
WHO Peringatkan Tren Penjualan Obat Palsu Terkait Virus Corona
WHO melihat tren kemunculan berbagai obat palsu yang dikaitkan dengan wabah virus Corona COVID-19. Ahli mengingatkan bahaya efek samping mengonsumsinya.
WHO melihat tren kemunculan berbagai obat palsu yang dikaitkan dengan wabah virus Corona COVID-19. Ahli mengingatkan bahaya efek samping mengonsumsinya.
Di Juli 2019 ada berbagai berita kesehatan mulai dari kabar polusi udara Jakarta, rumah sakit turun kelas, obat palsu, hingga tren tidur dengan plester.
Saat ini, obat-obat yang seharusnya hanya bisa dibeli dengan resep dokter, masih mudah didapat di lapak online. Ikatan Apoteker Indonesia angkat bicara.
Hingga saat ini, obat-obatan termasuk jenis psikotropika beredar luas di toko online. Ahli Kejiwaan merasa prihatin akan kondisi yang mengkhawatirkan ini.
Dampak minum obat kadaluwarsa memang tak lantas mengancam nyawa. Tapi ada risiko yang jauh lebih mengerikan bila terbiasa menyimpan obat kedaluwarsa.
Kasus kecolongan obat kedaluwarsa membuat masyarakat khawatir dengan obat yang dijual di apotek. Bagaimana dengan apotek online, apakah bisa dipercaya?
Obat palsu yang dikemas ulang dari obat generik ataupun kadaluwarsa rupanya masih banyak beredar. Adakah risikonya bila obat palsu berasal dari obat generik?
Kasus obat palsu yang melibatkan 197 apotek mengundang keprihatinan. Jika apotek saja kebobolan, bagaimana dengan kios obat dan masyarakat awam?
Peredaran obat palsu seolah tidak ada habisnya. Obat-obat dengan pemakaian jangka panjang seperti diabetes paling banyak dipalsukan.
Pasien dinilai pemaaf dan permisif soal peredaran obat palsu. Hal ini dimanfaatkan mereka yang tidak bertanggung jawab.