Palsy," jelas Putu Deasy Pada saat ditemui detikBali di Singapadu, Sukawati, Gianyar, Jumat (12/08/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini De Legong sudah memiliki 13 staf yang terdiri dari pembina, pengawas, ketua, sekretaris, bendahara, administrasi, therapist, dan guru dengan jumlah total pasien anak Cerebral Palsy 650 orang dari seluruh Bali.
Metode terapi yang diberikan beragam. Ada Hypnotherapy untuk anak-anak yang tantrum, hydrotherapy untuk bergerak di dalam air, fisiotherapy, terapi bicara, dan beberapa lainnya. Rata-rata pasien yang menjalani terapi di De Legong satu jam per hari dengan batas maksimal 15 orang dalam satu hari.
"Minimal usia tiga tahun harus sudah bisa duduk. Kalau belum bisa akan sulit berjalan. Setelah duduk nanti kita ajarkan merangkak," terang Putu Deasy.
Untuk diketahui penyakit Cerebral Palsy ini merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Penderita Cerebral Palsy harus diterapi untuk meningkatkan kemandiriannya dalam bergerak. Semakin dini penderita Cerebral Palsy diterapi, akan semakin baik proses terapinya.
Ia juga memiliki bisnis LKP Kursus Bahasa Jepang yang mana keuntungannya dipakai untuk menggaji para staf setiap bulannya. Ia juga membuka klinik spiritual ketika malam, sehingga "sesari" atau keuntungannya bisa dipakai untuk keperluan yayasan.
Lulusan Fakultas Hukum Warmadewa ini mengungkapkan, ia memiliki rencana untuk membangun sekolah berbayar untuk penderita Cerebral Palsy di lahan milik suaminya yang luasnya sekitar 15 are, mengingat penderita Cerebral Palsy tidak dapat bersekolah di sekolah umum. Harapannya agar pembangunan dapat berjalan dengan lancar dengan begitu beliau bisa memberikan pelayanan terbaik kepada penderita Cerebral Palsy.
(nor/nor)