I Ketut Berata sudah sepuh. Rambutnya memutih, langkahnya pelan. Namun ingatannya tentang satu masa tak pernah pudar: hari-hari ketika I Gusti Ngurah Rai dan pasukannya datang ke Banjar Ole, Desa Marga Dauh Puri, Tabanan, Bali. Ia masih kanak-kanak saat itu, baru 9 tahun, tetapi gambaran peristiwa itu seolah tersimpan utuh di belakang matanya.
Pekak Berata, begitu ia disapa warga, bukan veteran dan tak pernah mengangkat senjata. Tapi ia memeluk status lain yang tak kalah penting: saksi hidup. Seseorang yang melihat langsung bagaimana pemimpin Ciung Wanara bergerak sebelum perang besar pecah di Margarana.
Melihat dari Jarak Aman
Saat ditemui, matanya berbinar ketika diminta mengenang momen itu. Suaranya melembut, seperti membuka pintu memori yang lama terjaga.
"Saya melihat langsung Gusti Ngurah Rai dan pejuang lainnya datang di Banjar Ole. Waktu menginap di rumah jero mangku, saya tidak berani mendekat, hanya lihat dari jauh saja. Karena tidak sembarangan orang boleh mendekat," kata Pekak Berata, Sabtu (15/11/2025).
Simak Video "Video Dampak Listrik Bandara Ngurah Rai Bali Padam: 74 Penerbangan Delay"
(dpw/iws)