Sejumlah warga di Desa Tianyar Barat, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Bali, mengaku trauma dengan gempa bumi berkekuatan M 4.6 pada Jumat (29/7/2022) malam. Beberapa warga bahkan memilih untuk tidur di luar rumah agar lebih cepat menyelamatkan diri jika terjadi gempa susulan.
"Saya dan istri kemarin malam tidur di halaman rumah. Untuk jaga-jaga jika nanti ada gempa susulan dengan kekuatan yang lebih besar bisa cepat menyelamatkan diri," kata Gede Darma (62) saat ditemui di rumahnya di Banjar Dinas Taman Sari, Desa Tianyar Barat, Sabtu (30/7/2022).
Darma mengaku, saat terjadi gempa pada Jumat malam, dirinya sedang duduk di halaman. Sementara itu, istrinya Ni Nyoman Windu (60) sedang ada di kamar. Begitu merasakan getaran, ia dan istrinya bergegas keluar rumah mencari tempat yang aman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebenarnya saya masih trauma jika terjadi gempa, karena takut kejadian beberapa tahun yang lalu terulang kembali. Saat itu kerusakannya lumayan parah dan ada beberapa warga yang mengalami luka-luka," kata Darma.
Untuk diketahui, gempa Jumat malam juga membuat beberapa genteng rumah Darma berjatuhan. Tak hanya itu, sanggah yang ada di rumahnya juga mengalami kerusakan.
Hal serupa dikatakan oleh I Gede Eka Wicaksana (27) yang berasal dari Banjar Dinas Tegal Sari, Desa Tianyar Barat, Kecamatan Kubu, Karangasem. Ia mengaku, istrinya saat gempa hendak menuju kamar mandi.
"Untung kemarin saat terjadi gempa istri saya belum mandi, padahal sudah mau jalan menuju kamar mandi. Sedangkan kamar mandi saya temboknya retak bahkan hampir ambruk, gentengnya juga berserakan jatuh ke dalam," kata Wicaksana.
Sementara itu, Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Karangasem I Putu Eka Putra Tirtana mengatakan bahwa sampai saat ini ada dua desa yang mengalami kerusakan akibat gempa pada Jumat malam. Kedua desa tersebut adalah Desa Tianyar Barat dan Desa Tianyar Tengah.
Dari data sementara yang diperoleh oleh BPBD Kabupaten Karangasem, ada sebanyak 32 rumah dan pelinggih atau sanggah yang mengalami kerusakan ringan dan sedang. Kerusakan umumnya terjadi pada atap dan tembok yang retak.
"Data ini masih bersifat sementara dan kemungkinan akan bertambah baik jumlah kerusakannya maupun kerugiannya karena kepala desa setempat masih terus mengumpulkan data dari masyarakat," kata Eka Tirtana.
(iws/irb)