Kabar Duka, Eks Presiden Filipina Fidel Ramos Meninggal

Kabar Duka, Eks Presiden Filipina Fidel Ramos Meninggal

Tim detikNews - detikBali
Senin, 01 Agu 2022 09:30 WIB
Former Philippine President Fidel Ramos reacts as he speaks to journalists during a trip to Hong Kong, China, after a Hague courts ruling over the maritime dispute in South China Sea, August 12, 2016. Picture taken August 12, 2016.        REUTERS/Tyrone Siu/File Photo
Foto: Fidel Ramos (REUTERS/Tyrone Siu/File Photo)
Bali -

Kabar duka datang dari Fiipina. Mantan Presiden Filipina Fidel Ramos meninggal dunia pada usia 94 tahun.

"Dengan sangat sedih kami mengetahui meninggalnya mantan Presiden Fidel V. Ramos," kata Sekretaris Pers Presiden Ferdinand Marcos Jr, putra, Trixie Cruz-Angeles dilansir AFP, Senin (1/8/2022), yang dikutip detikNews.

Trixie mengenang kebaikan Fidel yang wafat pada Minggu (31/7/2022) tersebut. Dia mengatakan Fidel sosok yang memberi perubahan besar bagi Filipina.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dia meninggalkan warisan yang penuh warna dan tempat yang aman dalam sejarah untuk partisipasinya dalam perubahan besar negara kita, baik sebagai perwira militer dan kepala eksekutif," ucapnya.

Mengenai penyebab kematian Fidel hingga saat ini belum diketahui. Pihak keluarga disebut akan memberikan keterangan pers terkait penyebab kematian Fidel.

ADVERTISEMENT

Delegasi Uni Eropa di Filipina menyatakan belasungkawa. Mereka menggambarkan Ramos sebagai "negarawan yang berdedikasi" dan "pilar demokrasi".

Sosok Fidel Ramos

Fidel Ramos adalah lulusan akademi militer West Point yang bergengsi di Amerika Serikat, Ramos memiliki karir yang panjang di angkatan bersenjata, termasuk pertempuran melawan gerilyawan komunis, dan ditempatkan dalam Perang Korea sebagai bagian dari kontingen Filipina.

Dia kemudian menjadi komandan paramiliter Polisi Filipina -- lembaga utama yang menegakkan penindasan brutal terhadap perbedaan pendapat setelah Marcos mendeklarasikan darurat militer pada tahun 1972.

Pada Februari 1986, ketika kemarahan rakyat mencapai puncaknya atas pembunuhan pemimpin oposisi Benigno Aquino dan kecurangan rezim besar-besaran dalam pemilihan cepat.

Merasakan kelemahan Marcos, sekelompok perwira militer muda dan pemimpin mereka, menteri pertahanan Juan Ponce Enrile, merencanakan untuk merebut kekuasaan tetapi ketahuan.

Menghadapi penangkapan, Enrile dan sekutunya bersembunyi di markas militer di Manila dan mengimbau masyarakat untuk melindungi mereka dari serangan pemerintah yang akan segera terjadi.

Ramos bergabung dengan pemberontakan mereka, menarik dukungannya dari Marcos dan menginspirasi banyak orang lain untuk bangkit juga.

Kemudian jutaan orang berkumpul di jalan-jalan untuk pemberontakan damai "Kekuatan Rakyat" yang mengirim diktator ke pengasingan dan mengantar Corazon Aquino sebagai presiden.




(kws/kws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads