Eksekusi lahan untuk perluasan jalan atau akses even presidensi G20 di kawasan Peminge, Nusa Dua, Kuta Selatan, Badung tak hanya membuat warga terdampak syok dan stress berat,
Eksekusi lahan juga menyisakan cerita mistis dan kesedihan mendalam bagi warga terdampak atau pemilik lahan.
Salah satunya diakui I Nyoman Suardika. Ditemui detikbali di Jalan Terompong, Peminge, Nusa Dua, Rabu (3/8/2022), ia mengaku sempat kesurupan saat alat berat menghancurkan 6 (enam) pelinggih keluarga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, pelinggih di rumahnya dihancurkan saat masih upacara berlangsung. Bahkan sarung pelinggih menjadi robek besar hingga membuat Suardika kesurupan.
Selain itu, yang membuat sedih dan syok, biaya upakara yang tinggi menanti mereka untuk bisa membangun pelinggih baru.
Sedangkan sisi lain, menurut kakak kandung Suardika, yakni I Wayan Punia mengaku bahwa hingga diupacarakan uang dari pemerintah yang dijanjikan belum kunjung cair.
"Kalau simbolis benar kita sudah terima itu cek. Tetapi maaf saya kan orang bodoh ini adik saya yang terima tapi dana itu belum bisa dicairkan belum keluar dan kita tidak tahu kapan bisa terima uangnya, nunggu dipanggil lagi," ungkap I Wayan Punia.
Yang membuatnya sedih adalah, karena sang adik sangat sedih dan syok hingga mengalami kesurupan kemarin hingga harus ditangani sejumlah pemangku.
"Dia aslinya gak begitu, dia (Suardika) cuma sedih karena masih upacara sudah digaruk, itu yang buat dia terpukul," ucapnya.
Yang menyesakkan dan mengecewakan lagi , kata Punia terkait nominal Rp1,12 miliar belum dengan biaya upakara. Apalagi ada 6 Pelinggih yang dimilikinya.
Padahal katanya, pihaknya baru saja melakukan odalan. "Ya kalau dikasih biaya ya syukur kalau gak ya sudah kita pasrah," katanya. (*)
(dpra/dpra)