I Kadek Sudiarsana (26) terlahir dari keluarga kurang mampu dan sejak usia 3 bulan menjadi anak yatim setelah ayahnya meninggal dunia, sedangkan ibunya menikah kembali. Kini pria yang merupakan salah satu lulusan terbaik SMA Bali Mandara angkatan ke-2 ini merupakan calon Magister Ilmu Hukum di Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.
Kepada detikBali, I Kadek Sudiarsana pada Minggu (19/6/2022) menceritakan bahwa semenjak menjadi anak yatim dan ibunya menikah kembali, ia diasuh dan dibesarkan oleh kakek, nenek dan pamannya di sebuah gubuk kecil di Banjar Dinas Kanginan, Desa Selumbung, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem.
Kondisi ekonomi yang serba kekurangan membuatnya memiliki rasa jengah untuk memperbaiki taraf kehidupan ke depannya sehingga ia terus berjuang dengan bekerja serabutan saat itu, yang mungkin tidak dilakukan oleh anak-anak seusianya. Mulai dari memelihara babi, sebagai buruh memetik kelapa hingga buruh cetak batako.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Semua itu ia kerjakan sebagai upaya untuk meringankan beban keluarga, karena menyadari bahwa ia bukan terlahir dari keluarga mampu.
"Saya dan keluarga cukup ragu dan bingung ketika mengenyam pendidikan sekolah menengah pertama terutamanya pada saat menginjak kelas IX SMP apakah mampu untuk melanjutkan pendidikan atau tidak mengingat biaya sekolah di tingkat SMA tentu lebih mahal dan adanya biaya-biaya operasional lain yang harus disiapkan.
Apalagi jarak antara sekolah dan rumah sangat jauh, sehingga mimpi untuk bersekolah lanjutan menjadi kecil, bahkan tidak terbayang untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. Sebab, yang terlintas di pikiran saya adalah bagaimana bisa bekerja untuk membantu meringankan beban keluarga," kata mahasiswa semester 3 FH UGM ini.
Tapi, dengan adanya peluang untuk bersekolah di SMAN Bali Mandara seraya membangkitkan kembali semangat jengah yang ia miliki untuk melanjutkan pendidikan sehingga dirinya bertekad agar bisa bersekolah di SMA Bali Mandara.
Sudiarsana mengaku bahwa saat duduk di bangku SMP, dirinya merupakan seorang siswa yang biasa-biasa saja tidak terlalu pintar tapi juga tidak terlalu bodoh. Karena sebagian waktunya habis untuk membantu meringankan beban keluarga, dimana saat pulang sekolah ia sudah langsung menumbuk batang pohon pisang sekitar 2 karung setiap harinya untuk pakan babi miliknya, dan juga beberapa aktivitas lainnya.
Jadi praktis ia hanya belajar di malam hari saja tapi itu tidak terlalu maksimal bisa dilakukan karena raga yang sudah lelah.
"Meskipun demikian saya terus berupaya dengan semangat jengah yang saya miliki untuk terus belajar dan belajar karena saya sadar akan kemampuan saya yang biasa saja dan tempaan keluarga yang mendukung karakter saya tumbuh menjadi anak yang kuat secara mental dan mandiri.
Ada kata yang begitu mendalam yang saya pegang sampai saat ini yang selalu dikumandangkan paman saya yaitu "jengahang ragane" kalau bukan dirimu, siapa lagi yang bisa mengubah hidupmu sendiri. Kira-kira kata itulah yang menjadi kata selalu melekat di kamus perjuangan saya," kata Sudiarsana.
Saat dirinya di-home visit oleh 2 orang dari pihak panitia seleksi SMA Bali Mandara, ia sedang menyapu halaman dan bersih-bersih karena saat itu menjelang hari raya. Pamannya sedang mencari pakan ternak sedangkan kakek dan neneknya sedang duduk di halaman rumah.
"Kami diwawancara dengan sangat lengkap dan kami pun menyampaikan data dan informasi apa adanya dan sebagaimana mestinya, baik kondisi ekonomi, perjalanan hidup, maupun tanggungan keluarga.
Semua kami ceritakan dan sampaikan dengan komprehensif, kondisi rumah juga apa adanya, lantai hanya beralaskan semen tipis dan tidak sedikit yang sudah berlubang, dapur juga masih menggunakan kayu bakar dan rumah beratap seng yang sudah berkarat dan sebagian masih beratapkan daun kelapa, dengan berkat Tuhan Yang Maha Esa dan dukungan segenap pihak, akhirnya saya berkesempatan menjadi 1 diantara 75 siswa SMA Bali Mandara," kata Sudiarsana.
