Perajin Jembrana Sulap Batok Kelapa Jadi Alat Musik Tradisional

Perajin Jembrana Sulap Batok Kelapa Jadi Alat Musik Tradisional

I Ketut Suardika - detikBali
Minggu, 19 Jun 2022 07:41 WIB
I Made Uripta Adi Sujarwa (39), perajin alat musik tradisional dari bahan batok kelapa asal Jalan Cilinaya, Banjar Rangdu, Desa Pohsanten, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Bali, Sabtu (18/6/2022).
I Made Uripta Adi Sujarwa (39), perajin alat musik tradisional dari bahan batok kelapa asal Jalan Cilinaya, Banjar Rangdu, Desa Pohsanten, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Bali, Sabtu (18/6/2022). Foto: I Ketut Suardika
Jembrana -

Setiap bagian dari pohon kelapa bisa dimanfaatkan, termasuk batok kelapa. Kulit bagian dalam kelapa yang keras ini biasanya berakhir di tungku atau tempat pembakaran. Tetapi di tangan perajin asal Jembrana ini, batok kelapa bisa menjadi alat musik tradisional yang bernilai ekonomi.

I Made Uripta Adi Sujarwa (39), perajin alat musik tradisional dari bahan batok kelapa asal Jalan Cilinaya, Banjar Rangdu, Desa Pohsanten, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Bali. Batok kelapa diolah menjadi handicraft (kerajinan) alat musik tradisional.

"Biasanya disebut kalimba," kata I Made Uripta Adi Sujarwa, pemilik usaha pembuatan alat musik batok kelapa dengan nama Urip Handicraft.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Proses pembuatannya, pertama memilih batok kepala yang sudah kering dan siap diproses. Kemudian dilakukan penempelan atau pembuatan tutup menggunakan triplek dengan ketebalan 4-6 milimeter, selanjutnya diikat dengan karet selama 24 jam.

Setelah itu, ikatan karet dilepas. Lalu dipotong atau digerinda bagian pinggir triplek, menyesuaikan dengan batok atau ukuran diameternya. Kemudian dibersihkan hingga halus.

ADVERTISEMENT

"Proses menghaluskan itu empat tahap, mulai dari menggunakan amplas paling kasar hingga terakhir amplas kain halus," jelasnya.

Setelah batok kelapa halus dan permukaan rapi, dilakukan pengecatan clear atau bening. Proses ini dilakukan dua kali. Setelah benar-benar halus, bagian atas atau tutupnya dilukis supaya lebih menarik sesuai pesanan, kemudian dijemur sekitar satu jam.

Sambil menunggu kering, menyiapkan besi yang akan dibuat alat musik. Bahannya dari besi ruji sepeda gayung yang berbentuk bulat, dijadikan lempeng menggunakan mesin. Kemudian dipotong sesuai mal atau ukuran yang sudah diatur, agar bisa menghasilkan suara dan disetel sesuai nada yang akan dipasang.

Usaha pembuatan alat musik tradisional dengan batok kelapa ini, kata Uripta, dari segi bisnis cukup menjanjikan dan bisa menyerap pekerja di lingkungannya. Saat ini ada 20 orang yang bekerja di tempat usaha pembuatan alam musik ini.

Uripta mengatakan, sebelum pandemi COVID-19, ia mempekerjakan 40 orang dengan jumlah produksi setiap bulan 6-8 ribu buah. Namun, selama pandemi pesanan sempat menurun dan tidak terlalu banyak.

Beruntung, kini pesanan sudah kembali meningkat sejak awal tahun 2022. Selama enam bulan ia dan pekerjanya telah memproduksi 40 ribu kerajinan, yang didistribusikan ke art shop seluruh Bali. Harga alat musik batok ini disesuaikan dengan ukurannya. Rumah produksinya menjual mulai dari Rp12 ribu - Rp30 ribu.

Uripta menceritakan awal mula menggeluti bisnis ini di tahun 2003. Sebelum membuka usaha sendiri, ia bekerja di tempat kerajinan milik tetangganya yang juga membuat berbagai macam alat musik tradisional, salah satunya berbahan batok kelapa. Uripta kemudian menekuni pembuatan alat musik kalimba dari batok kelapa dan usahanya mulai dikenal luas empat tahun kemudian. Tahun 2007 pesanan selalu datang dalam jumlah besar, hingga kini kerajinan alat musik tradisional ini menjadi buah tangan wisatawan yang pulang dari Bali.




(irb/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads