Kurma Asih, Dulu Pemburu, Kini Melepasliarkan 500 Ribu Tukik

Kurma Asih, Dulu Pemburu, Kini Melepasliarkan 500 Ribu Tukik

I Ketut Suardika - detikBali
Senin, 23 Mei 2022 17:47 WIB
Koordinator kelompok pelestari penyu Kurma Asih Desa Perancak, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana, Bali, I Wayan Anom Astika Jaya
Penangkaran Penyu Kurma Asih di Desa Perancak, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana, Bali Senin (23/5/2022). (Foto: I Ketut Suardika)
Jembrana -

Hari Penyu Sedunia yang tepatnya 23 Mei ini, momentum untuk memperingati hari Penyu Sedunia. Dalam kurun waktu 25 tahun terakhir, penangkaran penyu Kurma Asih Desa Perancak sudah melepasliarkan 500 ribu tukik.

Hal ini disampaikan Koordinator kelompok pelestari penyu Kurma Asih Desa Perancak, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana, Bali, I Wayan Anom Astika Jaya, kepada detikBali, Senin (23/5/2022). Bahwa, selama kiprahnya 25 tahun terakhir, sejak 11 Juni 1997 lalu sudah melepasliarkan sebanyak 500 ribu tukik.

"Kita berangkat dari ada sebuah keprihatinan terhadap penyu, dimana penyu banyak diburu dimanfaatkan hingga turunan semua, dieksploitasi diperdagangkan secara ilegal," ungkapnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bali pada umumnya, lanjut Wayan Anom, merupakan pasang pasar penyu yang memang sangat besar dan Desa Perancak sendiri merupakan penyuplai.

Karena itu, pihaknya yang juga notabene adalah para mantan dari pemburu penyu, mengakhiri perburuannya. Hingga sejak tahun 1997, beralih menjadi pelestari penyu dan stop perburuan penyu itu. "Walaupun tidak segampang seperti yang dibicarakan, tentulah semua berproses,"ungkapnya.

ADVERTISEMENT

Seorang pemburu menjadi seorang pelestari itu tentu bukan sesuatu yang mudah, seperti membalikkan telapak tangan.

Namun Wayan Anom yakini apapun itu, yang baik selalu ada jalan. Terbukti hingga hari ini dirinya bisa melakukan hal yang baik dan benar tentang pelestarian penyu dan mengedukasi kepada masyarakat dan menyadarkan akan semua itu.

Nilai-nilai konservasi itu yang harus selalu diperhatikan untuk pelestarian penyu ini, seperti tipologi, biologis dan ekonomi. "Tiga aspek inilah yang harus selalu berjalan beriringan. Tidak boleh ada ketimpangan," jelasnya.

Dengan demikian, ini yang menjadi penting jika berbicara konservasi dan pelestarian. Meski saat ini masyarakat sudah mulai sadar bahwa penyu itu harus dilestarikan. Namun, masih saja ada oknum yang masih melakukan perburuan penyu secara ilegal.

Terbukti satu tahun terakhir masih ada beberapa kasus perburuan penyu secara ilegal yang terjadi di wilayah hukum Polres Jembrana. "Nah itu sudah ditangani dengan sigap oleh penegak hukum, biarkan berjalan seperti itu. Jika ada pelanggaran harus ada yang menindak," tegasnya.

Menurut Anom, selain perburuan liar penyu di habitatnya juga terancam dengan lingkungan yang kotor dengan sampah. Terutama sampah plastik yang terbuang ke laut. Pihaknya mengajak masyarakat untuk bertindak nyata menyelamatkan lingkungan dan penyu, minimal tidak membuang sampah sembarangan, baik di hulu maupun di hilir.

"Jangan mengotori laut, apalagi dengan sampah plastik. Karena sangat membahayakan. Sudah banyak kasus penyu makan sampah plastik mati, hal itu karena ulah manusia yang membuang sampah sembarangan," tukasnya.

Disamping itu, penyu salah satu satwa yang dilindungi karena sudah terancam punah di habitatnya. Bertepatan dengan hari penyu dan kura-kura sedunia setiap 23 Mei, komunitas pelestari penyu berharap dijadikan momentum untuk pelestarian penyu agar tidak punah.

Sementara saat ini, masih ada 121 sarang telur penyu semi alami yang belum menetas. Dalam tiga bulan ke depan akan lebih banyak lagi telur penyu, karena pada bulan Mei, Juni dan Juli merupakan puncak dari penyu bertelur.




(nor/nor)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads