Bocah Tasikmalaya Depresi-Meninggal Usai Dipaksa Setubuhi Kucing

Bocah Tasikmalaya Depresi-Meninggal Usai Dipaksa Setubuhi Kucing

Tim detikNews - detikBali
Rabu, 20 Jul 2022 20:33 WIB
Poster
Ilustrasi perundungan. Foto: edit Wahyono
Denpasar -

Peringatan (trigger warning): Artikel ini mengandung konten eksplisit tentang perundungan ekstrem yang dapat memicu kondisi emosi dan mental pembaca. Kami menyarankan Anda tidak meneruskan membacanya jika mengalami kecemasan dan meminta bantuan profesional.

Nasib tragis dialami bocah berusia 11 tahun di Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya. Bocah kelas enam SD tersebut meninggal dunia usai mengalami depresi dan sakit keras akibat perundungan yang dilakukan teman sebayanya.

Dikutip detikNews, video aksi perundungan terhadap PH yang dipaksa menyetubuhi kucing viral. Video itu direkam, kemudian disebarkan para pelaku di media sosial.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kedua orang tua korban, Ad (41) dan Ti (39) tak bisa menyembunyikan rasa sedihnya saat ditemui detikJabar. Di dalam rumah mungil berdinding bilik dan papan, keduanya bercerita tentang pengalaman pahit yang diderita anak keduanya.

Ti, ibu korban, mengatakan anaknya terlihat murung dan sering melamun beberapa hari terakhir sebelum meninggal dunia pada Minggu (17/7/2022). Kepada ibunya, PH mengaku sakit tenggorokan, yang membuatnya enggan makan dan minum.

ADVERTISEMENT

Kondisi PH semakin parah, tak hanya susah makan dan minum, anaknya juga mengalami kejang-kejang. Anaknya dibawa ke rumah sakit, namun nahas, PH meninggal dunia pada Minggu (17/7/2022).

"Kalau ke kami ngakunya sakit tenggorokan, dimasukin air aja dimuntahin lagi. Kami bawa ke rumah sakit tapi meninggal dunia," ucap Ti lirih.

Sampai akhirnya, video perundungan yang menimpa anaknya ia saksikan sendiri. Ia sempat menanyakan kepada PH, kenapa mau melakukan aksi tersebut. Korban menjawab mendapatkan paksaan dan pemukulan dari teman sebayanya.

"Anak saya sering ngaku dipukul sama temannya. Tapi mungkin candaan. Anak saya mainnya jauh pak. Saya kan ada anak empat jadi susah ngawasinya. Saya juga hancur pak pas lihat videonya," ujar Ti.

Ketua KPAI Tasikmalaya Ato Rinanto mengatakan, saat ini pihaknya tengah memberikan pendampingan dan pemulihan psikologis kepada keluarga korban.

"Kami melihat keluarga masih belum stabil kondisi psikisnya maka kami tawarkan pendampingan dan pemulihan psikologisnya, edukasi dan juga mungkin proses hukumnya," ujar Ato.

"Jadi ananda ini usianya 11 tahun kelas enam SD dia mengalami dugaan perundungan, sampai murung, depresi akhirnya meninggal dunia. Bentuk perundungannya adegan tak senonoh. Korban dipaksa dan diancam teman sepermainanya," uja Ato melanjutkan.

Selengkapnya baca di sini




(nor/nor)

Hide Ads