Hariyanto (41) dan Wisono (22) tengah jadi perbincangan banyak orang. Dua gelandangan dan pengemis (gepeng) ini jadi sorotan setelah sempat diamankan polisi gara-gara menyimpan uang jutaan di dompetnya.
Polisi mendapatkan pecahan uang kertas 100 ribu dengan total sebesar Rp 7.850.000 dari dompet Hariyanto.
Selain uang, kedua gepeng tajir ini juga didapati memiliki handphone mahal dan sepeda motor baru yang diduga dari hasil meminta-minta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu siapa sebenarnya mereka?
Kapolsek Denpasar Barat Kompol I Made Hendra Agustina saat dihubungi detikBali, Rabu (27/4/2021) menjelaskan, sesuai identitas, Hariyanto berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur. Sedangkan Wisono berasal dari Jember, Jawa Timur.
Kedua pengamen ini juga diketahui sering mangkal di kawasan Simpang Empat Jalan Mahendradatta dan Jalan Teuku Umar Barat (Jalan Marlboro) Denpasar Barat, Kota Denpasar, Bali.
Selain mengamen, dari penyelidikan polisi, kedua gepeng ini juga bekerja sebagai kuli proyek atau pekerja bangunan.
Hariyanto mengamen bersama anak laki-lakinya yang masih balita atau masih berusia 4 tahun.
Kedok Hariyanto yakni dengan mengamen dan meminta minta kepada para pengguna jalan yang berhenti di traffig light simpang Mahendradatta-Teuku Umar Barat, Denpasar.
"Pengakuan mereka, mereka ini kerja juga di proyek. Hanya saat kami periksa dompet, kami terkejut karena uangnya banyak sekali. Mereka juga memegang handphone mahal dan juga kunci sepeda motor,"ungkap Kompol Hendra Agustina.
Selain itu, saat ditanya, keterangan Hariyanto berubah-ubah. Dia juga berpura-pura lemas dan seperti orang pingsan. Namun setelah diberi minum dan tenang, akhirnya polisi berhasil menelusuri keberadaan sepeda motor milik kedua gepeng (Hariyanto dan Wisono).
Sepeda motor keduanya ternyata mereka parkir di semak semak.
Atas fenomena ini, pihaknya menghimbau masyarakat untuk bijak bila ingin berbagi atau bersedekah.
"Fenomena (gepeng)ini mengejutkan sekaligus menarik bagi kami untuk melakukan penelusuran lebih jauh. Penilaian kita bahwa gepeng tidak punya uang ternyata sebaliknya. Kita dan banyak masyarakat terkecoh," ujar Hendra Agustina.
(dpra/dpra)