Sebelum mengukir namanya dalam sejarah melalui pertempuran Puputan Margarana yang terkenal, I Gusti Ngurah Rai menjalani perjalanan penuh pengorbanan dan pengorbanan-bukan hanya untuk tanah air, tetapi juga untuk keluarganya. Salah satu jejak heroiknya yang sering terlupakan adalah Long March Gunung Agung yang dilakukannya pada tahun 1946.
Perjalanan ini bukan sekadar strategi militer; itu adalah kisah perjalanan batin yang mendalam. Dari Bali Barat, tepatnya setelah mendarat di Yeh Kuning, Jembrana, pada 4 April 1946, Ngurah Rai memimpin pasukannya dalam sebuah perjalanan panjang, berkeliling Bali untuk menggalang kekuatan rakyat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perjalanan ini menjadi simbol perlawanan rakyat Bali yang tak pernah berhenti meskipun diserang dengan segala cara oleh Belanda (NICA). Long March bukan hanya taktik untuk memindahkan markas, melainkan upaya untuk memulihkan semangat pejuang dan rakyat Bali yang kian terpuruk oleh kekejaman penjajah.
"Kalau Long March itu kan, kalau dari Jawa mendarat di Yeh Kuning itu bulan April, tepatnya 4 April pendaratan di Yeh Kuning. Setelah itu proses pembentukan MBO Sunda Kecil (Markas Besar Oemoem Sunda Kecil) pada bulan Mei," kenang Anak Agung Nanik Suryani, cucu dari I Gusti Ngurah Rai, mengingat perjalanan awal itu.
Namun, bagi Ngurah Rai, Long March bukan sekadar soal bergerak melintasi pulau. Itu adalah perjuangan hidup mati. Sebelum keberangkatan ke Jawa, I Gusti Ngurah Rai sempat berpamitan dengan keluarga, dengan anak-anak yang masih balita dan seorang istri yang tengah mengandung anak ketiga mereka. Perpisahan ini adalah titik pengorbanan yang tidak bisa dinalar dengan kata-kata.
"Nenek dan ayah serta paman kami itu jalan kaki, kembali ke Puri Carangsari. Saya masih ingat cerita paman, putra kedua beliau, I Gusti Nyoman Tantra harus disogok gula supaya tidak nangis. Waktu itu ada tentara Belanda, mereka sembunyi di kandang bebek, ketakutan. Setelah dikasih gula, nggak nangis lagi," cerita Nanik, dengan mata berkaca-kaca mengingat pengorbanan besar yang harus dialami oleh keluarganya.
Kisah itu menggambarkan betapa beratnya langkah yang diambil oleh seorang pemimpin yang memilih berjuang di hutan-hutan, jauh dari rumah dan keluarga. Sebagai seorang ayah, Ngurah Rai harus melepaskan kehangatan keluarga demi sebuah cita-cita yang lebih besar-kemerdekaan. Namun di balik pengorbanan itu, ia berhasil menanamkan semangat perlawanan yang membara, bahkan di saat-saat sulit seperti itu.
Perjalanan Long March membawa pasukannya melewati berbagai titik konsolidasi, di mana rakyat Bali dipersatukan kembali untuk melawan penjajahan. Setiap langkah yang mereka ambil menjadi langkah yang dipenuhi keteguhan dan tekad. Di sepanjang perjalanan itu, Ngurah Rai harus menghadapi banyak pertempuran kecil yang membuktikan bahwa meskipun kekuatan fisik mereka tidak sebesar Belanda, semangat mereka tidak dapat dihancurkan.
"Ini kalau yang saya lihat, saya keliling Bali, kalau napak tilas itu kan hampir 134 tonggak (titik), dan saya lihat di daerah-daerah itu terperlihara dengan baik dan masyarakat setempat mengetahui narasinya (pertempuran)," tegas Nanik, yang kini aktif mengenang perjuangan besar kakeknya tersebut.
Tidak hanya untuk mengganti markas, Long March menjadi simbol kebangkitan semangat rakyat. Ngurah Rai berhasil membawa rakyat Bali bersatu, meskipun mereka hanya memiliki senjata seadanya. Dalam setiap langkahnya, dia mengajarkan bahwa perjuangan bukan hanya soal senjata, tetapi tentang kesatuan hati dan semangat dalam melawan ketidakadilan.
"Saya ingin belajar dari beliau, bagaimana beliau mampu mengajak orang-orang yang tidak digaji dan tahu resikonya mati, ikut bergabung melawan penjajah," ujar Nanik, mengenang kepemimpinan luar biasa yang dimiliki oleh kakeknya, yang mampu menggerakkan ribuan hati untuk bersama-sama berjuang tanpa mengharapkan imbalan.
Dengan segala keterbatasan, dan meski banyak pemuda yang ditangkap atau bahkan ditembak di tempat, Ngurah Rai tetap memimpin dengan penuh keyakinan. Long March Gunung Agung bukan hanya sekadar gerakan fisik, tetapi perjalanan panjang untuk menjaga semangat kemerdekaan tetap menyala.
Simak Video "Video Dampak Listrik Bandara Ngurah Rai Bali Padam: 74 Penerbangan Delay"
[Gambas:Video 20detik]
(dpw/iws)











































