Diduga kalah saing dengan maraknya travel bodong, sejumlah sopir angkutan umum (bus) jurusan Denpasar-Gilimanuk di Negara, Jembrana, Bali terancam bangkrut.
Bahkan, meski sempat berharap bisa mendapat pemasukan lebih dari momen libur lebaran, para pengemudi ini justru mengaku sepi setoran dan norok meski sudah antre seharian.
Salah satunya seperti diakui sopir bis mini asal Negara Putu Budiasa (58). Ditemui detikbali, Jumat (6/5/2022), ia mengatakan, jika situasi penumpang saat mudik hingga arus balik setelah lebaran sama sepinya seperti hari-hari biasanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sing ado peningkatan (pendapatan), patuh dogen (tidak ada peningkatan, sama saja)," kata Budiasa, Jumat, (6/5/2022) pada detikBali.
Alasannya, selain pemudik banyak yang sudah menggunakan kendaraan pribadi baik itu kendaraan roda dua maupun roda empat, ekspansi kendaraan travel bodong yang masif memperparah menurunnya jumlah penumpang angkutan umum. Padahal travel yang berijin bisa dihitung dengan jari.
"Sebelum travel merajalela, setiap Lebaran para sopir angkutan lokal Denpasar-Gilimanuk bisa panen. Sekarang kami hanya mengandalkan carteran rombongan lokalan saja," ungkapnya.
Senada dengan Budiasa, Putu Widi, (47), sopir salah satu bus asal Denpasar juga mengakui hal serupa.
Ia hanya bisa sekali berangkat mengangkut penumpang, baik dari Denpasar menuju Gilimanuk dan sebaliknya.
"Bus yang saya bawa ukuran medium isi sekitar 30 orang ini, biaya operasionalnya hingga 500 ribu sekali jalan PP," kata Widi.
Widi menambahkan, pendapatan setiap harinya hanya cukup untuk biaya setoran, meski seringkali ia harus norok untuk BBM.
"Waktu antre untuk bus 15 menit, ada atau tidak penumpang harus jalan. Kadang hanya isi 5 orang, kalau ongkos dari Gilimanuk ke Denpasar Rp 50 ribu per orang," ungkapnya.
Ia mengakui travel bodong mengancam eksistensi angkutan umum konvensional.
Dengan kondisi penumpang yang sangat sepi harus menutupi operasional yang nilainya sangat tinggi. "Mudik sekarang seperti hari-hari biasa. Pemudik sudah di jemput di tempat sama travel," imbuhnya.
Ia berharap pemerintah bisa bertindak tegas terhadap travel bodong yang saat ini bebas beroperasi.
(dpra/dpra)