Sistem selama bersekolah di SMA Bali Mandara diakuinya sangat bagus dan komprehensif mulai dari sistem asrama dengan pendidikan semi militer, bantuan beasiswa penuh, tempaan guru-guru dan tenaga kependidikan yang sangat luar biasa, selain itu lingkungan disana juga sangat mendukung untuk bisa terus tumbuh dan berkembang sebab bertemu dengan orang-orang yang senasib dan memiliki motivasi internal dan eksternal yang sangat kuat.
Ia juga mengaku sangat bersyukur atas kesempatan yang diberikan untuk mengenyam pendidikan di SMA Bali Mandara dengan sistem boarding school dan full scholarship, serta serangkaian proses pengembangan akademik dan non akademik termasuk pengembangan karir belajar dan karir profesional terbuka dengan sistem pendidikan SMA Bali Mandara, hingga akhirnya berkesempatan mengenyam pendidikan program pasca sarjana.
Selain itu, dengan kegiatan community service juga menjadi bagian penting dalam pengembangan kepedulian terhadap sesama. Dan program terintegrasi lainnya yang bertujuan untuk menumbuhkan etika moral yang sangat berharga bagi kehidupan sehari-hari dan tentu berguna untuk masyarakat di kemudian hari.
Dengan kerja keras dan disiplin serta tekadnya yang kuat untuk dapat mengubah nasib keluarganya akhirnya saat kelulusan angkatan ke-2 SMA Bali Mandara, ia dinobatkan sebagai valedictorian award atau lulusan terbaik hingga kemudian mengantarkannya berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan di jenjang Sarjana di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada melalui jalur undangan.
Dengan prinsip hidup yang ia bawa dan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, selama mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, ia juga berupaya menyeimbangkan kegiatan akademik dan non-akademik, mulai dari menjadi asisten dosen di Bidang Penelitian hingga kemudian menjadi salah satu Tim Perumus Naskah Akademik dan Rancangan Peraturan Perundang-undangan di 4 Kabupaten di Bali diantaranya Kabupaten Gianyar, Kabupaten Jembrana, Kabupaten Tabanan, dan Kota Denpasar tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas.
"Saat ini saya sedang menempuh pendidikan lanjutan yaitu studi Magister Ilmu Hukum di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Saya juga terus berupaya untuk dapat memberikan kontribusi yang maksimal bagi masyarakat semampu yang saya bisa, baik melalui sharing pengalaman, konsultasi maupun bantuan hukum," kata Sudiarsana.
Rasa Bangga Keluarga dengan Prestasi Sudiarsana
I Nyoman Yasa yang merupakan paman dari Sudiarsana mengatakan bahwa, sejak dulu kondisi ekonomi keluarganya memang kurang mampu karena hanya mengandalkan sebagai buruh tukang panjat kelapa, serta ternak sapi dan babi untuk biaya hidup sehari-hari.
"Semenjak ayahnya meninggal dan ibunya menikah lagi, saya sudah menganggap ponakan saya tersebut sebagai anak kandung saya sendiri hingga saya memutuskan untuk tidak menikah," kata Yasa.
Ia juga mengaku bersyukur karena keponakannya tersebut berhasil melanjutkan pendidikan di SMA Bali Mandara karena kalau bersekolah di SMA lain ia mungkin tidak punya biaya dengan kondisi ekonomi keluarganya saat itu.
"Saya sangat beruntung karena keponakan saya bersekolah di SMA Bali Mandara dengan mendapat beasiswa penuh dan juga asrama dan saat ini saya lebih bangga lagi karena ia sedang melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Gadjah Mada. Semoga rasa jengah yang ia miliki dulu mampu membuatnya sukses dikemudian hari dan juga mampu untuk memperbaiki taraf kehidupan menjadi yang lebih baik dari saat ini. Dan juga saya berharap suatu saat nanti ia bisa berguna untuk masyarakat banyak," ujar Yasa.
Sementara itu, kondisi ekonomi yang kurang mampu dari Kadek Sudiarsana juga diakui oleh Perbekel Desa Selumbung, I Wayan Sudiarka, di mana sejak dulu sampai saat ini kondisi keluarga tersebut memang tergolong kurang mampu sehingga dari pihak desa cukup sering datang ke rumah tersebut untuk memberikan bantuan.
Terkait dengan keberhasilan dari Kadek Sudiarsana bersekolah di SMA Bali Mandara dan saat ini sedang menempuh pendidikan S2 di Universitas Gadjah Mada, Sudiarka mengaku sangat bangga dan berharap makin banyak ada generasi muda yang mengikuti jejak dari Kadek Sudiarsana.
"Saya sangat bangga dengan apa yang diraih oleh Kadek Sudiarsana, semoga saja diikuti oleh para generasi muda yang lainnya agar bisa bersekolah di SMA Bali Mandara, kami dari pihak desa hanya bisa membantu semampu kami terkait kelengkapan yang diperlukan dan saya juga berharap suatu saat nanti Kadek Sudiarsana bisa berguna untuk masyarakat banyak," kata Sudiarka.
(kws/kws)