Momentum mudik menjelang Hari Raya Idul Fitri 1443 hijriyah/2022 Masehi memberikan kebahagiaan bagi banyak orang.
Salah satunya yakni seorang penjual bakso di Bali yang akrab disapa Dono (55).
Meski pulang hanya seorang diri, Dono begitu antusias menceritakan rasa bahagianya kepada detikBali ketika ditemui di Terminal Mengwi, Kabupaten Badung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat itu, Doni hendak mudik ke kampung halamannya di Kecamatan Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur (Jatim).
"Saya mudik sendirian, gak ada temannya. Ya kan saya di sini jualan bakso, dari mulai ada Corona kan saya belum pulang. Sekarang sama Pak Presiden sudah dibebaskan, sudah dibuka (untuk mudik), jadi saya pulang," cerita Dono, Jumat (29/4/2022).
"Kalau kemarin-kemarin kan belum dibuka (mudiknya), jadi saya gak pulang. Terus ya lagian waktu itu jualan agak sepi kan, jadinya ya gak pulang.
Terkahir pulang saya sebelum Corona. Senang ya (bisa mudik) tapi gak ada temannya, jadi ya sendirian gini," imbuhnya.
Dono menceritakan, bahwa dirinya sudah mencari rezeki di Bali kurang-lebih sudah empat tahun dengan bekerja sebagai penjual bakso dorong.
Ia sempat berjualan bakso dorong di Kota Denpasar, seperti di Jalan Raya Sesetan dan Jalan Mahendradatta. Kini ia berjualan di Jalan Raya Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung.
Karena terkahir kali mudik ke kampung halaman sebelum pandemi COVID-19, maka otomatis selama dua tahun terakhir Dono belum sempat menginjakkan kaki di rumahnya di Kota Malang.
Kini Dono nampak begitu sumringah karena bakal segera bertemu dengan anak-istrinya.
Dono pun mengakui bahwa ia sudah rindu dengan anak dan istrinya di Kota Malang. Terlebih ia mempunyai dua orang anak laki-laki dewasa yang harus rela ditinggalkan untuk mencari rezeki ke Pulau Dewata.
"Sebenarnya sudah kangen (sama anak dan istri). Cuma karena kemarin-kemarin Corona ya terpaksa diem saja (di Bali), cari uang saja dulu. (Anak) ada dua cowok-cowok. Sudah besar. Sebenarnya sudah waktunya menikah tapi belum menikah," tuturnya.
Karena selama dua tahun tak pernah bertemu secara fisik dengan istri dan anak-anaknya, Dono biasanya melakukan komunikasi lewat sambungan telepon.
Namun ia tak bisa sering-sering menelpon anak dan istrinya karena ia tak memiliki ponsel sehingga harus meminjam ketika ingin menelpon anak dan istri.
"Endak pernah (bertemu secara fisik). (Komunikasi) lewat telepon saja, itu telepon temanku, aku gak punya HP. Karena saya HP ginian (menunjuk ponsel detikBali) gak ngerti. Misalkan harus ngerti ya harus belajar beberapa hari," kisahnya.
Meski dua tahun endak mudik, Dono mengaku tidak membawa oleh-oleh spesial untuk anak dan istri di rumah. Sebab, selama di Bali ia kerap mengirim uang kepada keluarganya di Kota Malang.
"Saya kerja gak pernah bawa oleh-oleh, yang penting uang ditransfer. Kalau butuh tinggal ngambil. Kalau oleh-oleh baju (atau) jajan di Malang banyak. Gak beli (oleh-oleh)," ujarnya.
"Ya kalau ada uang ya transfer, kalau endak ada ya bilang masih belum punya uang gitu. Kalau sudah ada, ya transfer.
Kalau endak ada ya nanti saja kasi janji, karena orang jualan bakso ya tidak terlalu ramai kan gak ada uang kan gitu. Karena saya ikut orang gitu, kan cuma 25 persen (dibaginya). Jadi gak kayak orang-orang lainnya," tambahnya.
Dono mengaku bahwa kepulangannya kali ini ke Kota Malang rencananya sekitar dua minggu.
Setelah kurang-lebih selama dua Minggu di Kota Malang, Dono akan kembali lagi ke Pulau Dewata sendirian tanpa mengajak anak dan istrinya.
Sebelum kembali ke Bali, ia terlebih dahulu akan berusaha menghubungi bosnya yang memberikan pekerjaan berjualan bakso dan tempat tinggal di Bali.
"Sebelum ke sini ya harus ngebel (telepon) orangnya sudah kembali ke Bali apa belum. Kalau belum kembali ya masih di rumah.
Nanti kalau misalkan gak ngebel (terus) langsung ke Bali nanti tidurnya gimana di Bali. Masak kita mau kos hanya beberapa hari lagi, kan rugi sudah. Sedangkan saya ongkosnya kadang-kadang pas-pasan," ungkapnya.
Bersyukur
Dono tak henti-hentinya mengucap rasa syukur bisa kembali mudik ke kampung halaman jelang Hari Raya Idul Fitri kali ini.
Menurutnya, momentum mudik Lebaran tak hanya sekadar untuk bertemu keluarga, tetapi juga bisa bersua dengan teman-teman dan sanak saudara lainnya.
"Bersyukurlah (bisa diizinkan mudik lagi), karena masyarakat Indonesia kan bisa senang.
Bisa berbondong-bondong mau bermain ke rumah saudara, ke rumah teman. Yang dulunya kerja di Jakarta pulang ke Jawa Timur, ya kan bisa kembali lagi ke sana," ucapnya.
"Jadi saya berterima kasih lah kepada Bapak Presiden bisa membebaskan, istilahnya di masalah Corona ini semua masyarakat Indonesia bisa berjalan-jalan dengan bebas lah istilahnya. Ya itulah saya berterima kasih," ungkap Dono.
(dpra/dpra)