DBD Meningkat di Tabanan, Diskes Klaim Kesiapan Faskes Aman

DBD Meningkat di Tabanan, Diskes Klaim Kesiapan Faskes Aman

Chairul Amri Simabur - detikBali
Minggu, 12 Jun 2022 17:16 WIB
Kegiatan fogging atau pengasapan di Desa Abiantuwung, Kecamatan Kediri.
Kegiatan fogging atau pengasapan di Desa Abiantuwung, Kecamatan Kediri. Foto: ist
Tabanan - Dinas Kesehatan (Diskes) Tabanan memastikan seluruh rumah sakit dan puskesmas siap melayani pasien demam berdarah dengue (DBD) yang trennya sedang meningkat. "Faskes kita masih mampu melayani. Tidak ada masalah," jelas Kepala Diskes Tabanan, dr. I Nyoman Susila, Minggu (12/6/2022).

Ia membenarkan kasus DBD di Tabanan meningkat dimana tercatat hingga Mei 2022 ada 129 kasus DBD. Karena memiliki gejala yang serupa dan disertai keluhan pada nyeri di persendian, beberapa dari jumlah tersebut ada yang mengarah pada Chikungunya. Hanya saja, ia tidak merinci berapa jumlah kasus yang mengarah pada Chikungunya.

Selain itu, peningkatan kasus tidak sampai mengakibatkan gejala yang berat apalagi meninggal dunia. "Yang jelas tidak ada yang sampai mengalami gejala berat. Untuk jumlah kasus di bulan ini, Juni 2022, belum direkapitulasi," sebutnya.

Ia menjelaskan, kasus DBD sempat nihil pada Februari dan Maret 2022. Baru pada April 2022 ditemukan satu kasus di Desa Abiantuwung, Kecamatan Kediri. Sedangkan pada Januari 2022, jumlah yang tercatat sebanyak 53 kasus dan tersebar di Kecamatan Kerambitan dan Kediri.



Kasus DBD di dua kecamatan ini juga muncul pada data yang terkumpul hingga akhir Mei 2022. Data awal pada Mei 2022 hanya tercatat 40 orang. Namun setelah dilakukan penelusuran totalnya menjadi 70 orang. "Ada tambahan lagi. Terutama yang belum disurvei," imbuhnya.

dr. Susila menjelaskan, baik DBD maupun Chikungunya, merupakan penyakit endemi atau yang berjangkit di satu wilayah pada waktu tertentu.

"Ada banyak faktor penyebabnya. Salah satunya peralihan musim. Ada waktunya kasusnya naik. Ada waktunya turun," jelas mantan Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah Tabanan ini.

Biasanya, sambung dr. Susila, bila di satu wilayah dilaporkan ada temuan kasus, pihaknya melalui puskesmas terdekat akan melakukan penelusuran. "Kemudian diputuskan apakah tindak lanjutnya melalui penanganan jentik atau fogging (pengasapan)," ujarnya.

Namun ia menegaskan, upaya yang terbaik untuk mengantisipasi penyebaran DBD adalah dengan memberantas sarang nyamuk. Begitu juga dengan Chikungunya karena sama-sama disebarkan oleh nyamuk.

"Jadi tidak menunggu kasus muncul. Yang baik itu melakukan PSN (pemberantasan sarang nyamuk). Bukan fogging," tegasnya.

Mengenai tingkat keparahan terkait data yang dihimpun, sebagian besar bergejala ringan. "Kebanyakan rawat jalan karena gejala yang dirasakan tidak berat. Selain itu, banyak juga yang cepat pergi ke Puskesmas begitu mengalami keluhan," pungkasnya. (*)




(nor/nor)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads